NovelToon NovelToon
Hello Tuan Harlan

Hello Tuan Harlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.

Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.

Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siasat Elyana

Hari ini universitas Mahakarya tengah digemparkan oleh sebuah video tentang kejadian saat ospek waktu itu.

Direkaman itu terpampang kejadian yang sebenarnya, di mana penjaga stand yaitu Reina tak bersalah sama sekali atas kelalaian yang diakibatkan mahasiswa mereka sendiri yaitu Elyana.

Bahkan Elyana yang menjatuhkan diri sendiri dan mulai menyalahkan Reina.

Elyana yang saat itu masuk kampus karena berpikir bahwa ucapan Elke hanya gertakan, tentu saja ketakutan bukan main.

Semua mahasiswa bahkan dosen membicarakannya dan mulai merundungnya.

Bahkan hujatan-hujatan itu memenuhi kolom komentar.

Apalagi photo serta nama dan jurusannya terpampang nyata, membuat sebagian murid bahkan hendak memberinya pelajaran karena telah membuat nama kampus mereka tercemar.

Elyana menangis dengan tubuh gemetar. Kejadian ini mirip kehidupan masa lalunya yang di mana ia selalu menjadi bahan perundungan karena merupakan anak yang dilahirkan tanpa ayah yang jelas.

Dia tak tahu lagi harus berbuat apa. Bahkan dia tak berani melihat ponselnya yang sejak tadi berdering dan memilih mematikannya.

Elyana tahu mereka pasti teman-teman dan fansnya yang meminta penjelasan padanya.

Namun dia tak mungkin terus berada di sini, dia ingin pergi dan keluar dari kampus, tapi ia takut di buly oleh mahasiswa lain.

Elyana sejak tadi mengutuk Elke serta Reina, ia yakin saat ini kakak tirinya itu pasti tengah bergembira karena berhasil menjatuhkan nama baiknya ke paling dasar.

Di kediaman Hendro, Meike yang tadi dikirimi Elyana tentang pemberitaannya juga ketakutan bukan main.

Kemarin saat bertemu dengan Elke ditemani oleh Laksmana, atasan Reina itu memang tetap menolak, tapi Laksmana berhasil memberikan ancaman yang Meike kira berhasil membuat wanita itu takut.

Ia tak menyangka justru kejadiannya semakin parah seperti ini.

Hendro yang baru saja pulang dari rumah sakit kembali drop saat mendengar keluarganya kembali terkena masalah.

Beruntung penyakit jantungnya tidak kambuh. hanya saja ia yang di rawat hanya satu hari saja di rumah sakit jelas kondisinya belum pulih benar.

"Pih gimana ini Pih, Elyana pasti ketakutan. Anak itu setelah mengabari mamih malah hpnya ngga aktif. Aduh, ini juga ada surat panggilan ke kampus Pih, mamih harus gimana?"

Hendro berusaha menetralkan napasnya yang sedikit sesak. Dia bangkit untuk duduk di ranjangnya.

"Tolong ambilkan obat papih mih," pinta Hendro yang dibalas decakan sebal istrinya.

"Papih ini kenapa harus sakit-sakitan sih! Semua ini pasti gara-gara Reina. Anak sialan kamu itu pasti mempengaruhi atasannya!"

"Laksmana juga kenapa dia gagal sih bikin takut wanita itu!" gerutunya.

Hendro kembali menetralkan debaran jantungnya yang semakin menyiksa.

Sekarang bahkan anak pertamanya ikut membuat masalah.

Andaikan Meike mau mendengarkannya dan meminta Elyana membuat video klarifikasi ia yakin masalahnya tak mungkin akan sebesar ini.

Namun semua telah terjadi, Hendro yakin Elyana pasti akan dibatalkan penerimaannya.

Hendro tahu kampus Mahakarya menjunjung tinggi nama baik mereka, jadi tak mungkin mereka membiarkan masalah ini merusak reputasinya, oleh sebab itu ia yakin Elyana pasti akan dikeluarkan.

Setelah ini dirinya yakin akan kembali dipusingkan oleh sang istri.

Hendro memejamkan matanya lagi, dia sedikit menyesal karena menikahi Meike,wanita yang dulu melamar jadi karyawannya dan memiliki sikap lemah lembut, nyatanya seperti singa betina.

Hendro benar-benar merasa tertipu oleh wanita itu. Apalagi Meike benar-benar tak memedulikannya dan merengek agar dia keluar saja dari rumah sakit saat dirinya sakit kemarin.

"Sebenarnya apa yang kalian lakukan pada Nona Elke? Kenapa dia akhirnya langsung bertindak seperti ini?

Meike menggigit bibirnya. "Kemarin aku sama Laksmana menemui dia, dan kami hendak memberikan ia uang yang banyak. Tapi perempuan itu tetap menolak. Padahal Laksmana sudah susah payah mendapatkan uang itu!" gerutu Meike.

Hendro mengernyit heran. Uang dari mana putranya itu? Seingatnya mereka tidak punya uang simpanan lagi untuk keperluan pribadi.

Apa anaknya itu mengambil uang perusahaan lagi?

Pikiran Hendro semakin kalut. Dia khawatir anaknya telah menyalah gunakan dana perusahaan mereka.

.

.

Elyana menghentikan tangisnya saat mendengar suara pintu toilet terbuka.

Dia ketakutan seolah ada orang yang tahu keberadaannya. Ia bersembunyi di sini karena toilet di lantai tiga ini sedang dalam perbaikan jadi ia yakin tak akan ada mahasiswa yang akan ke sini.

Namun setelah mendengar beberapa mahasiswa dengan suara tertawaan masuk, dirinya memilih menutup mulutnya agar isakannya terhenti.

Mau apa mereka, bukannya toilet ini rusak?

"Ke mana itu si Elyana? Aku emang dari awal udah ngga suka banget sama dia!"

"Bener itu An, inget ngga waktu ospek dia kelihatan banget cari perhatian. Sok cantik!" ucap lainnya.

"Iya, padahal aku yakin make upnya pasti tebalnya sampai 5 centi, udah kaya donat dia, ngga ngaca apa ya."

"Jangan lupa hak tingginya, kalau lima centi masih okelah, ini kayaknya 12 apa 15 centi, gila ngga tuh. Dia mau ngampus apa jadi model."

Para mahasiswi itu menertawakannya. Namun Elyana justru merasa jika mereka hanya iri karena ia memang cantik.

"Dah yuk keluar, ngga enak banget hawa di toilet ini."

Tak lama suara langkah meninggalkan toilet membuat Elyana tenang. Dalam hati dia murka bukan main karena ia sudah mulai menerima serangan kebencian dari para mahasiwa.

Dia terpaksa menyalakan kembali ponselnya dan hendak meminta bantuan. Dalam benaknya hanya ada Edwin, sebab pemuda itu telah mengetahui rekaman ini tempo hari.

Beruntung Edwin segera mengangkat panggilannya.

"Ada apa?" jawab Edwin yang terdengar malas. Ia sungguh tak ingin terlibat dengan skandal Elyana kali ini. Gadis itu benar-benar akan mempersulitnya jika dia memutuskan terlibat.

"Tolong aku ka, aku takut. Aku mohon kali ini aja," lirihnya putus asa

Edwin di seberang sana menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Dia tahu saat ini Elyana pasti tengah kesulitan.

Apalagi ia tahu betul jika gadis itu tak memiliki teman dekat yang benar-benar mau membantunya.

Terpaksa dia membantu gadis itu, tapi dalam hati dia berjanji jika ini yang terakhir, sebab dia ingin kembali mengejar Reina dan membuktikan keseriusannya.

"Kamu di mana?" tanyanya ketus.

Hati Elyana sakit bukan main saat mendengar nada bicara Edwin yang ketus padanya.

"Aku di toilet lantai 3 ka, yang ujung—"

Tanpa menunggu kalimat Elyana berikutnya, Edwin segera mematikan panggilan mereka.

Dia berharap semoga keberadaannya membantu Elyana tak terlihat mahasiswa lain.

Beruntungnya lantai di sana sudah sepi karena kelas sudah banyak yang mulai.

Edwin segera masuk dan mencari keberadaan Elyana.

"El?" panggilnya. Setelah mendengar suara Edwin, Elyana bergegas keluar dan memeluk lelaki itu sembari menangis.

"Sudah jangan menangis, kamu mau ngundang banyak orang ke sini!" sungut Edwin kesal karena panik.

Terpaksa Elyana menghentikan tangisannya dan menunduk menyembunyikan kepedihannya lagi.

"Ayo kita keluar lewat tangga darurat!" ucap Edwin mebuat mata Elyana membulat seketika.

"A-apa tangga darurat?" tanyanya panik.

Edwin mengernyit tapi tetap mengangguk. "Iya, kamu pikir mau lewat mana? Lift? Mau, kamu di sorakin sama mahasiswa lain?"

Tubuh Elyana bergetar, dia sudah tak tahan di marahi oleh Edwin dan kini menumpahkan kekesalannya.

"Kakak ngga lihat sepatu aku? Ngga mungkin aku turunin tiga lantai pakai tangga darurat, kaki aku bisa lecet ka!"

"Terserah kamu, cuma itu pilihan kamu. Lagian siapa suruh kamu ke kampus pakai sepatu begituan!"

"Cepat putuskan, kalau enggak aku akan keluar!"

"Baiklah," Pasrah Elyana mengikuti Edwin menuju lantai darurat.

Baru beberapa langkah kakinya sudah terasa sakit, dia terpaksa mencopot sepatunya dan berjalan tanpa alas kaki.

"Sekarang kamu mau ke mana?"

"Ke hotel ka," pinta Elyana lirih.

"Baiklah kamu memang lebih baik di sana dulu istirahat."

Sesampainya di hotel, Elyana tak mau melepaskan Edwin. Dia meminta agar pemuda itu menemaninya. Terpaksa Edwin kembali mengabulkan keinginan Elyana karena tak tega, tanpa tahu kalau gadis itu menyimpan rencana busuk untuk menjebaknya.

Aku pasti akan dikeluarkan dari kampus, dari pada malu, lebih baik aku menikah sama kamu ka. Aku yakin sebenarnya kamu juga udah suka sama aku.

.

.

.

Lanjut

1
Dapllun
semangat kak, aku tinggalkan komentar ku disini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!