Gubee, Pangeran Lebah yang ingin merubah takdirnya. Namun semua tidaklah mudah, kepolosannya tentang alam membuatnya sering terjebak, dan sampai akhirnya menghancurkan koloninya sendiri dalam pertualangan ini.
Sang pangeran kembali bangkit, mencoba membangun kembali koloninya, dengan menculik telur calon Ratu lebah koloni lain. Namun, Ratu itu terlahir cacat. Apa yang terjadi pada Gubee dan Ratu selanjutnya?
Terus ikuti ceritanya hingga Gubee terlahir kembali di dunia peri, dan peperangan besar yang akan terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Lima Belas Tahun Yang Lalu
“Kau ada di istana Peri lebah,” jawab salah seorang dari mereka.
“Peri lebah?” Gubee baru mendengar nama itu. “Apa itu?
“Pangeran lebah yang terlahir kembali karena sebuah kebaikan yang telah dilakukannya . Karena kebaikan yang telah kau lakukan semasa hidup menjadi Pangeran lebah, telah membuatmu terpilih menjadi Peri lebah.
“Tapi aku bukan lebah yang baik, aku telah menghancurkan koloniku sendiri!
“Kau telah berusaha memperbaiki kembali kehancuran itu. Dan kau juga telah membantu koloni lain.
Gubee memandangi satu persatu peri lebah yang ada di sekitarnya. Semua Peri lebah itu tersenyum kepadanya. “Apa ada Albee di antara kalian?
“Tidak ada Albee di sini.” Jawab Peri lebah yang tadi berbicara dengan Gubee. Ia adalah Peri lebah tertua dari puluhan Peri lebah yang ada di istana peri. Sayapnya berwarna keemasan, berbeda dengan para Peri lebah lainnya yang hanya berwarna putih transparan.
“Dimana Albee? dia juga pangeran lebah yang baik!
“Dia terlahir kembali menjadi lebah penjantan. Alam belum memilihnya! Kebaikan yang dia lakukan belum bisa membuatnya terlahir menjadi Peri lebah. Hatinya penuh dendam dan keegoisan!
“Tapi dia hanya ingin membalaskan kehancuran koloninya! Apa itu salah?
“Jelas salah! Tidak ada yang lebih baik daripada memaafkan. Dan dia telah memperpanjang umurnya hanya untuk membalaskan dendam yang ada di hatinya. Itu tidak baik!
“Di koloni mana dia terlahir saat ini?
“Dia akan terlahir di kolonimu. Ratu lebah yang sudah kau kawini akan melahirkan Albee kembali. Entah apa yang akan dia lakukan dikehidupannya yang ketiga nanti.” Peri lebah itu tampak ragu. Dia seperti merasakan firasat yang tidak baik.
“Kehidupan yang ketiga?
“Benar! Setelah dua kehidupan sebelumnya, dia lewati dengan penuh keegoisan. Semoga saja dikehidupannya yang ketiga, dia terlahir menjadi lebah yang bijaksana.
“Kesalahan apa yang dia lakukan pada kehidupan pertamanya?” Gubee sangat ingin tahu tentang cerita kehidupan temannya itu.
“Dia dulu terlahir sebagai Pangeran lebah di koloni lebah hutan.” Peri lebah tertua itu memulai cerita yang terjadi lima belas tahun yang lalu.
“Saat itu koloninya memiliki dua Ratu yaitu, Ratu peramal dan Ratu lebah yang akan melahirkan telur untuk koloninya. Namun di ketika itu, Ratu peramal memilik kecantikan yang sangat luar biasa daripada Ratu lebah. Walaupun Ratu peramal terlahir buta tetapi, kecantikannya tidak bisa di bandingkan dengan Ratu lebah manapun.
“Dalam aturan lebah hutan, yang mengawini Ratu peramal ialah Pangeran lebah yang di ramalkan oleh Ratu peramal yang hidup sebelumnya, dan pangeran itu bukan Albee. Namun, Albee tidak peduli dengan ramalan itu. Dia yang telah jatuh hati dengan Ratu peramal, tidak menghiraukan apapun di saat itu.
“Suatu hari, para lebah di koloninya sedang sibuk memperluas sarang untuk menyambut kelahiran lebah-lebah baru yang akan menetas dari pupa. Dia menggunakan kesempatan itu untuk menculik Ratu peramal. Dia berpura-pura membawakan madu untuk Ratu peramal, namun madu yang dibawanya itu telah dicampurnya dengan nektar bunga bakung lembah. Ratu peramal jatuh pingsan, dan dia membawanya keluar sarang tanpa diketahui oleh siapapun.
“Albee membawa Ratu peramal ke sebuah lubang kayu di tengah hutan yang jauh dari sarangnya. Dia bermaksud akan menjalani hidupnya di lubang kayu itu bersama dengan Ratu peramal. Namun belum lama dia dan Ratu peramal memasuki lubang kayu itu, seekor burung Nuthatch datang menghampiri mereka. Ternyata lubang kayu yang dia masuki itu adalah sarang burung Nuthatch.
“Albee berhasil menyelamatkan dirinya di saat itu. Namun, dia tidak sempat menyelamatkan Ratu peramal yang masih belum sadar. Ratu peramal yang terbaring di lubang kayu itu, dimakan oleh burung Nuthatch. Pupus sudah harapan Albee untuk hidup bersama dengan Ratu peramal.
“Dia kembali ke sarangnya. Walaupun hatinya sangat hancur di ketika itu, dia tetap bersikap biasa saja saat kembali ke sarangnya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Koloninya sangat kacau akibat perbuatannya itu. Ratusan lebah penjaga dikerahkan untuk mencari keberadaan sang ratu. Namun setelah mencarinya kemana-mana, mereka tidak jua menemukan sang Ratu. Dan akhirnya mereka pasrah, dan hidup menetap di hutan itu karena tidak tahu harus pindah kemana.
“Tujuh hari berlalu, ancaman terbesar koloni lebah hutan datang ke hutan itu yaitu, Elang madu. Mereka yang telah kehilangan Ratu peramal, tidak bisa mengetahui keberadaan Elang madu yang telah mengintai di hutan itu. Karena, hanya Ratu peramallah yang bisa merasakan keberadaan Elang itu.
“Hingga di suatu pagi, saat prosesi perkawinan Pangeran lebah dan Ratu lebah akan dilangsungkan, Elang madu menyerang. Sarang mereka porak-poranda oleh cengkraman Elang madu, dan Ratu lebah terbunuh di saat itu. Akhirnya, kehidupan Albee dan koloninya berakhir di tangan Elang madu.” Peri lebah tertua menyudahi ceritanya.
Gubee termenung setelah mendengar cerita Peri lebah di hadapannya. Ia mengkhawatirkan koloni lebah yang akan berkembang di sarang yang telah ditinggalkannya, akan kembali menghadapi masalah besar.
“Apa aku bisa membantu koloniku jika terjadi masalah nantinya?” tanya Gubee kemudian.
“Tidak. Kau hanya bisa melihat apa yang terjadi di kolonimu. Kita tidak diizinkan meninggalkan tempat ini jika, tidak ada perintah dari Sang pencipta kita!
“Sang pencipta? Siapa itu?” Nama baru kembali terdengar di telinga Gubee. Masih ada banyak hal tentang kehidupan yang belum Gubee ketahui.
“Dia pemilik kekuatan besar yang mengendalikan kekuatan yang ada di seluruh alam. Saat masanya telah tiba, kau akan bertemu dengannya.
“Kapan masa itu?
“Hanya Sang pencipta itulah yang tahu!
“Lalu, bagaimana caraku melihat keberadaan sarangku?
“Kau ingin melihat sarangmu?
“Iya! Aku ingin tahu apa yang terjadi di sana saat ini.
“Kemarilah!” Peri lebah tertua membawa Gubee ke sisi lain ruangan istana itu. Gubee menapaki kakinya untuk pertama kali di aula istana Peri lebah.
Aula istana itu sangat megah. Dinding-dindingnya terbuat dari marmer putih bercahaya, dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang menggambarkan legenda dan mitos para dewa. Pilar-pilar emas yang menjulang tinggi menopang langit-langit yang terbuat dari kristal berkilauan, memancarkan cahaya lembut yang memenuhi ruangan.
Di tengah ruangan terdapat tahta besar yang terbuat dari logam mulia, tempat di mana Peri lebah tertua duduk dengan keagungan. Di sekelilingnya, terdapat singgasana yang lebih kecil untuk Peri lebah lain, masing-masing di simbolkan dengan ukiran lebah. Lantai ruangan terbuat dari batu giok yang memantulkan cahaya, menciptakan kesan bahwa ruangan itu mengambang di atas awan.
Tidak jauh berjalan, sampailah Gubee dan Peri lebah tertua, berserta para Peri lebah lainnya di hadapan sebuah batu zambrud yang sangat besar, yang terpajang di tengah-tengah aula istana itu. Warna batu itu hijau pekat, seperti hutan dalam dan misterius, dengan kilau yang memikat dan menyimpan kekuatan besar di dalamnya.
Lanjut Bab 34