Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia milik berdua
Sementara kedua pengantin benar-benar menjadi pusat perhatian. Keduanya memberikan senyum termanisnya untuk para tamu undangan. Nampak sekali pancaran kebahagiaan menghiasi wajah keduanya. Banyaknya tamu yang hadir tak menyurutkan semangat mereka untuk berdiri menyambut tamu yang naik ke pelaminan memberi ucapan dan foto bersama. Teman-teman kantor Windi juga datang beramai-ramai.
Setelah satu persatu tamu meninggalkan tempat acara, keluaga naik ke pelaminan untuk foto bersama. Setelah itu mereka makan. Dari tadi mereka belum sempat makan, karena melayani tamu. Pengantin pun ikut makan bersama mereka.
"Duduklah, biar aku yang ambilkan. Kamu pasti kesulitan nanti kalau harus ambil sendiri." Ujar Javier.
Windi mengangguk dan tersenyum.
Javier datang membawa sepiring makanan. Ada nasi, dan steak daging serta sayur.
"Kok cuma satu, Mas?"
"Aku akan makan dengan piring yang sama denganmu. Kalau kurang, nanti bisa nambah lagi."
"Oh, iya. Baiklah. Terima kasih, Mas."
"Sama-sama, sayang. Ayo makan"
Javier menyuapi Windi dengan lembut. Windi tak dapat menolaknya.
"Ehem.. ehem... duh duh duh pengantin baru, dunia bagaikan milik berdua. Kita mah ngontrak." Goda Khanza.
"Kakak, apaan sih. Udah deh, ganggu saja."
"Oh sekarang begini ya? Rani, lihat Om mu! Bilang sama Om, buatin adik kecil yang lucu gitu."
Rani yang belum mengerti hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Astagfirullah, Kak. Anak kecil diajarin nggak bener."
"Sudah ah, aku mau ke sana. Mau cari ayang beb ku. Mau minta disuapin juga."
Javier hanya bisa menggelengkan kepala menanggapi Kakaknya. Sedangkan Windi menahan tawa.
Berbeda dengan Kanzha, Fathia yang merupakan anak bungsu keluarga Javier adalah seorang gadis pendiam.
Bunda Salwa dan Abi Tristan memperhatikan pengantin baru.
"Lihat anak dan menantu kita, Bun!"
"Kenapa, by? Mereka nampak saling mengasihi."
"Iya justru itu. Mereka cepat sekali akrabnya. Beda dengan kita."
"Ya jelas beda, by. Kita nikahnya dadakan. Ketemu saat itu juga. Dan kamu nggak sama dengan Javier. Kamu kayak kanebo kering, by."
"Haha... kamu sedang meluapkan kekesalan mulai kepadaku 27 tahun yang lalu, bun?"
Abi Tristan sengaja menggoda istrinya karena ia ingin menghiburnya agar tidak sedih memikirkan putrinya yang akan berkurang satu dari rumah.
Setelah selesai makan, mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Hanya pengantin baru yang akan menginap di hotel.
Windi masuk ke kamar make-uo untuk melepaskan gaunnya. Setelah berganti baju dan menghapus make-upnya, ia masuk ke kamar suite yang sudah dibooking khusus untuk kamar pengantin. Sebelumnya barang-barang Windi sudah dibawa masuk ke sana oleh Winda. Ternyata, Javier sudah masuk ke kamar itu. Ia menunggu istrinya datang.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum... "
Javier tersenyum sumringah, lalu beranjak dari duduknya. Ia pun membuka pintu.
"Wa'alaikum salam, istriku. Ayo masuk."
Dengan melangkah perlahan, Windi masuk ke kamar tersebut. Kamar yang sangat luas itu tentunya sudah dihias sedemikian rupa dengan tema warna merah dan putih. Windi melihat sekeliling kamar tersebut.
"Kenapa sayang? Ada yang kurang, hem?"
"Hah... tidak-tidak. Tidak ada yang kurang."
Javier melangkah mendekati istrinya. Namun Windi tanpa sadar memundurkan dirinya. Javier pun melangkah lebih dekat lagi.
"M-Mas, kamu mau apa?"
Javier pun berbisik kepada Windi."
"Mau kamu. "
Bulu kuduk Windi meremang. Tubuhnya gemetar dan jantungnya seakan mau copot. Ia terpaku dengan ucapan suaminya yang menurutnya sangat frontal. Padahal selama ini ia mengira suaminya bakal jadi kanebo kering.
"Ya Allah... sayang, kamu sampai gemetar. Ayo kita shalat isyak. Kamu nggak lagi halangan, kan? "
"Iya, eh tidak. Aku tidak berhalangan."
"Ya sudah, sana manduli dulu."
"Iya, Mas."
Windi segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia berendam di bathup dengan menuang sabun aroma terapi untuk merilekskan tubuhnya yang saat ini sangat lelah. Cukup lama ia di dalam kamar mandi Sedangkan Javier mondar-mandir di depan pintu kamar mandi menunggu Windi.
Setelah selesai berendam, Windi pun keluar dengan memakai baju piama dan rambutnya ia gerai karena basah.
Ceklek
Suara pintu terbuka. Javier menoleh kepada istrinya. Nampak Windi dengan wajah segarnya dan rambut yang masih basah. Javier terpaku melihat bidadari di hadapannya.
"Mas.. kok bengong?"
"Eh tidak, ayo kita shalat."
"Iya, Mas. "
Mereka pun shalat Isyak berjama'ah. Setelah itu, mereka shalat sunnah dan diakhiri do'a. Javier berbalik badan, Windi mencium punggung tangan suaminya. Javier pun mengecup kening istrinya. Setelah kecupan itu ia lepas, ia pandang wajah istrinya yang begitu teduh di matanya. Windi menunduk karena malu. Javier menyentuh dagu istrinya agar ia mengangkat kebanyakan. Windi pun mendongak menatap suaminya. Javier mengusap pipi istrinya.
"Sayang... "
"Iya.. "
"Istriku, Kaulah yang membuatku percaya pada keajaiban cinta. Kau adalam impian yang menjadi kenyataan dalam hidupku. Terima kasih sudah mau menerimaku dalam hidupmu. Aku tak bisa berjanji apa pun kepadamu. Tapi aku akan pastikan, kita akan hidup bersama sampai ajak memisahkan. " Ujar Javier dengan mata yang berkaca-kaca.
Windi terenyuh mendengar ucapan suaminya. Ia semakin yakin bahwa lelaki di depannya itu, benar-benar tulus kepadanya. Tangannya terangkat dan menangkup kedua pipi suaminya.
"Suamiku, aku tidak pernah membayangkan jika akan berjodoh denganmu. Tapi aku yakin, kebersamaan kita ini adalah bukti nyata bahwa betapa besarnya kasih sayang Allah kepadaku. Aku juga berterima kasih, karena kamu sudah memilihku. Bimbing aku untuk menjadi pendamping yang baik."
Javier tersenyum mendengar jawaban istrinya. Ia memegang tangan Windi yang masih ber tengger di pipinya lalu mencium kedua tangan itu.
"Sayang, izinkan aku malam ini menyempurnakan ibadah kita."
"Aku adalah pakaianmu. Jadi pakailah dengan layak dan sewajarnya."
Javier membukakan mukenah istrinya. Ia mengangkat tubuh istrinya je atas tempat tidur yang penuh dengan taburan kelopak mawar merah.
Javier memberi kode, dan Windi pun menganggukkan kepalanya. Javier membaca do'a sebelum memulai. Setelah itu, dijamahnya bibir pink yang sedari tadi menggoda imannya. Lalu dipagutnya sebentar. Lalu lebih lama lagi. Javier memperdalam pagutannya, menukar rasa yang ada. Windi terhanyut dalam permainan. Tangan Javier mulai nakal. Ia membuka satu per satu kancing piama Windi, hingga terpampang lah dua gundukan yang mempesona. Javier pun tak menyia-nyiakannya. Dengan lembut tangannya bermain di sana, membuat nafas Windi semakin memburuh. Entah sejak kapan celana Windi terlepas, karena saat ini hanya segitiga pengaman yang ber tengger di tubuhnya. Javier cosplay menjadi bayi kecil yang sedang kehausan. Windi tak dapat menahan lenguhannya.
Dengan pelan-pelan, Javier menuntun juniornya untuk masuk ke dalam sarang. Rasanya sangat alot. Sekuat tenaga Javier berusaha, namun belum berhasil juga karena tidak tega melihat istrinya meringis.
"Sayang, tahan. Ini akan sedikit sakit."
Dengan tekat bulatnya, Javier mencoba lagi. Dan akhirnya junior melesat merobek pertahanan tembok Cina. Windi mencengkram seprei tempat tidur karena menahan perihnya. Dengan peluh bercucuran, Javier mulai bergerak lagi setelah bisa menetralisir keadaan. Kenikmatan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, itulah yang mereka rasakan saat ini. Dunia bagaikan milik berdua, anggap saja begitu.
Setelah pelepasannya, Javier tersenyum dan mengecup kening istrinya.
Bersambung...
...**************...
Maaf gak bisa hot ya kak. Segitu saja, karena author masih lanjut bikin kue. Ini udah hot karena author diem depan ovenan 🤣
Tar nyesel lho kalau ditikung pria lain
Anak sama ibu sudah kasih lampu hijau
Ayo onty mimi bu dosen baru besuk Khaira ke rumah sakit, ajak bunda winda to menemani 😁😁😊