Novel ketiga Author septi.sari
Karya asli dengan ide alami!!
Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
"Eh, eh tuan .... Apa anda sedang mencari nyonya muda?"
Langkah Prabu menggantung kembali, saat Mirna lebih dulu menyelanya dengan sebuah kalimat.
Prabu memicing. Dia urungkan niatnya untuk pergi keatas menemui istrinya.
"Istri saya dirumah, kan?" tanya Prabu memastikan.
Mirna terdiam sejenak, sambil meremas ujung seragam kerjanya. Wanita muda itu merasa nyawanya sedang terancam, jika sudah dipasrahkan mengenai nyonya mudanya.
"Em itu tuan ... Nyonya pamit keluar sejak pukul 2 siang. Nyonya hanya bilang, katanya dia ingin membeli sebuah buku dikota," ucap ragu Mirna, tanpa mau menatap kedua netra tuannya.
Prabu spontan membolakan mata. Perasaan tidak tenang kembali menyeruat didalam batinya.
"Saya sudah menyuruh kamu, untuk melarang kemanapun istri saya pergi! Tapi apa .... Anissa berhasil pergi lagi," geram Prabu melayangkan tatapan membunuh.
Jantung Mirna berpacu lebih cepat, seakan hidupnya akan berakhir pada pria didepanya. Gadis berusia 24 tahun itu hanya menunduk, tanpa bantahan apapun.
Hah!!
Desah Prabu kasar, hingga membuat pelayan muda itu meringsut ketakutan. "Sudah, lebih baik kamu pergi dari hadapan saya!" geram Prabu menahan amarahnya.
Merasa ada angin segar lewat, Mirna langsung saja ngacir kearah belakang. Dia tak henti-hentinya berucap syukur, karena Tuhan masih bersikap baik, memberinya kesempatan hidup lebih lama.
'Kemana lagi, Anissa pergi? Apa benar yang dikatakan Mirna, jika dia hanya singgah sebentar di toko buku?!Dia benar-benar membuatku gila'
Argkhhh!!
Teriak Prabu merasa frustasi.
Setelah itu, dia berjalan kembali menaiki tangga untuk menuju kamar pribadinya.
Klek!!
Kamar megah itu terasa sunyi. Prabu masuk dengan langkah gontai, karena tiada sambutan yang terucap secara lembut. Ruangan besar itu begitu wangi dan terawat. Namun terasa mati, karena tanpa kasih didalamnya.
Seharusnya, kamar itu menjadi saksi malam pertama untuknya dengan sang istri. Tetapi, semua impiannya harus luruh terbawa arus kehidupan.
Prabu duduk dipinggir ranjang. Tanganya terulur membuka laci nakas, disisi ranjang.
Wajahnya masih tenang saat dia membuka amplop bersampul coklat tersebut.
Huh!!
Desahnya pelan. Dia lantas segera mengeluarkan selembar kertas bewarna putih, yang dimana terdapat logo rumah sakit ternama dikotanya.
"Andai saja kamu tahu, Nissa! Aku hanya tidak ingin membuat hidupmu lebih terpuruk karena berharap denganku. Aku tak mampu memberikan kepuasan batin terhadapku ... Itu semua bukan tanpa sebab!" lirih Prabu sambil menatap selembar kertas tadi.
Prabu terdiam. Dia memasukan kembali lembaran putih tersebut kedalam amplop coklat. Dan diletakan kembali didalam laci.
Tubuh Prabu seketika menegang. Dia menundukan kepala. Entah mengapa, jika dia mengingat semua kekurangan hidupnya dalam selembar kertas tadi. Mendadak tubuhnya terasa lemas, tanpa adanya seonggak tulang menyangga.
Kedua matanya memanas, dengan bersamaan dadanya terasa sesak. Dia menyunggar kasar kepalanya, sambil terisak sendiri.
"Aku benci dengan hidupku ...!" jerit Prabu disela isakan tangisnya.
"Kamu hanya dapat melihat sikap buruku saja, Anissa ... Kamu tidak tahu, betapa hancurnya hidupku!" teriak Prabu kembali.
Arrgkk!!
Pyar!!
Teriak Prabu yang merasa frustasi, sambil melempar guci bunga ke arah tembok.
"Anda harus mengikuti terapi, untuk mengembalikan hormom anda!" terang dokter pria, yang khusus menangani spesialis reproduksi.
"Apa saya masih bisa memiliki keturunan?" tanya Prabu mencoba meyakinkan kembali.
Dokter parubaya itu menghela nafas dalam. Lalu dia mengambil sebuah notebook kecil, untuk memperlihatkan pada Prabu, bagaimana konsep dan segala mengobatan bagi penyakit yang di derita pasienya.
"Kemungkinan kecil! Saya belum bisa memastikan untuk saat ini. Mungkin jika anda sudah memiliki istri, anda dapat merasakan reaksi tubuh anda!" jelas sang dokter.
Prabu semakin merasa pesimis dengan hidupnya. Bagaimana dia akan menikah, sementara dia bukan layaknya pria sejati.
Jika teringat ucapan sang dokter beberapa tahun yang lalu, rasanya semakin membuat hidupnya terpuruk. Rasa semangat yang semula berkobar, kini padam bak tersiram air.
Pria itu mengusap kasar sisa air matanya. Dia teringat beberapa minggu yang lalu, disaat dia menggantikan pakaian sang istri.
Prabu memicing. Dia sangat ingat betul, bagaimana tubuhnya dapat bereaksi didekat sang istri. Padahal dulu, sebelum Anissa datang, dia tidak pernah merasakan apapun selama dia dekat dengan seorang wanita.
Tubuhnya bahkan tidak merespon atau bereaksi apapun.
"Apa ... Aku harus mencobanya dengan Anissa? Dia istriku. Sudah seharusnya dia melayaniku," gumam penuh semangat. "Tapi aku takut! Bagaimana kalau aku tidak dapat memuaskannya?" imbuh Prabu, yang seketika membuat pikiranya lesu.
*
*
*
~TANASURGA CAFE~
Tepatnya berada di kota Salatiga. Kota dimana Anissa dilahirkan serta dibesarkan oleh sang nenek.
Bukan hanya sekedar cafe biasa. TANASURGA juga menyediakan kebun organik yang bersifat less waste. Selain menyediakan makanan, cafe ini juga tersedia sebuah toko yang menjual olahan organik.
Anissa memilih cafe ini, karena dia begitu menyukai alam terbuka, yang tercipta dari kebun disisi cafe tersebut. Hembusan angin sore yang menyimak rambut lurusnya, serta langit yang bersemu orange. Semakin menambah daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, seolah enggan untuk meninggalkan.
Menariknya di TANASURGA~makanan dan minuman yang disajikan berasal dari hasil kebun yang bebas pestisida. Meski tanpa penyedap, semua kuliner yang ditawarkan mampu memanjakan lidah para pengunjung, termasuk Anissa sendiri.
"Hallo Mika .. Aha iya! Kamu bisa kesini? Aku sedang berada di Salatiga," kata Anissa sambil meletakan penanya.
Mika yang sedang menyuapi putri kecilnya makan, seketika terkejut. Dia meletakan mangkuk kecil itu diatas meja.
"Kamu dimana, Nissa? Apa dengan suamimu?"
"Tidak! Aku berada di TANASURGA. kamu bisa kesini?? Aku tunggu ..." balas Anissa, "Jangan lupa, kamu harus membawa si kecil Naumi. Aku sangat merindukanya!"
Mika terkejut hebat. Dia belum sempat ke Magelang, rupanya Anissa sudah terlebih dulu mengunjungi kotanya. Oh, ibu muda itu pasti tidak akan menyiakan kesempatan emas untuk saat ini.
"Tunggu 10 menit, aku akan segera datang!" putus Mika mengakhiri panggilanya.
Anissa kembali menegakan penanya. Dia melanjutkan menulis, karena tempat ini sangat cocok untuk menuangkan segala ide kehidupan.
•••Jangan pernah menaruh harapan pada pundak lemah. Egomu pasti akan bertolak belakang. Mulai sekarang, mecobalah untuk berdamai pada dirimu. Hempaskan semua impian semu!! Mari berdiri dan bergandengan, untuk mewujudkan mimpi indah Bersama•••
•••Kamu berbakat!! Apa yang kamu punya sekarang, mungkin banyak menjadi suatu doa bagi manusia. Buanglah rasa pesimis yang melekat. Kita memiliki kekuatan untuk melangkah lebih kuat•••
•••Cobalah terpejam sejenak. Lalu rasakan dengan tenang, bahwa saat ini kamu sedang menjadi pemenang dalam hidupmu. Kamu sendiri yang menciptakan bahagiamu. Maka tersenyumlah•••
"Perfect! Tinggal 1 bab lagi, bukuku akan selesai dengan senyuman," gumam Anissa tersenyum puas, saat menatap notebook didepannya.
Sementara dirumah, Prabu sejak tadi tampak uring-uringan karena panggilannya kepada sang istri teralihkan oleh panggilan lain.
Dia lantas bangkit dari bangku kayu. Tanganya masih menggenggam benda pipih itu. Namun wajahnya menahan geram.
"Dengan siapa dia menelfon?! Kemana perginya? Hah ...." desah Prabu kasar.
Dia menjatuhkan tubuhnya diatas bangku kayu pinggir kolam tadi. Sambil kembali mengotak atik ponselnya.
"Tuan ... Jus anda sudah siap, saya taruh dimeja makan!" ujar sang pelayan yang menghampiri Prabu.
"Terimakasih!" singkat Prabu tanpa menatap.
Sore ini, Prabu benar-benar menerapkan hidup sehat. Setelah berolahraga, dia tidak lupa menyuruh pelayanya untuk membuatkan jus buah, agar stamina tubuhnya kembali kuat.
Rencananya, malam ini dia akan menebus semua kesalahanya dengan Anissa. Dia ingin membuktikan semua ucapan dokter terhadap tubuhnya yang mengalami gangguan. Dengan itu, semoga saja malam ini semuanya akan berjalan sesuai rencana. Prabu juga tidak lupa menghias kamarnya serapi mungkin, dan sudah sejak tadi dia memberikan wewangian aroma terapi, agar nanti mereka akan hanyut dalam ketenangan.
Semangatnya berkobar kembali. Dia lalu bangkit, dan berjalan menuju ruang makan karena teringat pada jus segarnya.
"Nissa sayang ... Bagaimana kabarmu?" seru Mika setelah berada dibelakang tubuh Anissa.
Anissa menoleh terkejut. Lalu tersenyum hangat, dan segera bangkit dari duduknya.
"Baik ibu Mika!" tawanya pecah. Dia lalu menggendong tubuh Naumi, dan memberinya kecupan berkali-kali, "Kamu sangat menggemaskan Naumi! Bagaimana bisa kamu membuat putri secantik ini, Mika?" kekeh Anissa.
"Allo bibi tantik," sapa Naumi dengan ciri khas cadelnya. Bocah 3 tahun itu memang baru tahap belajar bicara.
"Kamu ini ada-ada saja! Memangnya putriku adonan kue, haa?" gerutu Mika, "Tapi, kalau dilihat-lihat ... Kamu memang sudah pantas memiliki putra Anissa!! Bagaimana ... Apa sudah ada tanda-tanda?" lanjut Mika setelah selesai memasang baby chair untuk Naumi.
Anissa meletakan Naumi. Dia kemudian memicingkan matanya kearah sang sahabat.
"Kamu bilang tanda-tanda? Tanda-tanda turun hujan, maksudmu?" canda Anissa berdalih.
Mika memajukan kepalanya kedepan. Kedua alisnya bertaut, ingin mendapat jawaban yang semestinya.
"Benar! Aku masih asli, Mika!" imbuh Anissa cukup pelan.
Kali ini dia benar-benar mengatakan semuanya pada sang sahabat. Anissa rasa, Mika berhak tahu. Karena Mika adalah sahabatnya sejak dia sekolah SMA. Dan hanya Mika yang mau berteman denganya, disaat beberapa anak menjauhinya karena Anissa dianggap sebagai pelayan. Dan beruntunglah bertemu Mika.
Brakk!!
"Apa ....?" Mika terkejut, dan langsung menggebrak meja namun cukup pelan, "Bagaimana bisa dia tidak menyentuhmu? Atau jangan-jangan, suamimu memiliki kelainan?" tebak Mika selanjutnya.
"Ck!" decak Anissa, "Tidak mungkin! Dia memiliki tubuh yang begitu sehat, Mika! Mungkin bukan kelainan, lebih tepatnya tubuhku terlalu hina didepan matanya," sahut Anissa menahan kesal.
"Apa dia tahu, kamu datang ke sini?"
Anissa menggeleng kuat, "Untuk apa aku memberi tahunya! Dia tidak akan pernah peduli kemanapun aku pergi. Mungkin saat ini, dia sedang bermesraan dengan wanita depresi itu!"
Sejenak~Mika tampak berpikir. Dia merasa ada sesuatu yang tersembunyi dari pernikahan sahabatnya itu.
"Aku akan tinggal lebih lama di Salatiga!" putus Anissa.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.
bisa diganti ke
Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu kamar mereka (kamar Prabu yang kini menjadi kamar mereka)
Annisa mulai menyadari sikap dingin Prabu yang mulai terlihat (ia tunjukkan).
BLA BLA BLA, Annisa langsung diboyong ke kediaman Prabu yang berada di kota Malang.
dan kata di kota bukan dikota.
kamu harus tahu penggunaan kata 'di' sebagai penunjuk tempat dan kalimat