JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Kerja
Nala yang memperhatikan Ken itu teringat dengan tempo hari lalu, saat Ken menyebrang jalan dengan berlari.
Nala juga mengira kalau Mika yang mengejar Ken adalah ibunya.
"Assalamu'alaikum," kata Amira saat Ken masuk ke mobil.
Ken langsung duduk di tengah antara Amira dan Nala, memeluk Amira kemudian melirik Nala.
"Kenalin, Tante Nala. Nanti Tante Nala tinggal sama kita," kata Amira dan Nala mengulurkan tangan pada Ken, Ken hanya melihat tangan Nala yang terlihat agak kotor karena tadi baru saja membersihkan pangkalan dan makam.
Nala segera kembali menyimpan tangannya saat tak ada balasan dari Ken, Nala tersenyum dan dugaannya yang mengatakan Ken sangat mirip dengan Dhev adalah benar.
****
Sebelum sampai di rumah Amira, Nala meminta padanya untuk diantarkan pulang.
"Bu, boleh antar saya ke kontrakan?" tanya Nala seraya menatap Amira, merasa malu karena berani meminta tetapi mau bagaimana lagi, Nala tidak membawa sepeser pun uang untuk naik angkot.
"Boleh, biar sekalian saya tau di mana kamu tinggal," kata Amira seraya menatap Nala.
"Terimakasih," ucap Nala seraya menganggukkan kepala.
Setelah itu Nala memberi tau di mana alamatnya berada.
Sesampainya di sana, Amira dan Kenzo harus ikut turun dari mobil karena Nala berniat agar diantarkan sampai gang saja, tidak mengira kalau Amira akan ikut turun.
Lumayan, berjalan agak lama dan Nala merasa tidak enak hati telah membuat Amira ikut ke rumahnya.
"Bu, sampai sini aja, nggak papa, saya enggak enak sama Ibu," kata Nala yang berjalan beriringan dengan Amira dan Kenzo berada di tengah.
"Benar, Omah. Panas, Ken juga capek," timpal Ken seraya mendongakkan kepala menatap Amira.
"Tadi Omah suruh tunggu di mobil nggak mau," protes Omah dengan terus berjalan tidak ingin kehilangan jejak Nala lagi.
Setelah sekitar 7 menit jalan kaki, sekarang ketiganya sudah sampai di depan kontrakan kecil, didepannya terdapat pohon mangga yang sedang berbunga.
Terlihat ada seorang gadis yang duduk di atas motor.
"Ririn!" seru Nala yang akhirnya bertemu dengan Ririn.
Ririn yang sedang memainkan ponsel itu melihat ke arah belakang.
"Nala, dari mana aja? Aku nunggu kamu dari tadi," kata Ririn seraya turun dari motor.
Tidak langsung menjawab, Nala lebih dulu mengenalkan Amira dan Kenzo.
"Kenalin, Bu Amira, ini cucunya namanya Kenzo."
Amira pun tersenyum pada Ririn, kemudian Amira pada Nala karena tidak ingin mengganggu Nala dan Ririn.
"Kami pulang dulu, kalau ada apa-apa, kamu hubungi nomer ini, ya!" kata Amira seraya memberikan kartu nama pada Nala.
"Baik. Makasih, Bu," ucap Nala seraya menerima kartu nama tersebut.
Setelah kepergian Amira dan Kenzo, Nala mengajak Ririn untuk masuk.
"Kemana aja kamu? Tau nggak, papa kamu nyariin sampai gerobak ku hancur," dengus Nala seraya duduk lesehan di ruang depan.
"Masa, sih? Terus kamu gimana? Terluka nggak?" tanya Ririn seraya memperhatikan Nala dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
"Enggak, untung aja ada om-om yang nolongin aku," jawab Nala seraya meraih gelas berisi air minum.
"Hah? Om-om? Jangan bilang kamu main sama om-om!"
"Apaan, sih. Orang itu ayahnya Kenzo," jawab Nala seraya melirik Ririn yang menatapnya curiga.
Teringat dengan Kenzo dan Amira membuat Ririn bertanya, "Kamu udah maafin ibu tadi?"
"Kita nggak boleh menyimpan dendam, kalau mau hidup dengan tenang kuncinya harus ikhlas," jawab Nala seraya menatap kosong ke depan.
"Salut sih sama kamu, itulah yang aku suka dari kamu, seandainya orang tua aku bisa melihat hati orang dan tidak memandang rendah karena harta," kata Ririn dengan lesu.
"Ya sudah kalau begitu kamu aja yang ikhlas, sekarang pulang sana, nanti aku kena omel lagi kalau kamu belum pulang," kata Nala berusaha membujuk Ririn.
"Aku mau cari kerja, nggak mau hidup tergantung sama mereka, aku pengen kuat kaya kamu, La!" kata Ririn menolak permintaan Nala.
Nala menghela nafas, ia teringat dengan ancaman papa Ririn yang tidak akan melepaskannya selama anaknya belum kembali.
"Rin, selesaikan baik-baik. Bicarain apa yang kamu mau, selama itu benar pasti ada jalan."
"Ngomong sama mereka nggak akan ngerti, aku capek harus ngerti terus!" jawab Ririn mulai terdengar sebal.
"Ya sudah, jangan bahas lagi, tapi gimana soal utang aku, aku nggak ada kerjaan lagi, nggak punya pemasukan," lirih Nala seraya merebahkan tubuh mungilnya. Menatap langit-langit ruangan tersebut.
"Aku ada kerjaan sih, tapi aku nggak yakin kamu mau, La!" kata Ririn yang menyusul Nala di sebelahnya.
"Apa itu?" Nala melihat ke arah Ririn dan Ririn tersenyum.
"Kerja di klub jadi pelayan, temen kos aku yang bagi tau, aku mau ambil tapi sore kuliah, aku mau cari kerja yang berangkat pagi pulang sore," kata Ririn.
"Di klub, ya?" tanya Nala terdengar ragu.
"Iya."
"Aku butuh banget kerjaan, nih! Nggak papa kali, ya. Sambil nunggu kerjaan lain gitu."
"Terserah kamu aja, sih. Tapi kamu tau lah kerja di tempat kaya gitu harus bermental baja, belum lagi kalau tetangga nanti tau apa kerjaan kamu." Ririn mencoba mengingatkan Nala.
"Emangnya, kalau aku nggak makan tetangga mau ngasih aku makan tiap hari?" tanya Nala. Ia kembali menatap Ririn dan Ririn menjawab dengan menggelengkan kepala.
"Ya sudah, nanti malam aku jemput kamu," kata Ririn seraya merubah posisinya menjadi duduk.
****
Di kantor, Dhev sedang berbalas chat dengan adiknya. Dhev mengatakan kalau dirinya tidak dapat hadir di acara wisudanya.
Nindy yang kesal itu memilih tidak membalas chat terakhir dari Dhev.
"Waktu Ana meninggal kamu di mana? Sekarang kamu minta aku untuk datang," gumam Dhev. Apakah Dhev juga menjadi pria yang pendendam?
Detik-detik waktu berlalu, sekarang Nala sedang menunggu dijemput Ririn.
Nala juga sudah siap, terlihat rapi menggunakan pakaian hitam putih dengan rok sepanjang bawah lutut.
Tidak lama kemudian Ririn sudah datang dan mengajak Nala untuk segera berangkat.
"Siap, nih?" tanya Ririn seraya memberikan helm pada Nala.
Nala menjawab dengan mengangguk seraya menerima helm tersebut.
Setelah beberapa menit, sekarang Nala dan Ririn sudah sampai di klub yang mereka tuju.
"Nggak papa, La. Sambil nunggu dapat kerjaan yang lain," batin Nala seraya melihat pintu klub.
Bersambung.