Demi memenuhi wasiat sang ayah, Ziyana Syahira harus rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenali bernama Dirga Bimantara, seorang CEO yang terkenal dengan sikap dingin dan cuek.
Belum juga reda keterkejutan Ziyana akan pernikahan dadakannya bersama dengan Dirga. Ziyana kembali di kejutkan dengan sebuah kontrak pernikahan yang di sodorkan oleh Dirga. Jika pernikahan keduanya hanya akan terjalin selama satu tahun saja dan Ziya dilarang ikut campur dengan urusan pribadi dari pria itu.
Lalu, bagaimana jadinya jika baru 6 bulan pernikahan itu berjalan, Dirga sudah menjatuhkan talak pada Ziya dan diwaktu yang bersamaan Ziyana pun di nyatakan hamil?
Mampukah Ziyana jujur jika saat itu dia tengah hamil anak dari Dirga. Ataukah, Ziyana tetap memilih untuk pergi dengan merahasiakan keberadaan sang janin yang tumbuh dalam rahim nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SWA.Bab 35
“Kreekkkk….”
Set…
Greeppp…
“Astaghfirullah al adzim. Mas ya ampun, kamu bikin aku kaget saja,” pekik Ziya, yang kaget saat memasuki kamar. Dirga langsung memeluknya dengan sangat erat dari arah belakang.
“Habisnya, Mas terlalu gemes sama kamu. Mas tidak menyangka, jika kamu akan terlihat sangat menggemaskan disaat kau sedang cemburu seperti saat ini,” jawab Dirga, semakin erat mendekap tubuh ramping sang istri.
“Cemburu? Memangnya siapa yang cemburu?” tanya Ziya, bingung.
“Kalau bukan cemburu, lalu apa dong? Tadi, bahkan kamu sampai berani menegur Kakakmu untuk memperbaiki penampilan nya,”
“Jadi, tadi Mas ada di sana? Astaghfirullah al adzim. Kalau, tadi Mas ada di sana. Mas lihat dong penampilan Kak Zira yang terbuka seperti itu?” tanya Ziya yang kaget saat mengetahui jika tadi suaminya sempat melihatnya berdebat dengan sang Kakak.
Bahan, saking kagetnya. Ziya sampai membalik badan nya menjadi menghadap ke arah Dirga. Hingga mereka pun kini saling berhadapan dan menatap satu sama lain.
“Mas memang ada di sana tadi. Tapi, perlu kamu tahu. Sejak enam tahun yang lalu dan sejak kita berpisah. Mas sudah mulai membiasakan diri untuk menjaga pandangan Mas dari hal hal yang tidak semestinya Mas lihat. Termasuk juga dengan keberadaan Kakakmu di sini. Jadi, kamu tenang saja kalau aku tidak akan pernah melihat yang seharusnya tidak aku lihat.” jelas Dirga, yang memang. Meski ada di sana dan menyadari keberadaan Zira yang tengah memakai pakaian yang kurang pantas. Namun, pandangan pria itu tidak bisa lepas dari sosok sang istri yang saat itu terlihat begitu seksi dan menggemaskan.
“Dan ngomong ngomong, kamu belum menjawab pertanyaan ku loh, sayang,” lanjut Dirga.
“Pertanyaan? Pertanyaan yang mana dan apa itu?”
“Ya, yang tadi. Kamu cemburu yang lihat Kakakmu berpenampilan seperti itu?”
“TIdak. Aku tidak cemburu. Kenapa juga aku harus cemburu? Toh sekuat apapun kita mempertahankan, jika itu bukan mutlak milik kita. Maka, Allah akan mengambilnya kembali, bagaimana pun cara nya. Begitupun dengan kamu, Mas. Jika kamu bukan lah jodohku, maka Allah pasti punya cara untuk memisahkan kita. Mau sekuat apapun aku mempertahankan kamu, jika kamu bukan lah untukku. Maka, Allah pasti memiliki cara untuk membuat kamu pergi dari aku. Jadi, untuk apa aku cemburu. Itu hanya akan membuang energiku saja. Aku menegur Kak Zira itu semata mata demi kebaikan nya. Aku tidak mau jika Kak Zira keluar dari batasan dan mengabaikan apa yang sudah di amanat oleh almarhum Abi, jauh sebelum beliau berpulang, itu saja,”
“Jadi, kamu tidak akan cemburu kalau nanti akan ada wanita yang mencoba mendekati aku dan mencoba merebutku dari kamu?”
“Aku cukup percaya pada ketetapan Allah dan juga cukup percaya pada kamu, Mas. Jadi, kenapa harus takut.”
Dirga semakin mendekap erat tubuh Ziya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya. Memang benar adanya, sekuat apapun kita mempertahankan, jika mereka bukan jodoh pasti akan berpisah juga dan jika mereka berjodoh. Sejauh dan selama apapun mereka berpisah. Kelak pasti disatukan kembali, sama seperti apa yang dialami oleh Ziya dan juga Dirga saat ini.
“Kamu benar. Semua yang kamu katakan barusan benar adanya dan kita sudah mengalaminya sendiri. Sejauh dan selama apapun kita berpisah, jika kita berjodoh. Maka, Allah memiliki cara untuk menyatukan kita kembali.”
*
*
*
“Kakak, mau pergi?” tanya Ziya, saat melihat sang Kakak sudah berpenampilan cukup rapi dan cantik.
“Iya, kamu tahu kan kalau Kakak datang kemari untuk memenuhi undangan sebuah seminar. Jadi, hari ini Kakak akan pergi ke hotel A untuk seminar itu,” jawab Zira, sembari memasukkan apa yang akan dia bawa ke dalam tas nya.
“lama nggak? Pulang jam berapa?”
“Mungkin sampai malam, karena setelah dari seminar Kakak akan pergi ke acara reuni yang diadakan di sini. Kenapa? Apa ada masalah?”
“Tidak. Jika Kakak akan pulang malam, nanti akan aku siapkan makanan untuk makan malam,”
“Sepertinya tidak perlu. Aku kan akan pergi ke acara seminar dan juga reuni. Disana pasti juga disajikan makanan. Jadi, kamu tidak perlu repot repot karena takut tidak akan Kakak makan. Baiklah, kalau begitu Kakak pergi dulu, ya. Assalamualaikum,”
“Iya, Kak. Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Hati hati di jalan.”
Sepeninggalan Zira, Ziya yang tadi sedang membereskan rumah pun kembali melanjutkan kegiatan nya. Berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun membuat Ziya merasa bosan.
Karena itu lah, Ziya mencari kegiatan untuk mengalihkan rasa bosan nya dengan membersihkan rumah. Meskipun unit itu sudah dilengkapi dengan housekeeping. Namun, Ziya tetap membersihkan unitnya itu sendiri hanya untuk mengusir rasa jenuh dan juga rasa bosan karena tidak memiliki kegiatan yang berarti selain menjaga dan merawat Zingga.
“Kamu sedang apa?”
Sampai, suara bariton seseorang pun mengalihkan perhatian Ziya dari kegiatan nya. Ziya pun melirik ke arah sumber suara, dimana disana ada suaminya berdiri di depan ruangan kerja yang ada di unit itu.
“Beres beres. Kenapa? Ada yang salah?” jawab Ziya sambil balik bertanya.
“Unit ini sudah dilengkapi dengan housekeeping. Kenapa kamu harus repot repot seperti ini?”
“Aku tahu, Mas. Aku hanya bosan, lagipula ini adalah pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh para ibu rumah tangga. Jadi, tidak ada salahnya kan kalau aku juga melakukan nya,”
“Memang tidak ada yang salah. Tapi, Mas tidak mau kamu kelelahan, sayang. Tenaga kamu sudah banyak terkuras untuk menjaga dan merawat Zingga. Mas, tidak mau kamu juga jatuh sakit karena kelelahan.”
Melihat kekhawatiran di wajah suaminya. Ziya pun segera beranjak dari tempat nya untuk menghampiri Dirga dan setibanya di depan suaminya, Ziya tersenyum penuh dengan kelembutan. Tangannya terulur menggenggam erat tangan kekar suaminya.
“Aku tahu kalau Mas mengkhawatirkan aku. Tapi, tenanglah aku akan baik baik saja. Lagipula, apa yang aku lakukan dan kerjakan itu bukan hal yang berat. Aku sangat bersyukur, karena dengan kehadiran Mas di samping kami membuat keadaan Zingga terus membaik. Meski belum sembuh total, setidaknya, dia tidak lagi harus tinggal di rumah sakit. Terima kasih, terima kasih karena sudah kembali bersama dengan kami,” menatap penuh dengan rasa haru, Ziya pun mengungkapkan apa yang selama ini ingin dia sampaikan terhadap suaminya.
“Tidak sayang. Justru Mas lah yang seharusnya berterima kasih kepada kamu. Karena kamu masih mau memberikan kesempatan kedua untuk Mas. Setelah apa yang Mas lakukan di masa lalu.”
Dirga kembali menarik Ziya masuk ke dalam dekapan nya. Pria itu merasa sangat bersyukur karena kembali disatukan dengan wanita berhati lembut dan juga tulus seperti Ziya.
bener2 definisi anak tak tau diri s zira ini,,udah ky nolongin anjing kjepit.
Dirga sudah terang2an menolak, masih saja memaksa.
Memang setelah Dirga bisa dimiliki merasa puas?
Bisa memiliki raganya tapi tak bisa memiliki hatinya.
Yang ada Ngenes!!!! makan hati