Menikah Dengan Dosen

Abyan pulang kerumah larut malam, biasanya setelah bekerja ia tidak pernah mampir kemanapun. Bahkan hanya untuk menghadiri acara makan malam kantor pun ia tidak pernah datang. Tapi malam ini berbeda, ia turut serta menikmati makan malam bersama bos dan rekan kerjanya.

Abyan sangat membatasi pergaulannya, bukan karena ia tidak punya teman hanya saja karena Abyan tidak suka berinteraksi. Bahkan bicara pun hanya seperlunya saja. Ada banyak orang yang ingin dekat dengan Abyan, namun pria itu membangun tembok yang begitu tinggi hingga sulit untuk di panjat.

Abyan tidak suka keramaian tapi Abyan juga takut sendirian.

Abyan masuk kedalam rumah, dan disambut oleh kucing kesayangannya. Tak lupa pula Abyan memberinya makan, lalu setelah itu Abyan membersihkan dirinya dan pergi tidur.

Itu adalah rutinitas yang setiap hari selalu ia lakukan.

***

"Jadi gimana Hanum? Kamu bersedia menikah dengan saya?" Tanya Wijaya.

Hanum menelan Saliva nya susah payah. Ia menatap ibu dan ayahnya. Terlihat ayahnya sangat senang sedangkan ibunya menggelengkan kepala.

"Menikah? Saya menikah sama pak Wijaya gitu?" Tanya Hanum.

"Iyah menikah sama saya Hanum"

Hanum semakin mual, benar-benar tidak tahu malu kakek tua ini pikirnya.

"Tentu aja Hanum mau, iya kan Hanum?" Mario memberikan kode pada Hanum.

Hanum menautkan kedua alisnya, jauh didalam hatinya ia memaki ayah kandung sendirinya.

"Ayah? Ayah mau menikahkan aku sama pak Wijaya? Ayah serius? Aku masih muda, umur ku masih 16 tahun" ucap Hanum.

"Alah Hanum, umur itu hanyalah angka Hanum. Saya mencintai kamu dengan tulus, saya akan membuat kamu bahagia" ucap Wijaya.

"Tapi saya gak mau menikah sama bapak" ucap Hanum.

"Pak Wijaya, saya sangat meminta maaf. Saya sebagai ibu kandung Hanum tidak akan memberikan izin kepada bapak untuk menikahi Hanum" ucap Ratna.

"Apa-apaan kau Ratna?"

"Yang berhutang siapa? Siapa yang menikmati semua uang itu?? Kau bukan kami. Jadi Jangan bawa-bawa anakku dalam permasalahan mu" ucap Ratna dengan tegas.

"Kurang ajar!!!" Mario mengangkat tangannya untuk menampar Ratna namun Hanum menahannya.

"Cukup!!!!" Hanum berteriak dengan keras, mungkin beberapa tetangga mendengar jeritannya.

"Ayah selalu memperlakukan kami dengan sesuka hati, sejak aku masih kecil ayah gak pernah memperlakukan kami seperti bagian dari hidup ayah. Ayah selalu kasar, main tangan, ayah gak pernah ngerti perasaan aku dan ibu. Aku juga punya kehidupan, dan aku akan jalanin hidupku sesuai dengan apa yang aku mau, bukan dengan yang ayah mau. Aku benci ayah, aku benci"

Mario segera memegang kedua lengan putrinya, dengan maksud ingin mendapat kepercayaan Hanum.

"Ini yang kamu ajarkan sama Hanum? Dia tumbuh jadi anak yang membangkang dan gak punya sopan santun. Hanum, ini demi kebaikan kamu, demi masa depan mu" ucap Mario.

Hanum kesal dan menepis tangan ayahnya.

"Jangan ngomong soal ajaran ibuku, dia udah didik aku dengan benar. Hanya ayah yang gak pernah ngasih pendidikan sama aku. Kalau emang ayah ingin masa depan yang baik buat aku. Lantas kenapa ayah ingin aku menikah dengan pak Wijaya? Aku ingin dengar alasan ayah" Tanya Hanum.

"Hanum putri kesayangan ayah... Tolong dengarkan ya nak, pak Wijaya ini sudah sering sekali membantu ekonomi keluarga kita. Sekolah kamu, uang buku kamu, itu semua bantuan dari pak Wijaya"

"Terus? Sebagai gantinya aku harus menikah dengan pak Wijaya gitu?"

"Jangan Hanum, jangan dengarkan omongan ayah mu yang nggak waras ini" kata Ratna.

"Kau diamm Ratna" Mario melayangkan jari telunjuknya kehadapan Ratna.

"Tolong ya nak, bantu ayah... Kita harus balas Budi sama apa yang udah dilakuin pak Wijaya sama kita" ucap Mario.

"Ayah tega ya lakuin itu sama aku" Hanum sangat sedih, ia berusaha menahan bulir air mata agar tidak jatuh.

"Hanum minta maaf pak Wijaya, Hanum gak bisa menikah dengan bapak. Katakan aja berapa hutang ayah, Hanum bisa bantu bayar" ucap Hanum.

"Aduh Hanum, kenapa repot-repot? Cari uang itu susah Hanum. Hanya dengan menikah dengan saya kamu dan keluarga kamu akan hidup bahagia. Dan kalaupun saya sebutkan hutang ayah mu, kamu gak akan sanggup bayarnya"

"Saya akan berusaha semampu saya, asalkan  pernikahan ini gak terjadi" ucap Hanum dengan lantang.

"Kurang ajar kamu ya Hanum, gak sopan bicara seperti itu dihadapan orang yang banyak jasa sama kita" ucap Mario.

"Banyak jasa sama kamu kali mas, tidak dengan ku dan hanum" ucap Ratna.

Mario semakin kesal pada Ratna.

"Mending pak Wijaya pulang aja, gak usah menunggu apa jawaban saya. Karena jawaban saya tetap sama, saya gak akan pernah mau menikah dengan bapak. Sampai kapan pun saya gak akan berubah pikiran. Dan ya tinggalkan total hutang ayah saya disini" ucap Hanum.

Wijaya mengepalkan tangannya, Mario melihat kemarahan di wajah Wijaya.

Mario ingin menarik lengan Hanum, namun Ratna dengan cepat menepisnya.

"Jangan ganggu Hanum" ucap Ratna.

“Sombong banget sih kamu” Ucap Siska.

“Keluar kalian dari rumahku” usir ratna.

"Awas yah kalian berdua, berani macam-macam sama aku kalian" Mario kesal.

Ratna mengabaikan ancaman Mario, ia pergi mengikuti Hanum dari belakang.

"Gimana ini Mario? Hanum benar-benar telah membuat aku marah hari ini. Bisa-bisanya aku ditolak. Heh kau dengar ya Mario, aku gak mau tau kalau sampai Hanum gak mau menikah sama aku. Segera lunasi hutang hutang mu secepatnya!" Ancam Wijaya.

“Iyah pak Wijaya, saya akan buat Hanum menikah dengan bapak. Tapi bapak sabar dulu, biar saya yang ngomong langsung ke Hanum nya" ucap Mario menenangkan Wijaya.

“Iya mas, kalau hanum nggak mau menikah sama abang aku, kita cerai aja” ucap siska.

“Aduhh siska, kamu kenapa ngomong gitu? Aku pasti akan usahakan” bujuk Mario.

Wijaya yang sudah terlanjur kesal memilih untuk pergi.

"Yasudah, kalau gitu aku pergi. Padahal hari ini aku ingin bawa Hanum makan malam bersama ku, tapi malah jadi seperti ini" kesal Wijaya.

"Iyah pak Wijaya, saya mengerti. Saya minta maaf, saya akan coba kasih nasihat ke Hanum"

Mario membukakan pintu mobil untuk Wijaya, Wijaya langsung masuk.

Sebelum pergi Wijaya menekan power window, jendela kaca mobil terbuka.

"Awas kalau sampai kau tipu aku Mario"

Mario gugup. "Pak, saya gak akan kecewakan pak Wijaya. Saya akan pegang ucapan saya ini" ucap Mario.

Wijaya langsung pergi meninggalkan pekarangan rumah Mario.

Setelah Wijaya pergi, Mario dan siska masuk kedalam rumah.

"Hanummmm!!!!" Teriak Mario.

"Keluar sekarang juga Hanum!!!"

Mario mengetok pintu kamar Hanum dengan kasar.

"Jangan sampai ayah dobrak pintu kamar kamu ini Hanum"

Ratna menarik lengan Mario.

"Kenapa? Kau ingin bicara dengan Hanum kan? Bicara disini aja. Aku yakin Hanum mendengar nya"

Didalam kamar Hanum menangis, air matanya tumpah begitu saja sejak tadi.

"Hanumm!!!! Kalau kamu gak turutin apa kata ayah, kamu gak usah sekolah lagi Hanum!" Ucap Mario.

"Kami gak butuh uang dari mu Mario, aku bisa menafkahi putri ku sendiri" ucap Ratna.

"Halah gak usah sombong kau Ratna. Kau mau kerja apa memangnya? Sekolah aja gak tamat, kau mau jadi tukang cuci iya?"

"Apapun itu, aku akan lakukan untuk putriku"

"Ohh kalau gitu,kau aja yang menggantikan Hanum"

"Apa?? Apa maksud mu?" Ratna tidak mengerti.

"Kau aja yang menikah dengan Wijaya, gimana?? Kau juga masih terlihat muda"

Ratna hendak menampar Mario tapi siska memegang kedua lengannya.

“Lepasin aku siska... Tega kamu yah mas ngomong gitu, aku ini istri mu"

“Pegang dia yang kuat” suruh mario.

Siska memegang kedua tangan Ratna dari belakang. Mario menatapnya dengan penuh amarah pria itu mengepalkan tangannya dan menumbuk pipi Ratna. Lalu meludahi wajah ratna, Siska lalu mendorongnya sehingga Ratna terjatuh ke lantai. Darah segar mengalir di sudut pipi Ratna, Mario lalu menjambak rambutnya.

"Aku gak peduli Ratna, kalau kau masih berguna ya kenapa gak aku lakukan? Kecuali kalau kau sudah lemah dan tidak ada manfaatnya mungkin aku akan titipkan ke panti jompo"

Perkataan Mario benar-benar membuat hati Ratna sangat hancur, terlebih lagi Hanum yang mendengarnya dari dalam. Ia bisa merasakan perkataan itu bagaikan sebuah belati tajam yang menghunus kedalam tubuhnya begitu menusuk, dan perih.

"Hanumm kamu dengarkan Hanum?? Kalau kamu tidak mau menikah sama Wijaya. Ibumu yang akan melayani Wijaya sampai akhir hayatnya" ucap Mario.

"Jangan dengarkan ayah mu Hanum"

"Ratna aku benar-benar serius dengan perkataan ku, kalau hanum tidak mau menikah dengan Wijaya. Maka bersiap-siaplah besok aku akan menyeretmu ke kediaman Wijaya besok pagi" ucap Mario.