NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 12

...****...

Sesuatu yang dekat dapat menjadi asing dalam sesaat. Apa yang hilang dari apartemen itu hanya satu sebuah rupa, sesosok raga, seorang gadis yang telah ia patahkan, seorang gadis yang telah menghilang dari kehidupannya...

Bukankah seharusnya ia senang? Bukankah ini yang ia inginkan?

Namun apa yang menjadi dampak nyatanya adalah Kaal hampir tidak pernah pulang, melompat dari satu kamar hotel ke kamar hotel lain tanpa tujuan yang jelas.

Setiap kali rindu mengetuk ia menenggak minuman keras, setiap kali Melody Senja hadir di kepalanya ia akan menyumpah segala sesuatu sebelum beranjak mencari pelampiasan.

Perputaran tersebut sia-sia, tidak ada yang bekerja.

Kaal seperti kehilangan arah, meraba apa yang harus ia lakukan kala pagi menjelang.

Pekerjaan yang biasa ia lakukan dengan sempurna kini berantakan, kreativitas yang biasa menjadi salah satu pengalih berubah menjadi bumerang.

Tangannya tanpa sadar menggoreskan sketsa wajah Melody, hingga berlembar-lembar mengisi setiap sisi ruang tidur-sebagian kusut karena penciptanya meremas dan melemparkannnya frustasi.

Ini entah sudah hari keberapa ia tidak pulang.

Ini entah sudah hari keberapa ia menjalani kekosongan hidupnya tanpa gadis itu, kini tidak ada lagi Melody Senja di kehidupannya.

Membuka kunci apartemen, Kaal membiarkan pintu itu menganga lebar sejenak. Ia memindai bagian dalamnya yang berantakan, tidak ada satupun yang berada pada tempatnya.

Dengan tubuh lunglai, ia berniat segera menuju ke ruang tidurnya. Tetapi langkah kaki mengirimnya ke ruang yang lain-ke sebuah ruang yang tidak pernah ia pijak.

Berdiri termenung di depan pintunya, Kaal hampir tidak mengerti bagaimana mungkin selama mereka tinggal bersama ia tidak pernah tahu bagaimana ruang tidur Melody terlihat.

Tangannya yang ragu menggenggam gagang pintu, beberapa detik berlalu hanya seperti itu sebelum akhirnya ia mendorongnya hingga terbuka.

Ruangan itu rapi dan sederhana.

Tidak ada pajangan yang menggantung atau dekorasi lain yang menghiasi dindingnya. Bagi sebagian orang, mungkin ruangan ini akan terlihat membosankan.

Akan tetapi bagi Kaal, ruangan ini benar-benar mencerminkan Melody.

Kaal bahkan dapat merasakan Melody dimana-mana, di karpet ruangannya yang bercorak hitam, di satu-satunya meja yang hanya dihuni lampu tidur, juga pada seprai linen lembut yang ditarik hingga ketat.

Menarik napas berat, Kaal duduk di tepian ranjang. Ia menggosok wajah kuat, mulai mempertanyakan argumennya sendiri mengenai kepemilikan.

Benaknya menduga, mungkinkah saat ini Melody telah bahagia tanpanya?

Mungkinkah saat ini ia telah berubah menjadi sesuatu yang terlupakan di keseharian gadis itu?

Sebab jika jawaban dari semua pertanyaan itu adalah iya, maka Melody benar.

Kepemilikan hanya imbuhan.

Mungkin perasaan ini hakikatnya memang berdasar pada menyerahkan, pada merelakan, tanpa pamrih, tanpa perih. Karena kenyatannya, Kaal dapat bertahan hidup hanya dengan gagasan bahwa Melody bahagia.

Mencoba mengalihkan ribut di dalam otaknya, Kaal menghempaskan tubuhnya kuat ke atas ranjang.

Ia meringkuk, meraih selimut Melody dan mendekapnya erat seolah itu dapat menutup tempat kosong yang telah mendekam di hatinya selama berhari-hari.

Seraya menutup mata, ia menghirup aroma selimut itu, berharap terdapat jejak-jejak kehadiran gadis itu di sana.

Namun, percuma.

Ia terlelap dengan suasana hati yang masih tidak karuan.

...***...

Hal pertama yang Kaal dengar ketika ia terbangun adalah suara Melody. Kaal hampir saja menertawakan diri sendiri, menganggap bahwa halusinasinya mulai mendekati ke arah gila.

Akan tetapi ketika kesadarannya terisi, sosok Melody ternyata memang berdiri di hadapannya -menatap dengan ekspresi bingung bercampur sesuatu yang hanya bisa didefinisikan sebagai terluka.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" sambar gadis itu tanpa permisi.

Kaal yang tidak memiliki jawaban cerdas hanya mampu bangkit dari posisinya, menata diri sejenak seraya mencari pertanyaan untuk memutarbalikkan keadaan yang tersudut padanya.

"Sejak kapan kau pulang?"

Melody terlihat tidak terpancing. Gadis itu berjalan menuju kearah lemari pakaiannya sengaja mengacuhkan pertanyaan lelaki itu

Kedua alis bertaut berang seolah Kaal baru saja mengucapkan sesuatu yang menyinggung.

Masih dalam diam, Melody meraih satu tas jinjing besar dari dalam lemari. Ia mulai mengepak pakaiannya satu per satu, memasukkan dengan gerakan gusar yang begitu terlihat.

Merasa ada yang salah, Kaal memutuskan untuk kembali angkat bicara

"Melo-"

Namun gadis yang dipanggil terlebih dahulu memotong dengan nada tajam.

"Kau menyukai ini?"

"Apa maksudmu?"

"Ini semua, Kaal," suara Melody meninggi.

"Apa kau menyukai ketika aku berpikir bahwa kau ternyata peduli? apa kau menyukai ketika aku berpikir bahwa kau-yang tertidur di sini sedang merindukanku?"

Lidahnya mendadak kelu, Kaal kehilangan kata. Ia hanya bisa membenahi duduknya, isi kepala memutar berbagai penjelasan yang saling tumpang tindih tanpa jalan keluar.

"Untuk sekali saja," Melody meretakkan sunyi dengan getar suara tertahan.

"Untuk sekali saja, beri aku jawaban mengenai ini."

Kaal menengadah untuk menatap Melody, akan tetapi apa yang ia tangkap seakan adalah seseorang yang asing.

Gadis rapuh yang tengah berada di sana berdiri dengan punggung jatuh, lensanya memerah tanpa air mata, gigi mengigit bibir bawah kuat seolah tengah mengumpulkan kekuatan untuk mengatakan kalimat selanjutnya.

"Hal apa yang membuatmu takut padaku Kaal?" Melody berbisik sangat pelan, intonasinya tipis namun menuntut.

"Aku tidak takut." Kaal segera mengelak.

Kaal berdiri cepat dari posisinya-tidak menyukai gagasan bahwa Melody mengira ini disebabkan oleh ketakutannya akan gadis itu

"Aku...." ucap Kaal setelah desah panjang yang putus asa, ia tidak lagi bisa mengindar dari ini.

"Aku hanya tidak ingin kau terluka karenaku"

Melody memicing sengit, ada racun tersembunyi di bantahan berikutnya

"Apa yang membuatmu berpikir bahwa sekarang, aku sedang tidak terluka Kaal?"

"Itu tidak sama, Melody."

"Oh, ya?"

"Ya!!" Kaal membentak begitu keras, urat di pelipisnya menegang dan hal itu membuat gadis itu berjengit mundur.

Keduanya bertahan dengan posisi sama pada detik-detik selanjutnya, ruangan tersebut hanya berisi deru halus napas serta tatapan yang saling menunggu satu sama lain-menanti siapa yang terlebih dahulu dingin kepala untuk berbicara secara dewasa.

"Cinta itu destruktif." Kaal akhirnya berucap.

"Kau tahu apa yang terjadi pada Savin adikku?" lanjutnya lirih, ia benci mengungkit perkara ini.

"Melody untuk kali ini saja kau mengerti, kau tahu bagaimana aku. Aku-"

"Berhenti Kaal" Melody menyela, oktaf jauh turun dari sebelumnya.

"Tidak, kau harus mendengarkanku" Kaal bersikeras.

"Aku tahu aku akan mengacau, aku tidak pernah handal dalam perasaan. Aku bahkan tidak bisa menjaga adikku sendiri ketika dia jelas-jelas sedang terperangkap dalam hubungan yang tidak sehat. Kau dan aku mengenal dengan baik lelaki itu, ia sengaja mendekati adikku agar bisa dekat denganmu, kau pun tahu gadis yang dicintai Vicky bukanlah adikku tapi kau. Aku tahu sifatku tidak jauh berbeda dari lelaki sialan itu dan-"

"Aku tidak mengerti mengapa kau terus menyamakan dirimu sendiri dengan Vicky, kau berbeda dengannya Kaal, kau bukan dia, kau Kaal Vairav"

Melody kembali memotong di tengah, tidak ingin mendengar lebih lanjut mengenai apa yang sedang dikemukakan Kaal.

"Dan kumohon hentikan omong kosong ini. You're not him."

"Jangan sok tahu Melody"

"Tidak, bagiku kau bukan dia."

"Aku bilang jangan sok tahu!" Kaal mendesis marah. Ia mengambil langkah cepat menuju pintu seraya berseru

"Kita hentikan ini Melody, lakukan apa pun yang kau suka."

"Kau bisa tinggalkan tempat ini jika itu maumu, aku tak akan memaksamu untuk tinggal"

Brakkk!!!

...TBC...

Well, terima kasih sudah membaca. Review please?🙂‍↔️🙂‍↔️

1
Mimin Mimin
update lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!