Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Seperti yang dikatakan Ayahnya. Jingga memang memiliki akun media sosial terbaru, namun tak ada postingan apapun disana selain tentang Lukisan yang ada didalam Galery. Ia juga nampak menonaktifkan kolom komentar bahkan Pesan yang dikirim Danish hanya untuk sekedar megucapkan salam tak dibaca sama sekali.
Danish mengusap foto profil Jingga dimana ada dirinya, Koa dan dua putri mereka saling berpegangan tangan membelakangi kamera dan menghadap Sang Jingga. Sungguh sebuah gambaran keluarga yang benar benar harmonis.
Ada rasa kecewa yang begitu mendalam di dalam relung hati Danish. Mengingat Jingga yang bahkan begitu mudahnya move on setelah mereka berpisah. Bahkan pakai drama hamil duluan segala! Pikir Danish.
Sejak kedatangan Ayahnya, Danish memutuskan untuk kembali tinggal di Rumah mewah kedua orang tuanya. Ia ingin agar Masa tua sang ayah ada yang menemani, karena Bara sudah memutuskan untuk menetap lagi di Indonesia dan akan pulang sesekali ke Swiss untuk mengunjungi makam istrinya.
Selepas sarapan sesuatu yang berisik dari samping rumah mengalihkan Atensinya. Danish menghampiri kolam berenang yang ada disamping dan mendapati beberapa pekerja tengah merenovasi bagian tersebut. Ada beberapa permainan anak anak seperti seluncuran, kolam mandi bola, dan masih banyak lainnya. Alis Danish sedikit bertaut, untuk apa ayahnya membuat Playground didalam rumah?
Jangan-jangan? Danish mengeleng cepat, ia gegas melenyapkan fikiran buruk itu. tidak mungkin sang ayah sudah menikah lagi dan memiliki seorang anak kecil.
"Apa Papi ada dikamarnya?" tanya Danish pada seorang pelayan.
"Bapak.....sudah berangkat tadi pagi pagi sekali katanya mau kekantor pak." jawab pelayan yang ditanyai Danish.
.
.
.
Petualangan telah berakhir, Jingga membawa kembali keluarganya pulang ke kota kelahirannya, Jakarta.
Sejak bercerai dengan Danish, Jingga membeli sebuah Apartemen mewah dari Tabungan Ayah Bayu yang diwariskan padanya, sebelum menikah dengan Koa Jingga tinggal disana seorang diri.
dan sebelum memutuskan untuk melihat Senja di Langit Atlantis Jingga diam diam menjual Apartemen tersebut dan membeli Rumah Kos kosan Yang ditinggali Koa. Ia tak rela lukisan tawa sang Jingga yang menyatu dengar dinding rumah tersebut kelak dihilangkan sang pemilik kos.
Dan bangunan dua lantai tersebut ia renovasi sehingga lebih mirip rumah tinggal dari pada Kumpulan kamar kontrakan.
Hanya ada satu ruangan yang tidak dirubah oleh Jingga. Itu adalah kamar Mereka yang dulu. Jingga tetap mempertahankannya seperti semula, mulai dari kasur, Lemari, Nakas dan semua peralatan melukis Koa dibiarkannya seperti semula.
"Ibuk.....ibuk..."Sebuah suara membangunkan Jingga yang masih berbalut mukenah dan terlelap diatas sajadah. Akhir akhir ini kebiasaannya yang dulu mulai kembali. Tidur setelah subuh
"Bentar Bik....." Jingga membuka pintu kamar dan melihat Art nya sudah ada didepan kamar.
"Kakak bilang tadi Ibuk dibangunin kalau sudah jam delapan...Soalnya sama ayah ibuk katanya dilarang tidur pagi terlalu lama.."
"Ah....iya makasi bik, ini sudah jam delapan berarti ya.." Jingga sambil mengucek kedua matanya, "Maaf ya bangunnya telat, kakak sama adek sudah ke sekolah?"
"Sudah Buk, tadi adek saya bantu bersiap..." jawab Art Jingga.
Kedua putri Jingga memang terlalu mandiri untuk anak seusianya. Ajaran Koa membuat anaknya terlalu cepat dewasa dan tidak terlalu menyusahkan Jingga. Dan Lembayung mengajarkan itu pada sang adik.
Lembayung Senja sudah masuk kelas Satu SD disalah satu sekolah negeri, sedangkan Biru Embun yang baru berusia empat tahun lebih kini berada pada tingkatan paud. Selama tinggal diJakarta mereka sudah punya tukang ojek langganan yang akan mengantar jemput kedua putri Jingga itu kesekolah.
"Ya udah nanti saya turun sarapan ya bik....." ujar Senja tersenyum, ia kembali menutup pintu kamarnya begitu Sang Art pergi.
"Sayang....." Jingga mengecup pipi Koa yang sejak tadi tertidur diatas tempat tidur. Lalu tanpa menunggu pria itu terbangun ia mengambil sebuah buku yang mulai nampak lusuh dari dalam laci nakas dan mulai membacanya.
Jingga tak pernah bosan membaca buku itu, bahkan setiap saat ia terus membacanya secara berulang...jika tiba dihalaman akhir maka ia akan kembali ke halaman awal lagi.
Diary Koa....
Jingga tak pernah menyangka pria itu ternyata sangat gemar menulis Diary. Dan dari buku tersebutlah Jingga berinisiatif untuk menerbitkan buku Melihat Sang Jingga dilangit Atlantis.
Jingga dan Koa.
"Ayah.....kenapa walna mata kakak bilu? Tidak hitam kayak ayah, adek sama ibuk?" tanya Bocah cadel empat tahun yang duduk dipangkuan sang ayah yang tengah melukis dirinya itu. Seperti biasa Koa dan Senja duduk diteras saat sang Jingga mulai memancarkan sinarnya.
"Siapa bilang warna mata ayah hitam....coba liat lebih dekat." Koa menatap Sang putri yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang itu.
"Coklat....tapi hitam tapi coklat juga...." Jawab Senja bingung.
"Coklat ya warna mata ayah? Hemmm kenapa senja biru ya? Itu karena Senja spesial anak ayah sama ibuk yang paling disayang...."
"Lebih disayang dali adek?"
"Sama sama disayang, tapi Senja spesial.....hemmmm," Kata kata Koa terjeda sejenak, "Nanti kalau Senja sudah tinggi kayak ibuk, sudah cantik kayak ibuk, Senja boleh tanya kayak begini lagi sama ayah oke? Janji!" Koa menautkan kelingkingnya dengan jari kelingking Senja yang kecil dan mungil hingga membuat Lembayung Senja terkekeh.
"Janji! Ini altinya Janji ya ayah?" tanyanya polos.
"Iya sayang....." Sekarang kita lanjut melukis Senja ya....ayah mau mewarnai mata Biru senja dulu..
.
.
Yang Koa tidak tahu, Jingga sejak tadi menguping pembicaraan anak dan ayah yang bukan kandung tersebut, sehingga membuat sang istri Nelangsa...
"Ada apa sayangnya Koa, kok sedih?" Koa yang tidak tertidur dan pura pura memejamkan mata itu mendengar isakan lirih sang istri. Padahal ini sudah pukul sebelas malam, selalu seperti ini selelah apapaun dirinya, Koa tidak akan tidur sebelum wanita kesayangannya terlelap.
Jingga kemudian berbalik dan memeluk tubuh suaminya. Sejak tadi ia memang butuh pelukan namun takut mengganggu tidur Koa.
"Maaf ya....Aku ganggu tidurnya ayah..." Jingga menelusupkan wajahnya didada bidang Koa. Tempat yang selalu menjadi favoritnya sejak dulu.
cup..... Koa hanya mengecup pucuk kepala istrinya dengan lembut sebagai balasan.
"Tadi aku dengar Senja bertanya mengenai warna matanya....."
"Kenapa kau memikirkan itu sekarang hemmm...." Koa semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku tidak ingin dia tahu tentang keberadaan Lembayung Senja....Senja adalah putri Kita....ayahnya Koa Danudara dan Ibunya Jingga marina."
"Senja berjanji akan kembali bertanya saat ia sudah besar.....jangan difikirkan sekarang sayang...."
"Meski sudah besar aku tetap tidak mau dia tahu tentang Lembayung Senja...." Jingga sesegukan dengan suara yang semakin nyaring.
"Hush....hush......" Koa duduk dan membangunkan Jingga ia mengusap punggung bergetar wanitanya itu.
"Jangan nangis sayang.....nanti anak anak bangun loh...." Koa menunjuk dengan dagu dinding kamar mereka yang menjadi pemisah dengan kamar Senja dan Biru Embun, dinding itu hanya terbuat dari tripleks tipis yang tidak di cat.
Jingga sadar lalu kembali memeluk suaminya dan mendongak menatap Koa yang masih bisa tersenyum disaat dirinya sudah bermandikan air mata. Jingga benar benar tidak mau kembali berhubungan dengan orang orang dari masa lalunya, termasuk Papi Bara meski pria tua itu sangat baik padanya.
"Apa Kau bahagia bersamaku?"
"Hemm...." Jingga mengangguk yakin.
"Kalau begitu apa yang kamu takutkan? Bahagia berarti tidak menyimpan dendam apapun."
"Aku tidak dendam....hanya saja...."
"Hanya saja masih ada perasaan untuk dia.....meski itu rasa benci." Walau beribu ribu kali Jingga mengatakan sangat mencintai dirinya dan tak pernah menyebut nama dari masa lalunya. Koa Yakin masih ada sedikit rasa yang tersisa untuk Danish meski bukan cinta.
"Suatu saat Senja akan dipinang seseorang yang akan menjaganya seperti aku menjaga Jinggaku ini....."Lagi lagi Koa mengecup kedua mata Jingga yang basah, "Saat itu Dia tetap membutuhkan Danish Bratajaya ..."Baru kali ini Koa menyebut nama pria itu. Entah mengapa ia masih belum ikhlas menyebut Senja membutuhkan 'Ayahnya'.
"Aku menikah dengan mu tanpa ayah..." protes Jingga.
"Karena ayah sudah tiada....jadi boleh diwakilkan, untuk itu aku meminta Senja untuk bertanya lagi ketika ia sudah cukup dewasa..."
Koa.....Setiap katamu adalah obat penenang bagiku, namun pada akhirnya akulah yang akan menjelaskan semuanya pada Senja.
Kau melanggar janjimu sayang.
Jingga mengecup wajah Koa yang sudah terjaga dan menatapnya penuh kasih sayang.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)