Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duda
Baru saja 2 kali menjilat ice creamnya. Tiba-tiba sebuah tangan menariknya.
" Saya juga mau ice cream."
Tangan Sya saat ini sudah didalam genggaman Radit.
" Tadi katanya bagi dua sama Kendra biar nggak rebutan. Sekarang kenapa malah Pak Radit yang ngrebut ice cream punya saya." Ujar Sya sewot melihat Radit yang saat ini sedang memakan ice creamnya.
" Dikit doang saya mintanya." Ujar Radit seraya melepaskan tangan Sya.
" Dikit apanya, ini udah berkurang banyak tau. Pak Radit beli lagi sana. Jangan minta-minta punya saya." Jawab Sya sambil memberengutkan wajahnya.
" Itu juga beli pake uang saya." Jawab Radit santai.
" Tadi juga Bapak makan bubur ayam saya yang beli pake uang saya." Kali ini Sya berbicara dengan suara yang sedikit nyolot karena kesal kepada Radit yang dengan seenaknya memakan hampir separuh ice creamnya.
" Ooo jadi kamu nggak ikhlas nih ceritanya bayarin bubur ayam saya." Ujar Radit kesal.
" Ya ikhlas. Tapi Bapak dulu yang ngungkit masalah uang siapa yang buat bayar." Jawab Sya tidak terima dituduh tidak ikhlas membayarkan bubur ayam yang jika dihitung satuannya hanya 12.500 rupiah.
" Kok kamu gitu sih, pelit banget. Iya nggak Kend." Ujar Radit yang justru malah mengalihkan pembicaraannya pada Kendra.
Kendra hanya tertawa melihat kedua orang dewasa itu berebut ice cream.
" Hahaha.. Dunda sama Ayah lucu. Kaya anak kecil suka lebutan es klim."
" Apaan pelit. Aku nggak pelit ya." Jawab Sya ketus.
" Cie udah aku kamu." Ujar Radit menggoda Sya.
Dalam hati Sya sedang merutuki bosnya yang saat ini terlihat aneh menurutnya. Biasanya Pak Radit identik dengan sikap dingin dan tenangnya. Tapi kenapa sekarang justru terasa sangat menyebalkan.
" Ya udah ya udah, saya tidak akan minta ice cream kamu lagi. Saya juga tidak terlalu suka makan ice cream. Tadi hanya mencicip kok." Ujar Radit mengalah.
" Iya, nyicip tapi sampe separo mau habis."
Radit yang mendengar gerutuan Sya hanya tertawa kecil. Entah kenapa menggoda Sya terasa sangat menyenangkan.
" Dunda itu es klimnya byepotan dipipi. " Ujar Kendra kepada Sya.
" Eehh.. Mana mana." Tanya Sya bertanya.
" Nih pake sapu tangan. Katanya sudah dewasa, tapi makan ice cream aja belepotan seperti anak kecil." Ujar Radit seraya memberikan sapu tangan miliknya. Sapu tangan berwarna biru muda dengan ukiran benang emas berinisial RDS.
Sya menerima sapu tangan itu dengan wajah cemberut.
Tidak terasa hari semakin siang. Sya mulai merasa gerah karena sedari tadi belum mandi.
" Pak, saya pulang dulu ya. Mau mandi, udah gerah banget." Ujar Sya kepada Radit.
" Kamu ijin saja sama Kendra." Ujar Radit masih sibuk dengan ponselnya.
Sya beralih kearah Kendra yang saat ini sedang bermain sendirian dengan robot-robotan yang memang dia bawa dari rumah. Saat ini anak-anak yang tadi bermain bersama Kendra satu persatu sudah meninggalkan Taman Kota, mungkin karena cuaca yang semakin panas.
" Kendra, Tante Dunda pulang dulu boleh? " Tanya Sya kepada Kendra.
" Pulang ke lumah Ayah ato ke lumah Dunda? " Tanya Kendra dengan wajah polos.
" Ke rumah Tante Dunda, soalnya Tante Dunda mau mandi dulu. Nih cium, udah bau asem kan badan Tante." Ujar Sya mendekatkan badannya ke arah Kendra.
" No, Dunda halum kok." Jawab Kendra dengan wajah serius.
Yahhh, kalau jawabnya begini sudah pasti Sya tidak boleh pulang untuk saat ini. Sedangkan Radit terlihat tetap santai dengan ponselnya.
" Pak, ini gimana, kayaknya saya nggak boleh pulang deh sama Kendra. Saya sudah gerah banget Pak." Ujar Sya berbicara lirih kepada Radit.
" Saya tidak tau." Radit hanya mengangkat bahunya saja.
Sya hanya bisa menghela nafas secara perlahan. Dia mulai berfikir bagaimana caranya agar bisa pulang untuk mandi dan Kendra tetap tidak rewel nantinya.
" Gimana kalau Kendra ikut Tante Dunda pulang, tapi Ayah disini aja." Ujar Sya kepada Kendra.
" Kendla ikut Dunda puyang? " Tanya Kendra semangat.
" Iyapp, nanti kita main bareng dirumah Tante." Sya mengeluarkan rayuannya untuk membujuk Kendra.
" Holeee, Kendla ikut Dunda." Ujar Kendra berteriak kegirangan.
Sedangkan Radit yang mendengar negosiasi antara Sya dan Kendra hanya bisa menatap dengan kesal.
" Lah terus saya gimana kalau Kendra ikut sama kamu." Tanya Radit kesal.
" Ya terserah Pak Radit mau kemana. Mau Pulang juga boleh." Jawab Sya santai.
" Memangnya kosan kamu benar-benar tidak membolehkan ada laki-laki masuk? "
" Sebenarnya boleh kalau bapak mau nunggu diruang tamu. Tapi saya yakin bapak tidak akan mau." Ucap Sya lagi.
" Saya mau kok."
Pikir Radit dari pada dia harus pulang kerumah sendiri lebih baik dia ikut bersama mereka walaupun harus menunggu diruang tamu. Memangnya dia mau apa ke kamar Sya kan?
Akhirnya mereka pulang ke kosan Sya. Sepanjang perjalanan Kendra bertanya banyak hal kepada Sya.
" Dunda mau tidak nanti malam boboknya sama Kendla." Ujar Kendra bertanya kepada Sya.
" Boleh, tapi Kendra bobok ditempat Tante Dunda ya." Ujar Sya menjawab sekenanya.
" Sama Ayah boyeh? " Tanya Kendra yang membuat Sya terkejut.
" Haa... Tidak boleh." Jawab Sya cepat.
" Kenapa tidak boyeh? " Tanya Kendra bingung.
" Ya pokoknya tidak boleh, tanya saja sama Ayah Kendra." Ujar Sya mengalihkan pertanyaan agar Kendra bertanya kepada Radit.
" Kenapa Ayah? "
" Karena Bunda tidak mau, kalau Ayah sih mau- mau aja." Jawab Radit yang berniat untuk menggoda Sya.
Sya yang mendengar jawaban Radit hanya mendelikkan matanya kesal.
" Ooohhh." Jawab Kendra pada akhirnya.
Dapat Sya lihat ada sedikit rasa kecewa diwajah Kendra. Tapi mau bagaimana lagi, Sya memang tidak boleh dan tidak mau kalau harus tidur sama Radit.
Tidak lama mereka sudah sampai depan kosan Sya. Sya turun terlebih dahulu untuk memberi tahu Pak Didin jika dia ada tamu. Setelahnya Pak Didin membukakan pintu gerbang untuk Pak Radit.
" Wahhh, cah ganteng. Ini ponakan Mba Sya ya? Memang Mas Fardan sudah menikah ya Mbak." Ucap Pak Didin begitu melihat Sya membuka pintu mobil dan menggendong bocah cilik keluar.
" Bukan Pak, ini anak bos saya." Jawab Sya tersenyum canggung.
Radit turun dari mobil dengan aura yang terlihat tegas.
" Perkenalkan Pak, ini Pak Didin yang jaga dikosan ini." Ujar Sya kepada Radit.
" Saya Radit Pak." Jawab Radit singkat.
" Ganteng tenan Mbak, calonnya ya? " Tanya Pak Didin menggoda Sya seraya menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
" Bukan Pak, kan tadi saya sudah bilang ini bos saya. Anaknya suka main sama saya terus minta ikut kesini. Ya sudah saya bawa aja. Lagian nanti Pak Radit nunggu di ruang tamu kok Pak." Ujar Sya menjelaskan.
" Duda ya mbak? tapi nggak papa mbak, kayaknya orangnya baik kok." Bisik Pak Didin lirih agar Radit tidak mendengar ucapannya.
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂