Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Liam terpaku menatap pintu yang tertutup, dia tahu usahanya tidak akan mudah. Kebodohannya terlena pada kesulitan yang dialami oleh Serena membuat rumah tangganya diujung tanduk. Tidak kunjung dibukakan pintu oleh James, Liam memilih untuk melihat kondisi putrinya.
Untuk memasuki ruang NICU, Liam diharuskan memakai pakaian khusus. Pria itu menurut dengan semua peraturan yang ada. Matanya menangis ketika menatap tubuh mungil sang putri.
"Maafkan Daddy yang membuatmu lahir lebih awal. Semuanya terjadi karena Daddy tidak tegas. Seharusnya, Daddy fokus pada mommymu," ucap Liam ketika melihat kondisi Rachel.
Terngiang semua perkataan Bianca ketika dia menolak untuk bercerai. Pria itu tidak menyalahkan Bianca kalau tidak mempercayai semua ucapannya.
"Bukankah ini yang kamu inginkan? Aku yang mengucapkan perpisahan lebih dulu," ucap Bianca masih tidak ingin melihat Liam.
Ya, dulu Liam memang menginginkan perceraian. Semua berubah ketika dia menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Liam menyangka bila Bianca yang menjebaknya malam itu. Padahal, dia sendiri menyeret Bianca untuk membantunya memuaskan hasrat hingga membuat Bianca hamil.
Liam memejamkan mata melihat keadaan anaknya, rasa bersalah terus menjalar dalam hatinya. Tidak dapat dia menepis perasaan bersalah itu. Rachel terlahir karena emosi Bianca yang melihatnya mempedulikan Serena. Seharusnya, pria itu dapat dengan tegas menyingkirkan Serena sesuai permintaan Bianca.
"Tolong doakan Daddy agar mendapatkan maaf dari mommymu. Daddy tidak akan bisa hidup tanpa kalian," ucap Liam.
Tidak lama kemudian, dia melihat Pamela datang. Dia menyarankan Liam untuk makan terlebih dahulu sejak semalam putranya itu pasti belum makan.
"Pulanglah sebentar, Mama akan menunggu Bianca dan Rachel," ujar Pamela.
"Bianca tidak ingin bertemu denganku, Ma. Apa yang harus aku lakukan?"
"Istirahatlah terlebih dahulu. Kamu terlihat sangat berantakan Liam. Obati juga lukamu itu, Mama rasa Bianca juga tidak ingin melihat kondisimu seperti saat ini," saran Pamela.
Liam menggelengkan kepala, dia tidak ingin pergi dari rumah sakit. Ada sesuatu yang menahan agar tidak pergi dari sisi Bianca. Akan tetapi, tubuhnya membutuhkan istirahat. Pamela pun menginginkan sang putra untuk beristirahat terlebih dahulu.
"Aku ingin minum kopi terlebih dahulu, bila terjadi sesuatu tolong hubungi aku, Ma," ucap Liam.
Sesuatu hal membuatnya tergerak untuk menuju ruang rawat Bianca. Betapa terkejutnya dia ketika melihat ruang yang ditempati Bianca telah kosong. Tidak ada jejak yang ditinggalkan oleh istrinya itu. Dia mendatangi perawat kemudian bertanya untuk mengetahui keberadaan sang istri.
"Apa yang terjadi? Ke mana istri saya?"
"Maaf, Tuan. Nyonya Bianca sudah dipindahkan ke rumah sakit lain!" ujar sang perawat.
"Apa Anda bilang? Kenapa tidak ada yang memberitahukannya padaku? Kalian tidak bisa melakukan ini padaku! Bianca adalah istriku, jadi pasti memerlukan izin dariku untuk memindahkannya!"
"Kakak dari Nyonya Bianca menjadi penjaminnya," balas sang perawat.
Liam sangat kesal karena sudah menduga hal ini pasti terjadi. Pria itu langsung berlari ke ruangan NICU untuk memastikan keberadaan Rachel. Ketika berada di depan ruangan. Kembali dia melihat, ruangan kosong tanpa penghuni.
Pamela yang melihat hal tersebut hanya kebingungan. Tidak menyangka bila sang menantu memutuskan untuk pergi. Liam berteriak seperti orang tidak waras. Dia tidak terima dengan pelayanan rumah sakit yang seenaknya memindahkan pasien.
"Kalian harus memberitahukan padaku informasi tentang ruang sakit Bianca di rawat! Atau aku akan melaporkan perbuatan kalian karena telah memindahkan pasien tanpa seizin suaminya!" Liam memegang kerah salah satu dokter yang merawat Bianca.
"Kami mohon maaf, Tuan. Akan tetapi, Nyonya Bianca menitipkan ini pada kami. Tuan bisa membacanya karena itu ditulis sendiri oleh Nyonya Bianca," ujar sang dokter.
Hati Liam bergetar dia terpaku melihat sepucuk surat yang diberikan oleh dokter muda itu. Dengan cepat, dia membuka amplop yang menyelimuti surat dari Bianca.
...Dear, Liam....
...Suamiku Tersayang....
...Bila kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah pergi dari sisimu. Maafkan aku yang lelah dan mudah menyerah. Bukan aku tidak menyukai ketika dirimu mengatakan cinta padaku. Akan tetapi, perasaanku seolah mati karena menunggu dirimu yang tak kunjung mencintaiku....
...Berhentilah mencari tahu tentang keberadanku. Aku dan Rachel akan baik-baik saja tanpamu. Tenangkan dulu dirimu dan berpikirlah siapa yang ada dalam hatimu. Sementara itu, aku akan meminta James mengurus perceraian kita....
...Aku tidak ingin Rachel tumbuh di antara orang tua yang tidak saling mencintai. Maafkan aku menyerah akan cintaku. Terima kasih untuk semuanya....
...Dari istrimu......
...Bianca Davis...
Liam meremas surat dari sang istri. Matanya memerah menahan semua hal yang ingin dia tumpahkan. Pria itu memukul tembok berkali-kali untuk mengurangi rasa sesak yang ada di hatinya. Tidak pernah dia sesedih ini seumur hidupnya. Bahkan, ketika berpisah dengan Serena, dia hanya merasa sedih sesaat.
Yang dirasakan saat ini adalah seluruh dadanya sesak. Bianca memilih untuk pergi dari hidupnya. Seenaknya saja, wanita itu membuat Liam mencintainya dan pergi begitu saja.
"Tenanglah, Liam. Kita akan mencari keberadaan Bianca dan anakmu. Aku yakin papamu bisa menemukan mereka," ucap Pamela menenangkan Liam.
"Kenapa Bianca tega padaku, Ma? Kenapa dia meninggalkanku begitu saja!" tukas Liam masih memukul tangannya ke tembok.
Tiba-tiba pandangannya menggelap, dia merasa sangat lelah. Badan Liam ambruk diiringi dengan teriakan Pamela.
"Liam! Bangunlah, Nak! Jangan seperti ini! Liam!" teriak Pamela.
"Seseorang! Tolong aku," ucap Pamela dengan panik.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❤️