Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Walaupun dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap Chavin (pria yang disukai Lexa).
Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta Lexa karena alasan tertentu. Tapi Lexa selalu diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan Lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya Chavin memutuskan untuk berpisah dengan Lexa. Tak disangka- sangka Lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit parah.
Apakah setelah wajah Lexa tirus Chavin menerima cinta Lexa kembali dengan tulus???
Apakah Lexa akan tetap mengejar cinta Chavin atau malah sebaliknya!!! Nantikan kisah mereka selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. KEHADIRAN SESEORANG
Suatu sore, Ninda mengajak Alexa ke sebuah pameran seni di pusat bandar kota. Biasanya mereka kalau weekend memang selalu menghabiskan waktu bersama sama.
“Lex, kamu butuh suasana baru. Sejak Chavin menghilang diri. Kamu harus bangkit. Percayalah, kali ini aku bakal bantu kamu ngelupain Chavin, setidaknya untuk sementara,” ujar Ninda sambil menarik tangan Alexa yang terlihat enggan.
"Aku tidak mau kamu terus terusan kelihatan murung. Aku tahu kamu masih mengharapkan nya. Tapi buat sementara ini jangan terus kamu memikirkan nya yah. "ucap Ninda.
“Aku nggak yakin ini ide bagus, Nin. Aku lagi nggak mood ketemu orang baru,” jawab ku lesu.
Ninda hanya tersenyum lebar. “Justru karena itu! Kamu harus keluar dari zona nyaman. Lagipula, siapa tahu ada sesuatu yang menarik di sana... atau kehadiran seseorang. misalnya” ucap Ninda meledek.
Dengan setengah hati, Alexa akhirnya mengalah. Ia mengikuti Ninda ke pameran seni yang penuh dengan karya lukisan, patung, dan instalasi unik. Awalnya, Alexa hanya berjalan tanpa arah, lebih banyak melamun daripada menikmati suasana.
Tetapi tiba tiba langkah kaki lexa terhenti didepan sebuah lukisan yang sangat mempesona hatinya. Lukisan itu menggambarkan bunga Matahari yang bersinar di langit yang senja dan kelabu. Bukan kah matahari seharusnya bersinar di langit biru yah?? ucap nya dalam hati.
Tetapi warna-warnanya terasa hidup, penuh kontras seolah ada kisah yang ingin disampaikan lewat setiap goresannya.
“Indah sekali,” lukisan ini. Siapa pun pasti terpesona dan kagum melihat nya. "gumam ku tanpa sadar.
“Iya, betul itu Nona. Betul betul indah kan lukisan ini,” balas suara dari sampingnya.
Alexa menoleh, sedikit terkejut. Di sebelahnya berdiri seorang pria yang terlihat ramah, dengan senyum hangat dan tatapan tulus.
"Erhhmmmm... kemana Ninda??? kenapa anda yang berdiri disini.??? tanya ku.
“Oh, maaf kalau aku mengejutkanmu,” katanya cepat. “Aku dari tadi hanya melihat kamu seorang diri.
"Aku Arvin. Kamu suka lukisan ini?” tanya Arvin kepada lexa.
Alexa mengangguk pelan. “Iya. Lukisannya... terasa seperti berbicara.” mengagumkan. "jawap ku.
Arvin tersenyum. “Senang mendengarnya. Aku yang melukisnya.” ujar Arvin lagi.
Alexa menatapnya, terkejut. “Serius? Ini karya kamu?”
"Wow... mantaff.. sangat menawan. " ucap ku penuh kagum.
Arvin mengangguk. “Iya. Ada cerita di baliknya, kalau kamu mau mendengar.” kapan kapan aku bisa menceritakan nya. "jawap Arvin.
Alexa mengangguk, penasaran.
“Lukisan ini aku buat waktu sedang mencoba bangkit dari masa sulit,” cerita Arvin sambil memandang karyanya dengan mata penuh makna.
“Bunga matahari itu adalah simbol harapan, meskipun langit di atasnya terlihat suram. Seperti sebuah pengingat bahwa kita bisa tetap berdiri, walaupun keadaan tidak selalu mudah.” ucap Arvin menjelaskan.
Alexa terdiam. Kata-kata Arvin terasa begitu dekat dengan hatinya. “Rasanya seperti aku,” ucapku lirih. “Berusaha bertahan di tengah badai.” eehmm.. menghela nafas.
Arvin menoleh, menatapnya penuh perhatian. “Kadang berbicara dengan orang asing membantu, Alexa. Kalau kamu mau cerita, aku pun jangan kamu lupakan” ujar Ninda meledek.
"Hhmmm... kamu dari mana saja dari tadi. pergi bukan memberi tahu. iiihhhh... tanya Lexa.
Dan mereka bertiga pun saling berkenalan satu sama lain. Percakapan mereka begitu terlihat akrab seperti sudah mengenal lama antara ketiganya. Dan di tengah ramainya pengunjung pameran. Alexa menemukan kenyamanan yang tak terduga.
Dan siapa sangka setelah pameran itu. Hari-hari berikutnya, Alexa dan Arvin semakin sering bertemu. Mereka berbagi cerita, dari hal-hal ringan hingga pembicaraan mendalam tentang hidup.
Arvin membawa energi yang positif sikapnya tenang, tidak memaksa, dan selalu mendengarkan tanpa menghakimi. Alexa, yang semula merasa terpuruk, mulai melihat dunia dari sudut pandang yang lebih optimis.
Sore itu, mereka duduk bersama di taman kota. Matahari mulai turun ke ufuk barat, menciptakan semburat jingga yang indah di langit.
“Alexa,” Arvin memecah keheningan. “Aku tahu kamu masih menyembuhkan diri dari luka masa lalu. Aku nggak akan memaksamu untuk apa pun, tapi aku ingin kamu tahu satu hal...” ucap Arvin.
Alexa menoleh, menatapnya dengan rasa ingin tahu.
“Aku ingin jadi orang yang ada di sana, kalau suatu hari kamu siap membuka hati lagi,” Apakah kamu tidak keberatan??? katanya dengan nada lembut, tapi penuh ketulusan.
Alexa terdiam, kata-kata itu meresap perlahan. Ia tahu hatinya masih belum sepenuhnya pulih. Tetapi, mendengar ketulusan Arvin membuatnya merasa dihargai.
“Aku tidak bisa janji apa-apa, Arvin,” ujar ku dengan suara lembut.
“Tapi terima kasih sudah sabar dan tidak menuntut apa-apa dariku.” ucap ku lagi
Arvin tersenyum kecil. “Tidak masalah, Alexa. Aku di sini. Selalu.”Aku akan tetap menanti. "ucap Arvin.
Perlahan tapi pasti, Alexa mulai menemukan dirinya kembali. Ia belajar bahwa luka bukanlah akhir dari segalanya. Justru di balik luka itu, ada kekuatan baru yang tumbuh.
Dan Arvin, meskipun tidak memaksakan kehadirannya, menjadi bagian dari perjalanan Alexa menuju pemulihan. Ia memberi ruang bagi Alexa untuk merasakan bahwa hidup tetap indah, bahkan di tengah badai.
"Apakah kamu belum bisa melupakan nya lexa??? beruntung dia menjadi seorang pria yang sangat spesial dihatimu. "ucap Arvin.
"Siapa sih yang tidak bangga menjadi dia??? berulang kali membuat luka. Tapi tidak pernah mampu disingkirkan oleh siapa pun. Beruntung kan dia lex?? " tanya Arvin.
Padahal kehadiran nya banyak membuat luka. Tapi nama dia masih tersimpan rapi. bahkan tidak bisa terganti oleh siapa pun!! eehhmmm... menghela nafas.
"Dia adalah lelaki yang beruntung Lexa. "ucap Arvin lagi.
"Hhhmmmm... Bukan itu maksud ku Arvin. Aku sudah mencoba untuk menyingkirkan nama nya tapi masih saja tidak bisa.
"Aku tidak mau menyakiti hati orang lain dengan berpura-pura menyukai tapi hati ku sendiri tidak menyimpan sedikit pun nama orang itu. " jawap ku
"Tentu hanya akan menambah luka nantinya. "ucap ku lagi.
"Jadi biar lah untuk saat ini aku ingin menjadi diri ini dulu. Tanpa harus melibatkan siapa siapa. " ucap ku lagi.
"Aku lebih suka kita hanya bersahabat Arvin. Biar kita tidak saling melukai. Maafkan aku yah Arvin. "jawap ku dengan hati hati.
"Eehhhmmm.. Aku penasaran setampan apa dia. sampai kamu susah untuk membuang nya. " tanya Arvin lagi.
"Arvin... sudah lah. Sekarang kamu tetap yang terbaik buat ku. Apakah kamu tidak menyukai itu. Bahkan kamu pun sangat special buat ku "ujar ku
Walaupun Lexa belum bisa membuka hati untuk lain. tapi dia tetap berusaha menjadi yang terbaik untuk Arvin. Dia hanya tidak mau suatu saat melukai Arvin.
Jadi lebih baik menjadi sahabat sejati itu justru lebih baik dari segala nya. Walaupun pun Alexa tidak pernah tau pernyataan itu pun mungkin juga bisa melukai hati Arvin.
BERSAMBUNG....