Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Lima
Setelah Aaro selesai dengan urusannya, laki-laki itu pun kembali berjalan ke atas tempat tidur kemudian menyerngitkan keningnya heran ketika tidak mendapati Cia di sekeliling kamar
Kemana istrinya itu? Pikir Aaro.
“Ay…” Panggil Aaro yang tidak mendapatkan tanggapan apapun dari Cia.
Tak lama, suara derit pintu kamar mereka yang di buka dari luar membuat Aaro langsung mengarahkan pandangannya ke arah asal suara.
“Kamu abis dari mana Ay?” Tanya Aaro serak.
Cia yang mendengar pertanyaan Aaro pun mengangkat kedua tangannya tinggi.
“Cia abis ambil kompresan buat Kak Aaro Kak.” Ujar Cia kemudian berjalan ke arah laki-laki itu.
“Kak Aaro udah selesai?” Tanya Cia yang di balas dengan anggukan kepala Aaro.
“Udah Ay.” Saut Aaro kemudian menatap jam dinding yang telah menunjukkan pukul setengah dua pagi.
“Kamu gak tidur Ay?” Tanya Aaro yang di balas dengan gelengan kepala oleh Cia.
“Kak Aaro lagi sakit kaya gini, gimana Cia bisa tidur coba hmm?” Tanya Cia yang membuat Aaro terdiam seketika.
“Harusnya kamu istirahat aja Ay, kamu nanti cape.” Ujar Aaro yang di balas dengan delikan sinis Cia.
“Kak Aaro itu suaminya Cia Kak, udah kewajiban Cia buat rawat Kak Aaro.” Saut Cia yang membuat kedua sudut bibir Aaro berkedut.
“Siapa yang ngajarin hmm?” Tanya Aaro tersenyum kecil.
“Tadi Cia abis di kasih tau sama Mama Kak,” Cengir Cia membuat Aaro menganggukkan kepalanya pertanda mengerti.
“Mama sama Papa udah pulang Ay?” Tanya Aaro yang di balas dengan anggukan kepala Cia.
“Udah Kak, jam sepuluh tadi.” Jawab Cia.
“Tapi Ay, kok rasanya perut aku gak berhenti melilit ya?” Bingung Aaro ketika merasakan mules kembali menyerang perutnya.
“Hah? Apa gara-gara Kak Aaro abis makan seblak ya?” Gumam Cia.
“Aku ke kamar mandi dulu Ay.” Ujar Aaro kemudian berjalan dengan cepat menuju ke arah kamar mandi.
“Katanya lemes, itu kok bisa lari?” Gumam Cia heran kemudian bergerak membersihkan tempat tidur mereka.
Setelah di rasanya sudah tidak seberantakan tadi, gadis itu pun naik ke atas tempat tidur kemudian membaringkan tubuhnya dan tanpa sadar sudah terlelap karena mengantuk.
Aaro yang baru saja keluar dari kamar mandi pun tersenyum ketika melihat istrinya yang tengah terlelap dengan damai.
Diusapnya rambut istrinya itu dengan sayang kemudian berbaring di samping Cia. Laki-laki itu menatap wajah Cia lama, mengagumi kecantikan istrinya itu. Bibirnya yang mungil tipis, bulu matanya yang lentik, serta mata Cia yang indah ketika terbuka. Hal yang paling Aaro sukai dari bagian wajah Cia adalah mata. Mata gadis itu terlihat sangat cantik dengan tatapan polos yang selalu menghiasi mata itu.
Tak lama, perasaan sakit perut itu kembali datang membuat Aaro mengecup kening Cia kemudian berdiri hendak ke kamar mandi.
Saat Aaro hendak berdiri, tanpa sengaja tatapan matanya mengarah ke arah bungkus obat yang tadi di berikan oleh Cia dan menganga ketika mengenali bungkus obat yang tidak asing baginya.
Pantas saja dirinya dari tadi bolak-balik ke kamar mandi, ternyata istrinya itu salah mengambil obat. Bukannya obat sakit perut yang di ambilnya, tapi obat pencuci perut lah yang di ambil oleh istrinya itu.
“Astaga Ay… Aku udah lemes banget loh ini Ay…” Gumam Aaro kemudian berusaha semaksimal mungkin untuk segera sampai ke kamar mandi sebelum dia benar-benar tidak tahan lagi.