Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 kebimbangan Faizal
Keesokan hari nya acara isra mi'raj pun sedang dipersiapkan untuk segera dimulai.
Para tamu undangan, para alumni, Ulama dan para ustadz juga datang untuk mengikuti kajian malam ini.
Semua sajian makanan juga sudah di disiapkan dengan rapi di tempat snack yang akan di bagikan pada para tamu undangan.
Suara lantunan sholawat dengan di iringi musik Hadroh sudah dimulai di panggung, Untuk menyambut para tamu undangan yang datang.
Kedua Orang tua Shafia juga datang meski keduanya datang tidak bersama an.
Semua keluarga santri juga sudah mulai berdatangan, hanya Nindi yang tidak ada keluarga satu pun yang datang entah perwakilan dari saudara ibu atau ayah nya. tidak ada yang datang untuk mengunjungi nya.
Semalam acara itu berjalan dengan lancar, ada juga beberapa santri yang tampil di acara malam isra mi'raj.
Hingga pukul dua belas malam acara baru selesai.
Setelah acara selesai semua pulang.
"Shafia, Ayah pulang dulu"
"Iya Ayah, Shafia sekarang sudah betah tinggal disini"
"Ayah senang, kamu betah di pondok" ucap nya.
"Mama juga pulang ya sayang, belajar lah yang rajin"
"Iya Ma" Shafia langsung memeluk tubuh Mama nya dengan erat.
"Mama bangga sama kamu sayang, kamu bisa meraih juara satu dalam lomba dakwah" ucap nya.
"Mama pulang dulu ya sayang" ucap nya kemudian.
"Terima kasih ma, sudah mengunjungi Shafia disini. Mama hati hati dijalan"
Lalu setelah perbincangan itu Ayah dan Mama nya Shafia berpamitan untuk pulang malam itu.
Semua para tamu undangan dan keluarga dari para santri satu persatu sudah mulai meninggalkan pesantren.
Para santri sudah bersiap untuk beristirahat, setelah kesibukan nya sehari ini.
*************
Hari demi hari berlalu, tak terasa sudah dua bulan sejak saat dimana Faizal meminta diberi petunjuk pada Allah.
Namun hingga saat ini ia belum menerima jawaban pasti dari Allah melalui mimpi maupun hal lain yang bisa membuat nya yakin.
Dua bulan pula ia jarang berada di pesantren. Karena jadwal dakwah yang begitu padat nya membuat ia lebih sering diluar dari pada di pesantren.
Saat ini seperti biasa Syeh Achmad sedang duduk di ruang keluarga dengan menikmati secangkir kopi hangat di pagi hari, setelah sarapan dan sebelum memulai kegiatan nya.
Terkadang Faizal juga ikut menemani Abi nya ngobrol di ruang tamu.
Saat keduanya sedang asik mengobrol membahas dakwah di beberapa tempat yang Faizal datangi, Tiba-tiba Umi Halimah datang dengan membawa sepiring kue buatan nya.
"Abi, Faiz. ini semalam Umi habis coba bikin kue" ucap Umi Halimah sambil meletakkan kue buatan nya ke atas meja, dan mengambil tempat duduk di samping suaminya.
Faizal dan Abi nya mengambil masing-masing satu potong kue lalu memakan nya.
"Wah kue buatan Umi memang paling enak, makasih ya Mi" ucap Faizal.
Faizal berterima kasih pada Umi nya, ia memang selalu menghargai hal hal kecil yang Umi nya lakukan.
"Iya dong, istri siapa dulu" ucap Abi nya sambil memeluk mesra istrinya dan menatap dengan mengejek ke arah Faizal.
Namun hal itu hanya di tanggapi dengan senyuman oleh Faizal.
Walaupun raut wajah Abi nya seakan mengejek kejombloan nya, namun Faizal bersyukur masih bisa melihat kemesraan orang tua nya.
Selain itu, Abi nya memang sering membanggakan Umi nya, terlihat kalau ia begitu menyayangi istrinya itu.
Setelah itu, keadaan hening seketika. Syekh Achmad menatap serius pada Faizal yang sedang membaca pesan di handphone nya.
"Faiz, apa sudah mengambil keputusan"?
Faizal tersentak dengan pertanyaan Abi nya.
" Keputusan apa Abi"?
Tanya Faizal gugup memastikan kemana arah pertanyaan Abi nya itu.
Umi Halimah menatap heran ke arah Abi dan putra nya, tidak mengerti tentang topik pembicaraan mereka berdua.
"Keputusan apa sih Abi"?
Tanya Umi Halimah menatap ke arah suaminya meminta penjelasan.
Melihat raut wajah istrinya yang penasaran membuat syech Achmad tersenyum gemas dengan tingkah istrinya.
Ia mengelus puncak kepala istrinya itu dengan penuh sayang.
"Itu lho mi, sepertinya ada yang sedang jatuh cinta, sekitar sebulan yang lalu Abi melihat putra kita sedang melihat seorang santri sampai mematung sambil senyam senyum sendiri" jawab Syekh Achmad.
Faizal semakin gugup mendengar ucapan Abi nya, namun ia berusaha tetap tenang ia begitu pandan menutupi rasa kegugupan nya.
"Beneran Faiz"? tanya Umi.
" Faiz juga belum tau mi, faiz masih minta petunjuk dari Allah" jawab Faiz tenang.
"Bagaimana perasaan mu nak? apa kamu merasa bahagia saat melihat gadis itu ? apa kamu juga sering memiliki gadis itu" cerca Umi Halimah.
Faizal menghela nafas, menegakkan punggung nya dari duduk nya.
"Iya mi, sebelum nya Faizal belum pernah merasakan hal seperti ini sebenarnya, ada rasa Khawatir dalam diri Faizal saat melihat dia kesakitan dan Faizal merasa senang saat melihat nya bahagia"
Jelas Faizal dengan tatapan menerawang seperti mengulang momen momen saat dirinya merasakan perasaan aneh itu.
Faizal tak sadar saat Umi nya bisa melihat binar bahagia saat ia mengambarkan sosok wanita yang sedang ia kagumi saat ini.
Umi Halimah tersenyum lalu menatap ke arah suami nya sebentar, langsung di balas anggukan oleh suaminya.
Sepertinya meraka sudah tau jawabannya.
"Segera halal kan dia nak, kalau kamu menyukai nya atau mungkin lebih. karena Umi bisa melihat binar keyakinan di kedua mata mu.
Jangan terlalu lama meyakinkan diri, takut nya malah kamu terjerumus dalam dosa" nasehat Umi Halimah.
Faizal menatap kosong ke arah meja, sejujurnya ia masih ragu, karena ini terlalu cepat untuk mengambil langkah serius.
"Faizal juga berfikir begitu Mi, tapi faiz takut jika itu terlalu cepat. Faiz juga ragu apakah gadis itu mau menerima Faizal, karena kalau di lihat usia gadis itu masih terlalu muda dan masih baru di pesantren ini" ujar Faizal sambil meneguk kopi nya.
"Kita tidak bisa berprasangka atas perasaan orang lain Nak, hanya Allah yang maha mengetahui"
"Jika memang Allah katakan ini adalah waktu yang tepat untuk bertemu dengan jodoh mu, maka kamu tidak bisa mengatakan ini terlalu cepat karena Allah yang lebih tau.
Dan Allah yang sudah nentuin apa yang akan terjadi di dalam hidup kita" ujar Syekh Achmad.
Semua yang dikatakan Abi nya memang benar, ia tidak tau bagaimana perasaan gadis itu. dan gadis itu juga tidak akan tau bagaimana perasaannya, perlu peryataan untuk mengetahui kebenarannya itu.
Ya, sekarang Faizal yakin, ia tidak bisa berlama lama dalam kebingungan. ia memang harus segera menyatakan nya pada gadis itu agar semuanya pasti.
\**Jodoh itu kaya Alif lam mim, hanya Allah yang Tau*\*
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih