Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Suasana yang cukup ramai seperti ini memang sering kali terjadi, apalagi kini sudah memasuki jam makan siang. Dimana orang-orang biasanya akan memenuhi restoran makanan khas Indonesia hanya untuk mengisi perut.
Begitu juga yang tengah dilakukan oleh Ayuna dan Dhea, kedua gadis belia itu sedang sibuk menyantap makanan yang sisa setengah di piring masing-masing.
Hari ini Ayuna memang sedang mendapatkan jadwal libur sehingga ia tidak perlu terburu-buru menyantap makan siangnya, dan Ayuna juga sudah memberitahukan pada Lara jika dirinya akan pergi hari ini.
Ayuna terlalu fokus dengan isi piringnya sampai ia tidak menyadari kalau saat ini Dhea tengah menatap dengan penuh selidik ke arahnya, seolah ada banyak sekali pertanyaan yang ingin Dhea lemparkan.
"Apa?" Barulah Ayuna menyadarinya ketika ia baru saja menandaskan makanannya dan kini beralih pada segelas jus jambu yang dipesannya tadi.
Mendapatkan lampu hijau dari Ayuna tentu saja membuat Dhea segera menepikan piringnya yang masih terdapat beberapa suapan makanan. Itu tidak penting bagi Dhea sekarang.
"Lo harus jawab semua pertanyaan gue dengan jujur ya, awas aja kalo bohong." Tidak ada kecurigaan yang Ayuna rasakan sedikit pun sehingga kepalanya langsung mengangguk dengan pelan.
"Sejak kapan lo nggak ngekost di tempatnya Bu Yuni?" Baru satu pertanyaan yang Dhea luncurkan, namun Ayuna nampaknya sangat terkejut sampai kedua netranya membola dengan sempurna.
Bagaimana bisa Dhea tahu kalau Ayuna sudah tidak tinggal di sana lagi? Padahal Ayuna tak memberitahukannya sama sekali karena ia tidak bisa mengatakan dimana dirinya tinggal sekarang.
"Dua bulan yang lalu?" Namun Ayuna tetap saja memberikan jawaban yang sebenarnya pada Dhea yang gantian terkejut.
"Kenapa pindah? Terus kenapa nggak bilang ke gue coba? Lo udah nggak anggep gua sebagai sahabat lagi?" Bukan seperti itu, tentu Ayuna masih menganggap Dhea sebagai sahabatnya. Bahkan sudah seperti saudara kandung bagi Ayuna.
"Ceritanya panjang, Dhe." Hah sudahlah, rasanya Ayuna sudah tidak bisa menutupi kenyataan ini lebih lama lagi. Toh Ayuna memang tak pandai berbohong, cepat atau lambat pasti akan terbongkar juga.
"Yaudah cerita, gue pasang kuping sekarang. Jangan ada yang dikurang-kurangin, awas aja." Jangan anggap kalau ancaman yang Dhea berikan ini hanyalah bualan semata karena sahabatnya Ayuna yang satu ini tak pernah bercanda sama sekali.
Sebelum memulai ceritanya, Ayuna menyempatkan diri untuk kembali menyesap jus miliknya seolah cerita yang akan ia sampaikan ini sangat melelahkan.
"Aku pindah ke rumahnya Mba Lara." Sebenarnya Dhea tidak bertanya kemana Ayuna pindah, tetapi ia akan memulainya dari sini karena semuanya akan tersambung nantinya.
"Siapa? Temen kerja lo?" Satu gelengan Ayuna berikan yang mana berhasil membuat kedua alis Dhea menukik dengan tajam.
"Dia orang yang udah nolongin aku buat lunasin hutangnya Ayah." Sekarang Dhea justru semakin tidak mengerti.
Kalau orang bernama Lara itu membantu Ayuna, kenapa sahabatnya juga harus sampai pindah ke rumahnya?
"Mba Lara memang nolongin aku, tapi dia juga minta tolong ke aku." Dhea kesal bukan main, seingatnya Ayuna bukanlah orang yang suka bertele-tele seperti ini.
"Langsung ke intinya please?" Benar juga, mungkin Dhea sudah mulai bosan mendengar ceritanya yang semakin tidak jelas alurnya.
Hingga pada akhirnya Ayuna menarik napasnya dengan keras dan menjelaskan semuanya pada Dhea sesuai dengan apa yang sahabatnya itu pinta.
"Ay? Lo gila?" Sudah Ayuna duga kalau respon seperti inilah yang akan ia dapatkan makanya Ayuna belum berani memberitahukannya pada Dhea.
"Lo beneran tidur sama laki orang?" Untungnya Dhea masih memiliki akal warasnya sehingga ia tidak menggunakan intonasi yang tinggi saat mengeluarkan pertanyaan tersebut.
Yang bisa Dhea lakukan selanjutnya hanyalah memejamkan kedua matanya sembari menunduk dengan dalam setelah melihat Ayuna mengangguk sebanyak dua kali.
Dhea benar-benar terkejut sampai kepalanya tidak bisa bekerja dengan baik sekarang. Ia hanya tidak menduga kalau Ayuna akan menjadi seorang Ibu pengganti. Belum lagi sahabatnya itu harus tidur dengan suaminya orang.
"Dhea, maaf." Ayuna juga tahu betul kalau Dhea pasti merasa sangat kecewa pada dirinya dan Ayuna pun jadi merasa sangat bersalah, kedua netra bulatnya malah sudah terlihat berkaca-kaca sekarang.
"Ay lo sadar nggak sih kalo lo bakal diusir sama mereka setelah melahirkan? Mereka cuma butuh rahim lo buat ngasih anak, tapi setelah itu lo dibuang gitu aja." Iya, Ayuna juga tahu kalau itu adalah resiko yang harus ia tanggung karena sudah memilih jalan ini.
"Lo kenapa sih gampang banget ngerasa kasihan sama orang lain padahal keadaan lo jauh lebih memprihatinkan dibandingin mereka." Jangan kira ini adalah tamparan pertama yang Dhea berikan pada Ayuna, karena nyatanya Dhea sudah cukup sering mengatakan hal seperti ini.
Dhea itu berhati keras, sangat bertolak belakang dengan Ayuna yang memiliki hati selembut kapas. Maka sudah menjadi tugas Dhea untuk terus mengingatkan Ayuna agar tidak mudah diperalat, tapi tetap saja Ayuna terjebak juga.
"Terus sekarang lo lagi hamil?" Cepat-cepat Ayuna menggelengkan kepalanya karena terlampau terkejut mendapatkan tuduhan seperti itu.
"Ay, kalo misalnya gue minta lo bu—"
"Siapa pun tolong, teman saya tersedak!" Keriuhan yang tiba-tiba saja terjadi membuat kalimat Dhea terputus begitu saja.
Keduanya lantas menoleh ke arah sumber keributan yang ternyata hanya berjarak beberapa meja saja dari tempat mereka duduk saat ini.
Benar saja, di sana terlihat seorang wanita yang sedang memegang tenggorokkan dengan wajah yang juga sudah memerah pekat.
Pemandangan ini tentu saja membuat hati kecil Ayuna tergerak dan segera mendekat ke arah sana tanpa diminta sama sekali. Jika tidak cepat ditolong, wanita paruh baya itu bisa saja kehilangan nyawanya.
"Permisi, Bu." Kedatangan Ayuna yang bertubuh mungil sempat membuat orang-orang kebingungan, namun ia tak mau ambil pusing.
Selanjutnya Ayuna segera berdiri tepat di belakang tubuh wanita tadi dan mulai melakukan beberapa gerakan yang pernah ia pelajari untuk memberikan pertolongan pada orang yang tersedak.
"Syukurlah." Tak membutuhkan waktu yang lama, Ayuna telah berhasil mengeluarkan sesuatu yang tersangkut di tenggorokkan wanita tadi sehingga semua orang yang ada di sana nampak begitu lega dibuatnya.
Mungkin karena mengerahkan tenaganya dengan terlalu keras dan juga jantungnya yang berdebar dengan kencang, Ayuna malah terdiam beberapa saat ketika dirinya justru sedang sibuk mendapatkan pujian dari banyak orang.
"Nak, makasih banyak." Itu suara dari wanita yang telah Ayuna tolong, suaranya masih terdengar serak sehingga teman-temannya yang lain segera memberikan segelas air mineral padanya.
"Ibu udah bisa bernapas dengan normal?" Sebagai seorang penolong, Ayuna tentu tidak bisa hanya diam saja. Setidaknya ia harus kembali memastikan apakah orang ini sudah baik-baik saja?
"Sudah, dan ini berkat kamu. Mungkin kalau kamu nggak sigap, kayanya saya sudah meninggal." Tenang sekali cara wanita ini menyampaikannya seolah dirinya tidak mengalami kejadian yang mengerikan.
Syukurlah, Ayuna kira tenaganya tidak cukup kuat karena wanita paruh baya ini memiliki tinggi dan ukuran badan yang lebih besar dari Ayuna. Tapi ternyata ia berhasil sampai membuat Dhea yang tadinya sedang marah, malah tengah tersenyum dengan bangga ke arahnya.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/