"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tekad Riska
"Aurora, antarkan tugasnya nanti ke ruanganku!" ujar Vallerio berwajah datar saat sudah memberikan beberapa soal pada para murid.
kebetulan jam pertama dia mengajar di kelas Aurora, jadi dia benar benar cari cara agar nanti dia bisa menemui gadisnya.
sebenarnya bisa saja Vallerio meminta Aurora untuk ke ruangannya tanpa embel embel mengumpulkan tugas, tapi berhubung hubungan mereka tidak ada yang tahu jadi dia tidak ingin menciptakan kecurigaan dan berakhir membuat Aurora tidak nyaman nantinya.
"iya pak" jawab Aurora mengimbangi drama Vallerio. setelahnya dia berpura pura serius mengerjakan tugas setelah Vallerio keluar kelas.
hingga di jam istirahat, dia mengumpulkan tugas itu.
"Rora, aku temanin kamu pergi antar tugas itu ke ruangan pak Vallerio ya, setelah itu kita sama sama ke kantin" Caca menghampiri Aurora, mengandeng Aurora seperti biasanya.
"kamu duluan aja deh, serius nanti aku nyusul.." jelas sekali Aurora enggan membawanya ikut serta, jadi dia mengusir secara halus.
Caca juga tidak curiga sama sekali, dia hanya mengangguk menghargai keputusan Aurora.
"tapi janji dulu ntar nyusul benaran ya? awas saja kalau tidak lagi, besok besok aku benaran mengintilimu terus!!" tekan Caca dan diangguki oleh Aurora. gegas setelahnya Aurora pergi ke ruangan Vallerio.
tok
tok
tok
jika dulu dia seenaknya masuk disana, hari ini ada yang berbeda dari Aurora. setelah kemarin Vallerio meresmikan hubungan mereka, Aurora jadi gugup setengah mati tiap kali mau bertemu pria itu.
"masuk!" seperti biasa, Vallerio dengan suara hasnya yang berat mempersilahkan Aurora untuk masuk. gadis itu melangkah pelan, menundukkan pandangannya tak kuasa melihat pria itu.
"ini tugasnya kak" ujar Aurora cepat cepat menaruh buku tugas para murid, kemudian cosplay jadi patung.
"kenapa diam?, sini!" Vallerio menatapnya begitu dalam, seolah menyelami isi pikiran Aurora. lantas dia berdiri, mengendong tubuh gadis cantik itu untuk duduk di pangkuannya.
"kak..." lirih Aurora sudah mulai was was. dia takut jika ketahuan oleh teman guru pria itu nanti, ter-khusus ibu Lisa yang biasanya datang ke ruangan Vallerio di jam istirahat.
tidak menjawab, Vallerio hanya melabuhkan ciuman singkat di kening Aurora, membuat Aurora lagi dan lagi membulatkan matanya.
dia balik, menatap tajam ke arah Vallerio.
"hahah, kenapa lihatnya begitu?" hilang sudah niat Vallerio yang mau menghukum Aurora sesuai tekadnya semalam, kali ini dia hanya ingin seperti ini, memeluk gadis cantik itu.
"masih tanya, tuh mulut kayaknya harus di beri pelajaran deh biar tidak sembarangan nyosor!!" ketus Aurora kembali ke stelan awal.
"hmm, masih baik hanya cium di kening, harusnya aku menghukummu sayang.."
"hukum? emang aku salah apa?" tanya Aurora yang memang tidak menyadari apa kesalahannya.
'kamu mematikan sambungan teleponnya dengan cepat semalam, dan aku tahu pasti karena nonton drama bukan karena ngantuk, iya kan?" jelas Vallerio panjang lebar berhasil membuat Aurora mati kutu.
astaga, apa dia cenayang? kok bisa tahu kalau aku hanya buat alasan? atau terlalu kentara kah tadi malam hingga dia bisa menduga?
monolog Aurora lantaran tak habis pikir semua tuduhan Vallerio benar adanya.
"diam lagi, benar kan?" Aurora hanya nyengir, memperjelas praduga Vallerio hingga pria tampan itu gemes sendiri atas tingkah gadisnya.
"maaf, habisnya kakak ganggu acara nonton ku deh" alasannya ada saja, kemudian memeluk Vallerio.
tak
"aishhhh kok di sentil sih? sakit kak!" dengus Aurora saat Vallerio menyentil keningnya.
"janji hanya semalam begitu, kalau tidak nanti aku benaran menghukummu!!"
"iya iya, tapi memang kalau melanggar apa hukumannya?" tanya Aurora penasaran.
"cium seharian!" jawab Vallerio kembali merengkuh tubuh ramping itu.
cium? hukumannya cium? ya udah kapan kapan aku melanggar lagi deh!! tekad Aurora.
"kak, sebenarnya tadi aku mau ke kantin sih, bisa di lepas nggak?" sadar akan janjinya pada Caca, Aurora gegas menyampaikan itu pada Vallerio.
"ke kantin? ayok!" jawab Vallerio di luar perkiraan. bukan begitu maksud Aurora, dia ingin pergi sendirian menemani Caca yang mungkin akan merajuk nanti jika Aurora tidak datang.
"kakak mau kemana?"
"ke kantin, tadi kan kamu bilangnya gitu!" jawab Vallerio.
"hais, Aurora saja kak, kalau kakak mau ke kantin ya jangan sama Aurora lah perginya, sendiri sendiri saja!!!" tegas Aurora kemudian buru buru keluar dari ruangan itu meninggalkan Vallerio yang hanya diam setelahnya.
...----------------...
"jadi nak Vallerio minggu depan sudah bekerja di kantor jeng?" di sebuah rumah yang cukup mewah, ada beberapa ibu ibu sosialita yang tengah menghadiri arisan, termasuk mama Nisa dan Sandra (ibu dari Riska)
"kata pak suami sih gitu, kenapa memangnya?" Sandra tersenyum lembut, kemudian memegang tangan putrinya yang ikut hadir disana.
"bukankah kita tengah menjodohkan putri saya dengan nak Vallerio? bagaimana kalau kita membuat mereka semakin dekat?" Ujar Sandra membuat mama Nisa mengangguk pelan.
dia melirik ke arah Riska yang juga tengah memberikan senyum terbaiknya pada wanita itu.
"sayang, emangnya tidak ada kemajuan ya?" tanya mama Nisa pasa Riska. wanita itu menggeleng pelan, bagaimana mungkin ada kemajuan, chatnya saja tidak pernah di balas oleh Vallerio.
"masih jalan di tempat tante, putra tante agak sulit di dekati, apalagi pekerjaan kita juga agak berbeda jadi kecil kemungkinan untuk bisa menjalin hubungan" jawab Riska jujur berharap dengan dia memberitahu hal itu mama Nisa bisa mengingatkan pada Vallerio nantinya.
"nah itu dia, maka dari itu aku berpikir bagaimana jika nanti Riska lamar di perusahaan kalian, biar mereka dekat jika sudah satu kantor, iyakan?" ide yang cukup bagus sebenarnya, hingga Sandra mengutarakannya dengan sangat antusias. tidak sia sia, rencananya itu di sambut baik oleh mama Nisa yang memang menginginkan menantu, dia setuju setuju aja jika untuk kebaikan.
"bagus juga, nanti aku sampaikan pada suamiku ya, kalau dia setuju maka aku akan segera menghubungi kamu jeng" jawab mama Nisa pada akhirnya.
"kenapa tidak kamu jodohkan putramu dengan putriku Nis?" tanya seorang ibu ibu yang sejak tadi menyimak pembicaraan mereka.
"boleh boleh saja, asalkan anaknya mau!" jawab mama Nisa dengan kekehan kecil. Riska yang mendengar itu mengepalkan tangannya kuat di bawah meja. tidak, ini tidak akan dia biarkan.
secepatnya aku harus mendapatkan Vallerio, jangan sampai aku di tikung, ini kesempatan baik, pokoknya aku harus bisa bekerja di kantornya!! tekad Riska dalam hati.
"pokonya cepat kabarin Riska ya tan.." dia tersenyum kikuk, menjaga image di depan mereka semua.
"pasti sayang" mereka semua bercanda ria bersama, sesekali menggoda anak anak yang ikut hadir menemani orangtuanya.
hingga setelah cukup lama, mama Nisa pamit lebih dulu pulang ke rumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪