DiDuakan RichMan

Malam hari pun tiba, Malam pertama bagi pengantin baru biasanya adalah saat penuh kebahagiaan dan cinta. Namun, bagi Bulfar dan Shella, malam itu hanya berisi keheningan dan ketidaknyamanan.

Mereka menikah bukan atas dasar cinta, melainkan permintaan keluarga. Hubungan mereka datar, tanpa percikan kasih yang tulus, dan kini mereka berada di tempat kasur yang sama.

Shella duduk di tepi kasur, merasa kaku. Ia memamerkannya, jari-jarinya memainkan ujung kain selimut tanpa sadar. Di sisi lain, Bulfar berdiri di dekat jendela, memandang keluar, mencoba menghindari Shella.

Dalam hati, ia bertanya-tanya,

“Mengapa aku tidak mengajak Shella berbicara ya?. Sebelum menikah, kita berdua saling berbicara layaknya sudah akrab sejak lama. Tapi sekarang aku merasa canggung!.” Sama seperti Shella, ia tidak memiliki perasaan apa-apa terhadapnya.

Bulfar menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk memecah kenyamanan.

"Mungkin kita bisa mulai dengan... menyatakan seperti teman?" usulnya dengan suara datar.

Shella mengangguk pelan, meskipun hatinya tidak terlalu yakin. Ia berpikir, "mungkin dengan menjadi teman terlebih dahulu, kebekuan ini akan sedikit mencairkan sedikit demi sedikit". Ujar Shella.

Malam itu mereka tidak banyak berbicara. Pembicaraan mereka hanya berkisar tentang hal-hal ringan dan basa-basi. Namun, Ketika mereka akhirnya berbaring, jarak antara mereka tampak jelas.

Mereka memunggungi satu sama lain, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Shella memejamkan mata, berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua ini akan baik-baik saja, sementara Bulfar berharap waktu bisa segera berlalu agar perasaannya yang terkurung ini sedikit demi sedikit bisa berubah.

Malam pertama itu pun berlalu dengan canggung. Tidak ada pelukan hangat, tidak ada bisikan dari keduanya.

Keesokan harinya, Vaya menerima telepon dari dokter, kalau Kinan sudah sadar dari komanya. Ia bergegas pergi ke rumah sakit, memanggil Yapra dan Ryukan. Vaya tidak melibatkan masalah ini ke Rashel, karna menyangkut keluarganya.

Tak selang lama, Yapra dan Ryukan berada di depan rumah Vaya. Ryukan bertanya kenapa Vaya memanggilnya.

"Kak, kenapa kau memanggilku dengan Yapra?." Tanya Ryukan penasaran. Begitupun juga Yapra.

"Aku memanggil kalian kesini untuk membantu ku menyelesaikan masalah ini. Aku gak melibatkan Rashel karna ini menyangkut keluarganya." Jawab Vaya.

Lalu, Vaya menjelaskan semua permasalahan yang terjadi, ketiganya langsung mengerti.

"Kalian mengerti kan?." Tanya Vaya melihat mereka secara bergantian.

"Iya Vaya. Aku mengerti, kalau begitu ayo kita segera pergi ke rumah sakit." Seru Yapra.

Mereka pun pergi kerumah sakit. Tak selang lama, mereka akhirnya sampai dirumah sakit dan segera menemui Kinan.

Disaat mereka masuk, Kinan sama sekali tidak mengenali mereka, dan menanyakan siapa mereka.

"Siapa kalian?." Tanya Kinan dengan penuh keheranan.

Vaya langsung menjelaskan semuanya kepada Kinan, yang membuatnya menangis histeris karna kepergian ibunya.

"Jadi dimana ibuku dimakamkan?, Antar aku kesana secepatnya." Tanya Kinan menangis dengan wajah yang penuh air mata.

Kemudian mereka mengantar Kinan di makam ibunya. Kinan menangis histeris, memeluk kuburan ibunya.

"Kenapa ibu meninggalkan ku?. Kenapa?." Ujar Kinan menangis tersedu-sedu.

Vaya dan ketiganya ikut sedih melihat Kinan sangat terpukul atas meninggalnya ibunya. Lalu, Vaya memberitahu kalau ia akan membantu Kinan mengungkap apa isi kotak yang di beritahu ibunya Kinan didalam Mimpi.

"Jadi, ibuku pergi kedalam mimpi mu. Sama seperti ibuku katakan?." Tanya Kinan.

"Iya Kinan. Aku akan membantumu, kau gak sendiri. Ada kami disini." Ujar Vaya.

Lalu, Kinan langsung memeluk Vaya dengan sedih. Dan berterimakasih kepada Yapra, Mimi dan Ryukan.