NovelToon NovelToon
KEPENTOK PERAWAT ANTIK

KEPENTOK PERAWAT ANTIK

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis
Popularitas:43.4M
Nilai: 4.1
Nama Author: Ichageul

Karenina, gadis cantik yang periang dan supel. Dia hidup sebatang kara setelah kehilangan seluruh keluarganya saat musibah tsunami Aceh. Setelah berpindah dari satu rumah singgah ke rumah singgah lainnya. Karenina diboyong ke Bandung dan kemudian tinggal di panti asuhan.

Setelah dewasa, dia memutuskan keluar dan hidup mandiri, bekerja sebagai perawat khusus home care. Dia membantu pasien yang mengalami kelumpuhan atau penderita stroke dengan kemampuan terapinya.

Abimanyu, pria berusia 28 tahun yang memiliki temperamen keras. Dia memiliki masa lalu kelam, dikhianati oleh orang yang begitu dicintainya.

Demi membangkitkan semangat Abimanyu yang terpuruk akibat kecelakaan dan kelumpuhan yang dialaminya. Keluarganya menyewa tenaga Karenina sebagai perawat sekaligus therapist Abimanyu.

Sanggupkah Karenina menjalankan tugasnya di tengah perangai Abimanyu yang menyebalkan? Apakah akan ada kisah cinta perawat dengan pasien?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesempatan Dalam Kesempitan

Nina keluar dari kamarnya dengan mengenakan celana jeans dan blouse cold shoulder berwarna apricot. Rambutnya dibiarkan tergerai. Bibirnya dipoles lipstick warna peach, semakin menambah kecantikannya. Di depan kamarnya dia berpapasan dengan Abi yang juga baru keluar. Sejenak pandangan mereka bertemu.

“Ehem!!”

Suara deheman Cakra mengakhiri adegan tatap-tatapan Abi dan Nina. Cakra melihat pada Nina. Dia sudah mendengar kalau Abi mempunyai perawat baru. Tapi dia tak menyangka perawat baru sahabatnya ini begitu cantik bak model.

“Halo, kamu pasti perawat barunya Abi. Kenalkan saya Cakra, sahabat plus kacungnya Abi hehehe..”

Nina tersenyum seraya menyambut tangan Cakra yang terulur padanya. Abi hanya mendengus kesal melihat kelakuan sahabatnya. Cakra memang pria yang rajin tebar pesona pada semua gadis. Mau itu tulen atau jadi-jadian, yang penting cantik dan menarik. Juna yang baru turun segera bergabung.

“Cakra, kamu jangan berani-berani tebar pesona. Nina itu sudah punya tunangan.”

“Wah, layu sebelum berkembang dong,” keluh Cakra. Juna hanya terkekeh, senang melihat Cakra kehilangan buruannya.

“Kak Juna, aku mau keluar dulu ya. Nanti sore aku pulang.”

“Mau kencan ya Nin,” goda Juna.

Nina hanya tersenyum, wajahnya merona digoda oleh Juna. Abi melihatnya dengan tatapan dinginnya. Setelah berpamitan Nina segera pergi.

Satu jam kemudian Nina sampai di rumah Fares. Terlihat mama Fares sedang asik dengan bunga-bunganya.

“Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam, eh Nina.”

Mama Fares segera memeluk Nina. Senang rasanya calon menantunya akhirnya mengunjunginya. Dia segera mengajak Nina masuk ke dalam.

“Fares mana ma?”

Tanya Nina tak lama setelah dia mendudukkan bokongnya di atas sofa. Waktu masih pukul sembilan tapi batang hidung Fares tidak kelihatan. Sesaat mama Fares hanya diam. Dia bingung bagaimana harus menjawab karena sejak semalam Fares belum pulang ke rumah.

“Dia nginap di rumah temannya Nin. Taukan anak bujang kalau udah ngumpul suka males pulang.”

“Pasti Fares main ke rumah Vino ya ma. Kebablasan main game online kayanya.”

“Iya kayanya,” Mama Fares lega Nina langsung percaya ucapannya.

“Mama mau masak dulu ya Nin.”

“Ayo ma, Nina bantu.”

Nina mengikuti mama Fares ke dapur. Mereka mulai kegiatan memasaknya sambil berbincang-bincang. Dia menceritakan pengalamannya bekerja di rumah keluarga Hikmat.

Tak lama sebuah Honda Jazz hitam berhenti di depan rumah. Fares turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah. Sayup-sayup dia mendengar suara orang mengobrol di dapur. Fares tersenyum saat melihat Nina ada di sana. Dengan mengendap-endap dia masuk ke dapur dan segera memeluk Nina dari belakang.

“Halo sayang, aku kangen.”

Ucap Fares seraya mencium pipi Nina. Mama hanya menggeleng-geleng melihat tingkah anaknya. Nina yang merasa risih segera melepaskan pelukan Fares. Tapi Fares bergeming. Sambil terus memeluknya, Fares membawa Nina masuk ke dalam kamarnya.

“Ma, Ninanya Fares pinjam dulu!” sesampainya di kamar Nina segera melepaskan pelukan Fares.

“Fares! Kamu apa-apaan sih? Malu tahu ngga sama mama.” ketus Nina.

“Emang kenapa? Mama juga udah tahu hubungan kita. Aku kangen kamu sayang.”

Fares kembali menarik Nina dalam pelukannya, kemudian menyambar bibir Nina. Dia tak memberi kesempatan pada Nina untuk melepaskan ciumannya. Fares terus me**mat dan memagut bibir ranum kekasihnya. Dia baru melepaskannya saat hampir kehabisan nafas. Fares akan menciumnya lagi, namun Nina menolaknya.

“Mending kamu mandi sana. Aku mau bantu mama masak.”

Tanpa menunggu persetujuan Fares, Nina segera keluar kamar dan menuju dapur melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Fares memandang pasrah kepergian Nina. Dengan malas dia masuk ke kamar mandi.

Selesai makan siang Fares kembali menarik Nina ke dalam kamar. Lalu mengunci pintunya. Dia menjatuhkan Nina ke kasur kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas tunangannya ini. Fares kembali me**mat bibir Nina. Awalnya Nina melayani ciuman Fares. Tapi makin lama Fares semakin liar. Dia mulai menciumi leher Nina. Tangannya menyusup ke dalam baju Nina, mengelus perut ratanya lalu naik ke dadanya.

Merasakan Fares menyentuh area sensitifnya, spontan Nina mendorong tubuh Fares. Dia langsung bangun. Membuka kunci pintu dan keluar dari kamar dengan kesal. Nina mengambil tasnya yang tergeletak di sofa lalu pergi meninggalkan kediaman Fares tanpa berpamitan pada mama yang sedang berada di dalam kamarnya.

Sadar Nina marah atas kelakuannya, Fares segera menyusul Nina. Dia menyambar kunci mobilnya. Nina berjalan cepat keluar dari kompleks perumahan. Kemudian dia mendengar suara klakson mobil. Fares memarkirkan mobilnya lalu keluar.

“Nina.. Nina.. maafin aku.. aku bener-bener minta maaf.”

Nina tak mendengarkan. Dia terus saja berjalan. Fares lagi-lagi menghalanginya.

“Aku minta maaf ay.. maafin aku ya.. aku khilaf. Maaf ay..”

Fares menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. Dia tahu telah melanggar kesepakatan dengan Nina. Selama berhubungan mereka sepakat kalau hanya sebatas berciuman, tidak ada sentuhan-sentuhan merangsang seperti tadi.

“Aku maafin. Sekarang aku mau pulang,” ketus Nina.

“Aku anterin ya ay..”

Fares memasang wajah memelasnya. Karena tak tega, Nina menuruti permintaan Fares mengantarnya pulang ke kediaman Hikmat. Selama perjalanan tidak ada percakapan sama sekali. Nina tak mau melihat pada Fares. Dia hanya memandang keluar kaca jendela.

Sejam kemudian mereka sampai. Tanpa berkata-kata Nina keluar dari mobil. Fares segera menyusul. Sebelum Nina masuk, Fares memegang lengannya.

“Ay, kapan kita bisa ketemu lagi?”

“Aku cuma libur hari Minggu.”

“Ya udah minggu besok kita jalan ya, nonton atau beli baju. Nanti aku jemput.”

“Gimana nanti aja.”

Fares baru saja akan mencium kening Nina, tapi gadis itu segera berlalu. Membuat Fares hanya dapat mencium angin. Tanpa menoleh padanya lagi, Nina segera masuk ke dalam rumah. Fares mengumpat kesal.

🍁🍁🍁

Sehabis sarapan Juna memanggil Nina ke ruangan kerjanya. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam laci kemudian memberikannya pada Nina.

“Ini Suplemen yang aku bilang waktu itu. Dikonsumsi setiap pagi, satu kaplet satu hari. Suplemen ini bisa membantu Abi memulihkan otot-otot tulangnya.”

Nina memandangi botol di tangannya. Dia membaca kandungan yang terdapat dalamnya. Obat ini diproduksi di Jerman.

“Harganya pasti mahal ya kak.”

“Hmm.. ya lumayan. Satu juta.”

“Satu juta per botol?”

“Per kaplet.”

“What??”

Nina membelalakkan matanya. Dia kembali melihat ke botol. Di sana tertulis, isi 30 kaplet. Kalau harga satuannya satu juta, berarti satu botol ini total tiga puluh juta.

“Obat ini harganya tiga puluh juta kak? Ya ampun nih obat bisa buat beli motor, bayar kost-an sama uang makan aku setahun.”

Juna tertawa melihat reaksi Nina.

“Pastiin Abi minum obat ini Nin. Dia tuh paling susah kalau disuruh minum obat. Ada aja alasannya.”

“Jangan khawatir kak. Obat semahal ini aku pastiin mas Abi meminumnya.”

“Ok.. sekarang dia pasti udah selesai sarapan. Aku mau tahu gimana cara kamu minta dia minum obat ini.”

“Ayo, siapa takut.”

Dengan isyarat tangan Nina mengajak Juna turun ke bawah. Sebenarnya dirinya sudah harus berangkat ke kantor. Tapi penasaran juga bagaimana cara Nina menyuruh Abi meminum obat.

Abi dan Sekar masih duduk di meja makan. Abi baru saja menyelesaikan sarapannya. Nina menghampirinya. Dia membuka botol obat, mengambilnya satu kemudian memberikannya pada Abi.

“Mas Abi, sebelum kita terapi minum dulu suplemennya.”

Abi tak menggubrisnya. Dia sibuk memainkan ponselnya. Juna dan Sekar hanya diam menyaksikan. Mereka ingin tahu drama apalagi yang disuguhkan kedua orang ini. Nina mengambil ponsel Abi. Diarahkannya ponsel Abi ke dalam gelas yang berisi air.

“Minum ngga obatnya. Kalau ngga, hp mas aku masukin ke air,” ancam Nina.

“Masukin aja. Aku tinggal beli yang baru,” jawab Abi enteng.

“Ok. Kalau gitu aku tinggal laporan ke pak Teddy kalau mas mogok terapi dan besok mas Abi bakalan dijemput paksa ikut terapi di Amerika bareng mama dan papa mas.”

Abi memandang kesal pada Nina. Dia memang tidak mau kembali ke negara paman Sam untuk terapi di sana. Abi mengambil obat dari Nina. Bukan meminumnya, Abi malah *******-***** sampai hancur.

“Ya ampun duit satu juta melayang sia-sia!” pekik Nina.

Juna dan Sekar tak dapat menahan tawa mendengar ucapan Nina. Abi hendak mengambil botol obat dari tangan Nina, namun segera disembunyikannya. Nina menatap tajam pada Abi. Diambilnya obat lagi dari dalam botol. Lalu mendekat pada Abi.

Memegang pipi lelaki ini, menekannya kuat hingga mulutnya terbuka dengan kepala Abi sedikit didongakkan ke atas. Setelah itu memasukkan obat ke dalam mulut Abi disambung dengan memasukkan air ke mulut lelaki itu. Saat Abi akan mengeluarkan obat itu, Nina segera membungkam mulut Abi dengan bibirnya. Nina tak melepaskan bibirnya sampai akhirnya Abi menelan air tersebut. Obat di lidahnya ikut masuk ke dalam kerongkongannya. Setelah yakin Abi telah meminumnya, Nina melepaskan bibirnya.

Juna dan Sekar melongo melihat aksi nekad Nina. Abi menatap Nina dengan mata berapi-api. Berani sekali gadis itu mencium bibirnya. Tapi Nina terlihat santai, dia mengusap bibirnya yang basah.

“Apa begini caramu memberi obat pada semua pasienmu?!” geram Abi.

“Ngga! Cuma mas Abi aja karena mas Abi satu-satunya pasien yang ngeyel dan susah disuruh minum obat. Pastikan mas Abi minum semua obat ini tanpa tersisa satu pun kalau mas tidak mau minum dengan cara seperti tadi.”

PROK

PROK

PROK

“Nina.. aku suka gaya kamu,” puji Juna.

“Kak.. aku minta bonus buat yang tadi ya. Bibirku udah ternoda gara-gara mas Abi ngga mau minum obat.”

“WHAT??!!! Kamu yang cari kesempatan dalam kesempitan!” geram Abi.

“Hahaha.. tenang Nin, aku bakal kasih bonus buat kamu. Aku bahkan bakal kasih bonus sepuluh kali lipat gaji kamu, kalau tiap hari kamu kasih minum obat ke Abi kaya tadi.”

Abi menatap horor ke arah Juna. Tapi kakaknya itu hanya mengangkat bahunya saja seraya tersenyum jahil.

“Ngga deh kak, makasih. Bibir saya terlalu berharga buat orang nyebelin kaya mas Abi.”

“Siapa juga yang mau dicium kamu lagi! DASAR GILA!!”

Nina bergegas meninggalkan ruangan makan tanpa mempedulikan ucapan Abi. Wajahnya sudah memerah menahan malu. Apalagi Juna dan Sekar menyaksikan adegan tersebut.

“Wow! Kak Nina emang keren! Lihat kak, kak Abi sampe mati kutu gitu hahahaha… harusnya tadi kita video-in terus kirim ke mama sama papa hahaha…”

“Kayanya sekarang kamu dapat lawan seimbang ya Bi.. good luck ya.” Juna terkekeh.

Abi hanya mendengus kesal. Sekar langsung kabur begitu melihat pandangan membunuh Abi. Juna berangkat ke kantor sambil terus tertawa. Sepeninggal Juna dan Sekar, Abi meraba bibirnya. Dia masih bisa merasakan bibir kenyal Nina di sana. Tak sadar dia menyunggingkan senyuman.

☘️☘️☘️

Selama terapi Nina tak banyak bicara. Sebenarnya dia masih malu dengan kejadian tadi pagi. Tapi demi menjaga gengsi, dia berusaha bersikap normal. Begitu pula dengan Abi. Suasana terapi yang biasanya dipenuhi dengan perdebatan, celotehan Nina atau umpatan Abi, kini hanya kesunyian yang ada. Keduanya bahkan selalu menghindar saat beradu tatap. Kecanggungan begitu terasa di antara mereka.

Karenina Pov

Entah keberanian darimana aku berani melakukan itu pada Abi. Gara-gara aksi nekadku, suasana di antara kami menjadi canggung. Tapi sialnya kenapa aku sangat menikmati momen tadi. Bibir Abi begitu hangat. Rasanya ingin menciumnya lagi. Wait, what? Menciumnya lagi. Ya ampun Nina kamu kenapa sih. Ingat kamu sekarang sudah bertunangan dengan Fares.

Ya Fares. Saat kemarin lelaki itu mencium dan mencumbuku kenapa aku marah ya. Rasanya aku ngga rela dia menyentuh tubuhku. Aku benar-benar tidak mengerti dengan yang terjadi pada diriku. Bayang-bayang Fares terasa semakin jauh dari diriku. Aku jadi meragukan niatku menikahinya.

Ya Allah, kalau memang Fares benar jodohku maka mudahkanlah langkah kami. Tapi kalau dia bukan jodohku, jauhkanlah dia dariku. Dan pertemukan aku dengan belahan jiwaku. Kalau dikasih yang seperti Abi aku ngga akan nolak ya Allah. Ya ampun Nina lo kok jadi murahan banget sih.

Karenina Pov End

Abimanyu Pov

Kurang ajar tuh cewe, berani-beraninya dia nyium aku. Dan begonya lagi aku cuma diam menikmati dia melakukan itu. Aagghh. Kenapa juga aku ngga bisa berhenti memikirkan dia. Dia itu cuma cewek cerewet, nyebelin dan bikin naik darah. Dasar otak gesrek, somplak.

Waktu sudah pukul setengah empat sore. Terlihat Dodit memasuki rumah. Ini memang jadwalku exercise. Lihat aja cewek aneh, ngga lama lagi badanku akan sebagus kak Juna. Dan kamu harus siap-siap terima hukuman dariku. Hukuman yang ngga bakalan kamu lupain.

Dodit membawaku ke ruangan fitness. Sesaat aku melihat Nina sedang duduk berbincang dengan salah satu pegawaiku. Apa yang mereka bicarakan sampai dia tertawa seperti itu. Dan ya ampun kenapa dia terlihat semakin manis dan menggemaskan saja. Nina, kamu benar-benar perawat teraneh yang pernah datang dalam hidupku.

Abimanyu Pov End

☘️☘️☘️

**Dih Abi sok²an marah padahal demen tuh dicium Nina🤣

Rasain Lo udah mulai baper kan, cuma masih gengsi😜

Siapa yang setuju Nina kasih minum obat ke Abi kaya tadi 🙋

Biar lebih asik ngehalunya, mamake kasih visual Abi, Nina dan Juna versi mamake sendiri tapi. Kalau kalian silahkan ngehalu masing² ya😉

Nina, perawat antik yang udah bikin dunia Abi jungkir balik**

Abi, cowok nyebelin yang juteknya minta ampun

Juna, kakak Abi yang ramah

1
Uty Sanah
kelar kelar kamu mas Abi , 😀😀😀😀
Adam Markelov izaan
Luar biasa
eka
seru pokoknya nano² deh
Wiwie Aprapti
untung namanya saiful bukan Sahrul yg sekarang lagi hebohhhh mak🤣
aphrodite
😂😂😂😂😂😂😂😂mirip kompor mledug
aphrodite
Ahahahahaha
aphrodite
pasukan bodrex 😂😂😂😂😂😂
aphrodite
hayang sate😂😂😂😂
aphrodite
wuih sama Silva ajalah..ntar iparan sama s kompor mledug😂😂😂
aphrodite
😂😂😂😂😂😂😂bangga y
aphrodite
😂😂😂😂😂😂😂😂selalu ketawa aku kalo Syaki ngomong
aphrodite
nah rasakan kau Risma
aphrodite
sokoorrrr sekarang kamu ngerasain jadi Nita
aphrodite
nikmati pertunjukan aja..itu karma buat Risma..tapi karma buat Sandi memang belom ada
aphrodite
ya gak Au juga 😂😂😂
aphrodite
😂😂😂😂😂😂😂😂si Zar masih piyik udah ketularan somplak
aphrodite
dih kesambet apa tuh😂😂
aphrodite
😂😂😂😂😂😂😂😂berarti tuh anak suka banget ke Opa nya
aphrodite
Whoaaaaa selamat y Bang Ke😂😂😂
aphrodite
Ahahahahahaha Kevin Nurjanah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!