Menikahi Pria Tidak Berguna

Sore harinya seperti biasa Felix sudah memarkirkan mobilnya di depan gedung Perusahaan Globe Enterprise. Menunggu Revina pulang kerja. Hampir setiap hari Felix melakukan hal ini.

Felix selalu memperhatikan Revina, meskipun perusahaan itu milik ayahnya tapi Revina begitu rajin bekerja. Wanita itu hampir tidak pernah absen sehari pun. Datang dan pulang kerja selalu tepat waktu.

"Kau sangat giat bekerja. Apa tidak lelah ?" Felix melirik ke arah Revina yang duduk di sebelahnya.

"Bekerja adalah bagian dari hidup. Kau harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita mu." jawab Revina.

"Memangnya apa cita-cita mu ?"

"Aku ingin punya usaha sendiri."

"Apa kau tidak tertarik untuk mewarisi perusahaan papa mu ? Menggantikan posisinya suatu saat nanti."

Revina tersenyum masam mendengar perkataan Felix.

"Aku tidak ingin berebut dengan Jasse."

Sejak dulu Revina tahu jika Jasse sangat berambisi untuk memimpin perusahaan. Sebab itu lah Jasse selalu ingin terlihat baik di depan papanya. Jasse pun sanggup menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pujian termasuk menukar hasil kerja milik orang lain.

"Kau sudah mendapatkan pekerjaan ?" Revina bertanya kepada Felix.

Bukannya menjawab, Felix malah balik bertanya. "Apakah kau keberatan jika aku bekerja sebagai pegawai rendahan ?"

"Yang terpenting bukanlah jabatan, tapi kesungguhan kau dalam bekerja. Aku juga hanya staf biasa di perusahaan papa ku." jawab Revina.

Felix tersenyum mendengar perkataan istrinya. Ternyata Revina bukanlah seorang wanita yang memandang pangkat dan kedudukan. Selama ini juga Revina tidak pernah menuntut Felix untuk memberikan nafkah zahir apa lagi nafkah batin.

Keesokan harinya pagi-pagi Felix sudah siap berpakaian rapi, menggunakan baju jas. Felix terlihat sangat tampan dan berwibawa sehingga Revina tertegun melihat penampilan Felix hari ini.

"Apa aku terlihat tampan ?" tanya Felix yang menyadari Revina yang melihatnya dari tadi.

"Ish, percaya diri sekali." Revina memalingkan muka menyembunyikan rasa gugup dalam hatinya karena ketahuan. Benar kata Felix, pria itu memang terlihat sangat tampan.

Felix terkekeh melihat reaksi Revina dengan wajahnya yang bersemu merah.

"Ayo, kita turun sama-sama." ajak Felix.

Felix mengambil tangan Revina kemudian meletakkan di lengannya. Revina tidak menolaknya. Jadilah mereka berjalan beriringan dengan Revina menggandeng lengan suaminya.

Jasse menatap tidak suka melihat pasangan suami istri itu bergandengan mesra.

"Selamat pagi, pa." Revina menyapa Jonatan.

Setelah selesai sarapan Felix dan Revina masuk ke dalam mobil.

"Hari ini aku akan mulai bekerja." Felix memberi tahu Revina sebelum menjalankan mobilnya.

"Benarkah ? di mana ?" tanya Revina.

"Di Perusahaan Black Diamond sebagai staf marketing." jawab Felix.

"Selamat. Semoga sukses dan betah dengan pekerjaan baru mu." Revina memberikan ucapan selamat buat Felix.

"Terima kasih." balas Felix.

"Jadi, apakah kau mau mengantarkan ku ?" tanya Felix membuat Revina mengkerutkan keningnya.

"Kenapa ? bawa saja mobilnya seperti biasa. Lagi pula aku tidak kemana-mana." kata Revina.

"Oh, baiklah kalau begitu." Felix mulai menjalankan mobilnya untuk mengantarkan Revina terlebih dahulu.

Setelah mengantar Revina, Felix melajukan mobil menuju Perusahaan Black Diamond. Felix langsung menuju ruangan HRD. Pak Danial selaku kepala HRD mengantarkan Felix menuju ke ruangan kerjanya.

"Felix, itu Tuan Abraham Wiliam CEO Black Diamond." Pak Danial menunjuk ke arah pintu masuk.

Seorang pria yang sudah tidak muda lagi namun tidak juga tua sedang masuk bersama seorang pria muda yang merupakan asistennya.

Abraham Wiliam adalah seorang pria tampa yang berumur empat puluh dua tahun. Belum menikah dan terkesan dingin kepada semua orang termasuk juga kepada wanita.

Abraham Wiliam mendirikan Perusahaan Black Diamond saat ia masih sangat muda. Dengan bantuan sang kakak, ia berhasil mengembangkan perusahaan Black Diamond menjadi salah satu perusahaan besar di kota ini.

Felix dan Pak Danial menunduk hormat saat Abraham melewati mereka. Abraham melirik sekilas ke arah Felix yang baru hari ini terlihat di perusahaannya.