"Aku akan membantumu!"
"Aku akan mengeluarkan mu dari kehidupanmu yang menyedihkan itu! Aku akan membantumu melunasi semua hutang-hutang mu!"
"Pegang tanganku, ok?"
Pada saat itu aku masih tidak tahu, jika pertemuan ku dengan pria yang mengulurkan tangan padaku akan membuatku menyesalinya berkali-kali untuk kedepannya nanti.
Aku seharusnya tidak terpengaruh, seharusnya aku tidak mengandalkan orang lain untuk melunasi hutangku.
Dia membuat ku bergantung padanya, dan secara bersamaan juga membuat ku merasa berhutang untuk setiap bantuan yang dia berikan. Sehingga aku tidak bisa pergi dari genggamannya.
Aku tahu, di dunia ini tidak ada yang gratis. Ketika kamu menerima, maka kamu harus memberi. Tapi bodohnya, aku malah memberikan hatiku. Meskipun aku tahu dia hanya bermaksud untuk menyiksa dan membalas dendam. Seharusnya aku membencinya. Bukan sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Samsak Berdarah
...WARNING ⚠️...
...[Bab ini mengandung kekerasan!]...
.......
.......
.......
Bugh bugh~
Sebuah samsak tiada henti Elio pukul. Urat tangan yang terlihat menonjol itu menjelaskan sekeras apa pukulannya.
Keringat bercucuran memenuhi tubuhnya. Rambutnya yang berantakan hingga kemeja putih yang menampilkan belahan dada bidangnya itu, entah mengapa itu tidak membuatnya terlihat mengerikan dan malah sebaliknya. Wajah tampan dengan ekspresi mengerikan saat memukuli samsak itu lebih terlihat sexy.
Pukulan terus dia lemparkan. Mungin dia tidak akan berhenti jika seseorang tidak masuk kesana saat itu.
"Tuan Muda, panggilan dari Ketua.."
Seseorang datang dan memberikan teleponnya pada Elio. Secara bersamaan, satu orang lagi datang dengan sebuah handuk kecil.
Bukan telepon itu dulu, Elio lebih memilih menerima handuk itu, lalu membersihkan keringatnya. Kemudian melirik seseorang dengan telepon ditangannya itu.
"Ketua sudah menunggu, Tuan Muda.." tutur orang itu dengan keringat dingin di tangannya.
Elio meliriknya, lalu menghela napas pasrah. Kemudian mengulurkan tangannya untuk menerima telepon itu.
"Halo?" dia menjawab panggilannya.
"Ya, aku sedang mengurusnya.." jawabnya sambil melirik samsak dihadapannya.
"Tidak perlu khawatir,"
Elio menatap samsak dihadapannya, kemudian memberi perintah pada anak buahnya dengan mengayunkan tangannya kebawah.
Anak buahnya itupun langsung menurunkan samsak yang tergantung setelah mendapat perintah.
"Buka!" perintah Elio.
Dengan ragu orang itu membukanya. Tidak menunggu lama, dia langsung muntah dihadapan Elio begitu samsak itu dibuka.
"Ma- maafkan saya Tuan Mud- urggh~ Maafkan saya Tuan Muda.." orang itu langsung berlari keluar ruangan karena tidak tahan lagi dengan penampakan yang di hadapinya.
Ya, sedari tadi yang Elio pukuli bukanlah samsak biasa, melainkan samsak berisi manusia.
Dan tentu saja darah mengalir dan berceceran saat samsak itu dibuka. Dengan penampakan orang yang sudah tak berupa wujudnya karena berlumuran darah.
Elio bangkit dari duduknya dan mendekati orang itu. Dia masih bernapas.
"Kau mau bicara sendiri dengannya?" tanya Elio pada orang itu.
Orang babak belur itu mengangkat tangannya yang berlumuran darah dan menyentuh lengan Elio.
"A-am ampuni s-saya Tuan Muda.." pelannya dengan sisa napas yang dimilikinya.
"Kau membuat kemejaku kotor!" ucap dingin Elio seraya menghempas tangannya.
"Ya, sepertinya dia sudah tidak sanggup untuk menarik napas. Aku akan mematikan teleponnya.." ucap Elio pada orang di sambungan telepon itu untuk mengakhiri panggilannya.
"Kau seharusnya tidak membuat masalah dengannya.." ucap Elio pada orang dihadapannya.
"Ampuni saya Tuan Muda, saya akan tunduk kepada anda. Saya akan melakukan apa saja untuk anda. Saya tidak akan berkhianat.." tangis orang itu meminta ampun.
"Kau tau, aku hanya dibayar untuk menyingkirkan hama seperti kalian.." ucap Elio. Kemudian kembali duduk di kursi yang tadi dia tinggalkan.
"Kalian semua keluar!" perintah Elio pada anak buahnya yang ada di sana.
"Big, kau tetap disini!" Elio memanggil asistennya.
Elio melirik orang-orang yang berjalan keluar itu dari kaca besar dihadapannya. Tidak ada yang bisa Elio percaya diantara mereka semua. Bagaimanapun dia harus tetap waspada. Mungkin saja salah satu diantara mereka adalah mata-mata yang di tugaskan oleh 'Orang Itu'.
Kecuali Big. Sebuah kejadian membuatnya begitu percaya pada Big, dan sebaliknya. Ditempat itu mereka juga saling melindungi satu sama lain.
Bagaimanapun juga Elio tidak akan pernah bisa lepas dari genggaman 'Orang Itu'.
"Aku mungkin bisa membiarkan mu tetap hidup dengan mengirim mu ke luar Pulau," ucap Elio setelah mengisap rokok yang baru saja dinyalakannya.
Pria berlumuran darah itu berusaha untuk bangkit. Dengan setengah tenaga yang masih dimilikinya, dia menyeret tubuhnya dan berlutut dihadapan Elio.
"Orang-orang yang mati di gudang, anak buah mu tidak hanya itu, kan?" tanya Elio.
"Ha-hanya sejumlah itu yang Saya miliki," jawab orang itu terbata.
"Sepertinya kau tidak berniat untuk hidup lebih lama.." sindir Elio sambil menginjak jari orang itu.
"Arrghh~ ampuni Saya Tuan Muda. Ba-baiklah.."
"Dua yang tersisa, mereka adalah anak-anak yang sangat patuh karena saya telah menyelamatkan nyawanya. Mereka berdua saudara kembar, dan kemampuan mereka tidak dapat diremehkan.." tutur orang itu.
Elio memainkan handuk kecil ditangannya. Melayangkan nya seperti baling-baling. Kemudian dengan kuat dia pukulkan ke lantai hingga menimbulkan suara yang cukup keras.
"Mereka pasti akan menuruti mu kan jika mereka harus mengikuti ku?"
"Pasti, pasti Tuan Muda.." ucap orang itu meyakinkan Elio.
"Saya akan mengirim mereka pada anda.." lanjut orang itu.
Elio menatap pria yang penuh dengan harapan ingin hidup dalam sorot matanya itu.
"Menyedihkan.." gumam Elio.
Kemudian menatap Big yang berdiri di sudut sana. Lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan.
"Urus seperti biasanya.." perintah Elio pada Big.
Setiap Elio mendapat pekerjaan yang kotor seperti ini. Dia pasti diminta untuk melenyapkan jasadnya agar tidak meninggalkan jejak.
Jika orang yang dia beri pelajaran itu bisa diajak bekerjasama, Elio akan tetap membiarkannya hidup dengan mengirimnya ke luar pulau. Lalu menggantikannya dengan mayat orang lain yang ada di pemakaman. Namun jika tidak, dia kan menghabisi nyawanya.
Dengan begitu, 'Orang Itu' tidak akan curiga dan tetap mempercayainya.
"Tuan Muda.." panggil Big yang mengikuti Elio keluar.
Elio menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Anda tau? Sebenarnya saya sedikit takut.." ujar Big.
"Kenapa?" tanya Elio.
"Saya takut Ketua akan curiga," jawab Big.
Elio menghela napas panjang, kemudian menghisap rokoknya sebanyak beberapa kali tanpa melanjutkan percakapannya. Kemudian melempar sisa rokoknya yang masih panjang ke lantai, lalu menginjaknya.
"Apa kau lupa aku sudah melakukan pekerjaan ini selama berapa tahun?" tuturnya sambil menatap Putung rokok yang hancur dibawah sana.
Big menunduk.
"Dan sepertinya Ketua juga sudah mulai curiga dengan Mall dan Hotel yang baru saja Anda resmikan beberapa bulan yang lalu," ucap Big dengan khawatir.
"Aku membuat identitas palsu untuk itu. Juga membayar orang untuk menempati posisi pemilik sekaligus CEO untuk sementara waktu.." tutur Elio
"Kau pikir aku sebodoh itu?" lanjutnya.
"Bagaimana jika beliau tiba-tiba ingin mengadakan pertemuan dengan pemiliknya?"
Elio terdiam sejenak dan menatap Big yang tampak khawatir padanya.
"Kau tidak perlu memikirkan hal yang tak perlu, aku bisa mengatasi semuanya. Aku bukan orang ceroboh yang akan membuat rencana tanpa memikirkan resiko dan juga solusinya.." jawab Elio kemudian berbalik.
"Aku tidak akan membiarkan orang itu menghancurkan hidupku untuk yang kedua kalinya," tegasnya.
"Persetan dengan uang hasil narkoba itu!" gumamnya.
Elio menatap kedua tangannya penuh dengan darah kering milik orang yang dia pukuli. Entah sudah berapa banyak nyawa yang dia habisi. Malaikat maut pun mungkin merasa takjub melihat cara Elio menghabisi mereka tanpa perasaan.
Tangan yang pernah dia gunakan untuk menyembuhkan orang, kini dia gunakan untuk sebaliknya.
"Dia sudah menghancurkan masa depanku.." gumamnya geram.
Elio menghentikan langkahnya dan berbalik, dimana Big masih berdiri dibelakang sana dan menatapnya.
"Kau sudah mendapatkan informasi tentang perawat itu?" tanya Elio.
"Belum, terakhir kali anak-anak mengejarnya hingga Thailand, dan kehilangan jejak setelahnya. Mereka menduga jika wanita itu melakukan operasi plastik untuk terlepas dari kejaran.."
"Tetap tugaskan mereka untuk menemukan jejaknya. Hidup ataupun mati kalian harus mendapatkan nya!"
mampir juga dong ke karya terbaruku. judulnya "Under The Sky".
ditunggu review nya kaka baik... 🤗