Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emas 10 kg
Setelah Harisman dan Novi keluar, terlihat Polisi tersebut yang tadinya menatap tajam Rendi, ia menghela napas berat.
"Nak, kamu sebenarnya punya kekuatan apa? Sampai-sampai mereka semua terluka parah, dan ada satu orang yang tewas, kamu tahu ini bisa jadi kasus pembunuhan." ucap Polisi tersebut lembut.
"Aku hanya membela diri Pak, aku tidak memiliki kekuatan apa-apa, tubuhku bergerak sendiri, untuk menghindar dari serangan mereka," elak Rendi.
Polisi menghela napas lagi." ya aku tahu aku hanya membela diri, tapi kamu juga telah membunuh orang, itu tidak bisa di benarkan, bukan?"
"Iya Pak maaf, tapi sungguh aku tidak berniat membunuh mereka." jawab Rendi tidak berdaya.
"Ya sudah gini saja, kita buat kesepakatan, kamu lindungi anak bodohku, maka aku akan membuat masalah ini selesai, bagaimana?" tawar Polisi tersebut sambil tersenyum simpul.
"Maaf pak, tapi melindungi dari apa? Bukankah bapak sendiri bisa melindunginya?" tanya Rendi sopan.
"Kami mungkin memang benar aku bisa melindunginya, tapi ada saatnya aku tidak bisa melindungi dia, di situlah peran kamu, Haris orang yang baik, hanya saja dia sangta mudah di manfaatkan orang lain. Mendengar cerita Haris tentang kamu yang bisa mengalahkan preman-preman pasar teman-temannya, aku yakin kamu bisa membimbing Haris agar menjadi pribadi yang baik. Bagaimana Ren?" tanya Polisi itu penuh harap.
Rendi menghela napas. "kalau itu maksud Bapak, baiklah, aku akan mencoba membimbing Harisman, tapi jangan terlalu berharap banyak denganku Pak, aku ini masih pelajar."
"Ya, bapak tahu itu, ya sudah aku pergi dulu, tolong jaga Haris baik-baik." Polisi beranjak dari duduknya dan meninggalkan Rendi sendirian.
Setelah Polisi keluar, Novi tidak berselang lama masuk ke dalam ruangan Rendi kembali dengan buru-buru.
Terlihat wajah gadis itu sangat cemas, ia takut Rendi akan di tahan nantinya, karena telah melakukan pembunuhan.
"Ren, kamu tidak akan di penjarakan?" tanya Novi Khawatir.
Rendi mengerutkan keningnya. "di penjara karena apa? Kamu itu kalau bicara ... is ... is
...."
"Eh ... aku kira Polisi tadi mau menangkap kamu." ucap gadis itu sambil tersenyum kecut.
"Hais, kamu ini." Rendi mengehela napas berat.
kruyukk....
Tiba-tiba perut Rendi berbunyi, meskipun telah makan buah-buahan yang di berikan Novi, kalau belum memakan nasi menurut Rendi rasanya belum kenyang sama sekali, maklum perut kuli.
Rendi nyengir kuda saat mendengar perutnya berbunyi, Novi menatapnya dengan aneh pria yang di sukainya itu.
"Hihihi ... kamu tunggu sebentar yah, biar aku belikan makanan di depan." ucapnya sambil terkikik Geli.
Rendi mengangguk patuh, gadis itu beranjak dari ruangan Rendi, membeli makanan untuknya.
Rendi menatap kepergian Novi dengan penuh rasa terima kasih, gadis itu benar-benar sangat peduli padanya, bahkan ia rela menjaganya semalaman suntuk.
Melihat tempat itu sepi, karena Harus juga ikut pulang bersama Ayahnya, Rendi mencari-cari tasnya yang berisi ATM dan Sistem Spin, karena sudah berganti hari, ia mau memutar Sistem Spin kembali.
Rendi melihat Tasnya ada di laci, ia segera mengambil Tas tersebut dan membukanya, terlihat Sistem Spin, ATM dan Ponselnya ada di sana, padahal Ponselnya kemarin dia kantongi di celananya.
Rendi tersenyum. "kamu memang gadis yang baik, Nov." gumamnya lirih.
Rendi bergegas mengambil Sistem Spin-nya, terlihat benda tersebut bersinar terang, seperti biasanya saat Rendi belum mengambil hadiahnya.
Tanpa ragu Rendi menekan benda tersebut, Sistem Spin berputar dengan sangat cepat, beberapa saat kemudian melambat, jarum Sistem menunjuk ke arah warna Emas, Namun tidak ada gambarnya.
Rendi mengerutkan keningnya, karena biasanya jarum Sistem menunjuk ke arah Gambar, tapi sekarang tidak ada gambar sekali.
[ Selamat, Anda mendapatkan Emas 10 kg, anda bisa memilih bentuk emas tersebut.]
Rendi membelalakan mata tidak percaya, emas satu gram saja harganya 400 ribu rupiah, ia malah mendapatkan 10 kg.
Tapi Rendi mencoba untuk tetap tenang, karena Sistemnya memang selalu memberikannya barang-barang mahal.
Rendi menatap Sistem Spin, terlihat ada berbagai bentuk emas di sana, dari kalung, jam tangan, anting, Cincin, hingga emas batangan juga ada, Rendi di beri petunjuk untuk mengklik gambar tersebut.
Rendi tentu saja tersenyum senang, ia yang mengingat kebaikan Novi, langsung mengklik kalung.
Tiba-tiba muncul kalung dengan berat 6 gram, tapi Sistem masih bersinar juga.
"Gila, apa ku serius mendapatkan emas 10 kg?" ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Rendi kemudian tanpa ragu memilih jam tangan, cincin dan Emas batangan, benda-benda pilihan Rendi langsung muncul di pangkuannya.
Kalung, jam tangan, Cincin dan 8 batang emas, yang beratnya mencapai 1kg lebih itu menumpuk di pangkuan Rendi.
Rendi mengambil emas-emas batangan itu dengan tangan gemetaran, ia tidak percaya akan memiliki harta seperti itu.
"Lebih baik aku simpan dulu, sebelum Novi datang!" Rendi buru-buru memasukkan emas batangan, jam tangan dan dua buah Cincin, ia hanya menyisakan kalung untuk Novi dan mengantonginya di saku.
Tidak berselang lama Novi datang dengan menenteng kantong kresek di tangan kanan, sementara tangan kirinya terlihat membawa botol air mineral besar, untuk minum mereka nantinya.
"Ren, hanya ada nasi Padang, tidak apa-apakan?" tanya Novi sambil duduk di hadapan Rendi.
"Tidak apa, itu saja sudah cukup buatku, terima kasih yah Nov." jawab Rendi tulus.
"Hanya makanan, tidak sebanding dengan kamu menangkap penjahat waktu pertama kali bertemu." ucap Novi membuka bungkus Nasi Padang, dan menyerahkannya ke Rendi.
Mereka berdua makan bersama, karena Novi juga belum sempat makan dari pagi, terlihat keduanya menikmati makanan tersebut.
Saat keduanya sudah menyantap habis makanannya, dokter yang merawat Rendi masuk, ia terkejut saat Rendi memegangi bungkus nasi Padang.
"Astaga, kamu ini belum sembuh loh, sudah makannya sembarangan." tegur dokter tersebut.
"Eh!" Rendi dan Novi terkejut mendengar teguran dari Dokter.
Mereka berdua tersenyum kecut bersamaan sambil meminta maaf pada dokter. Namun, setelah di periksa kembali, kondisi Rendi sudah sangat baik, sehingga ia tidak mempermasalahkan lagi tentang nasi Padang tersebut. Dokter memberikan ijin Rendi pulang setelah memberikan resep obat yang harus Rendi tebus. Setelah itu Dokter pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ren, aku tebus obat dulu yah." pamit Novi lembut.
"Tunggu Nov!" Rendi meraih tangan Novi.
Gadis itu tentu saja bingung kenapa Rendi tiba-tiba menahannya, ia pun kembali duduk di kursinya dan menatap lekat-lekat pria yang di cintainya itu.
"Ada apa Ren?" tanya Novi setelah duduk kali.
Rendi merogoh sakunya, ia mengeluarkan kalung pemberian Sistem, dan memberikannya kepada Novi.
"Nov, ini hadiah buat kamu." ucap Rendi menunjukkan kalung itu pada Novi.
😅😅😅