NovelToon NovelToon
Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Poligami / Lari dari Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: jnxdoe

Selama 2 tahun menjalin mahligai rumah tangga, tidak sekali pun Meilany mengucapkan kata 'tidak' dan 'tidak mau' pada suaminya. Ia hanya ingin menjadi sosok seorang isteri yang sholehah dan dapat membawanya masuk surga, seperti kata bundanya.

Meski jiwanya berontak, tapi Mei berusaha untuk menahan diri, sampai pada akhirnya ia tidak bisa menahan lagi ketika suaminya meminta izinnya untuk menikah lagi.

Permintaan itu tidak membuat Mei marah. Ia sudah tidak bisa marah lagi ketika sudah kehilangan segalanya. Tapi ia juga tidak bisa tinggal di tempat yang sama dengan suaminya dan memilih pergi.

Selama 7 tahun Mei memendam perasaan marah, sampai pada suatu ketika ia menemukan kebenaran di dalamnya. Kebenaran yang sebenarnya ada di depan matanya selama ini, tapi tidak bisa ia lihat.

Bisakah Mei memperbaiki semuanya?

*Spin off dari "I Love You, Pak! Tapi Aku Takut..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jnxdoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2 -

"Terima kasih, Mei."

Wanita itu tersenyum dan duduk di samping mertuanya.

Memandang wanita baya di depannya, benak Mei berkelana ke beberapa tahun lalu saat ia pertama kali jadi seorang mualaf. Ia berasal dari keluarga dengan tradisi tertentu dan ketika akhirnya memutuskan menganut kepercayaan yang berbeda, seluruh keluarga besar menentang dan mengeluarkannya dari akta.

Ia bukannya tidak memiliki uang sama sekali. Namun, tidak akan ada seorang pun yang mau untuk berada dalam situasinya saat itu. Ia memang sudah punya pekerjaan, tapi pengasingan keluarga intinya secara cepat mempengaruhi pandangan orang-orang di sekitarnya.

Dirinya terpaksa pindah dari lingkungan tempat tinggalnya semenjak ia lahir. Belum lagi pandangan yang mencemooh dari beberapa rekan saat mengetahui keputusannya.

Tidak pernah sekali pun ia menyesali jalan yang ia ambil. Ia hanya menyesal, kenapa pada waktu itu ia mau saja menerima saat dilamar dan belum cukup pengalaman untuk lebih memperdalam keyakinannya.

Hal yang tidak ia pikirkan akan jadi masalah, ternyata sekarang justru menimpa dirinya di saat ia belum siap.

"Mei?"

Panggilan lembut itu membuat Mei menengadah.

Di depannya, tampak mertuanya memandanginya lembut. Wanita baya yang telah melahirkan suaminya ini selalu memperlakukannya sangat baik. Seolah ia adalah anaknya sendiri. Tapi...

"Ya, bunda?"

Terdengar helaan nafas dari mertuanya. Wanita baya itu meletakkan cangkirnya di meja.

"Mei... Apa Aslan sudah... mengatakan niatnya pada kamu?"

Pertanyaan itu membuat hati Mei seolah dirajam ribuan batu. Hatinya sakit. Hatinya berdarah. Ia hancur.

Bibir merah muda itu tersenyum lembut. "Iya. Mas Aslan sudah ngomong sama Mei tadi malam, bun."

Mata tua itu memandanginya ragu-ragu.

"Boleh bunda tahu, apa keputusanmu, Mei?"

Merasakan tangannya mulai gemetar, Mei ikut meletakkan cangkirnya di meja. Pandangannya tertunduk.

"Mei akan ikut keputusan mas Aslan saja."

Sejenak, suasana di ruang tamu kecil itu senyap. Hanya suara samar cuitan burung terdengar di luar.

"Mei... Boleh bunda cerita kenapa Aslan minta itu ke kamu?"

Bola mata Mei yang sipit naik dan menatap mertuanya. Wanita baya itu tersenyum lembut.

"Boleh bun..."

Kembali terdengar helaan nafas dari mertuanya. Ia sedikit menyender.

"Bunda yakin, kamu sudah tahu siapa Christine kan?"

Kepala Mei mengangguk. Tatapannya tertunduk ke arah tangan yang ada di pangkuannya.

"Dia mantan pacar mas Aslan dulu."

Lagi-lagi suasana hening sejenak, sampai mertuanya bicara kembali.

"Kamu sudah tahu kenapa mereka sampai putus kan?"

Kedua tangan Mei mencengkeram erat, dan kepalanya mengangguk pelan.

"Beda agama."

Wanita baya itu menghembuskan nafasnya sedikit keras, menandakan kegalauan hatinya.

"Sudah dari awal, bunda memperingatkan. Pacaran beda keyakinan itu, tidak akan membawamu ke mana pun. Tidak ada masa depan. Membuang waktu, juga tenaga. Karena tidak akan pernah ada jalan temunya."

Penjelasan itu membuat Mei semakin mengeratkan tangannya. Ia masih menunduk.

Mengamati menantunya yang masih diam, wanita baya itu memutuskan melanjutkan lagi.

"Kamu tahu mereka dekat berapa lama?"

"Empat tahun, bunda..."

"Benar. Empat tahun. Aslan menghabiskan 4 tahunnya sia-sia, hanya untuk menjalin hubungan yang pada akhirnya kandas juga. Dari awal, anak itu tahu orangtua Christine tidak akan pernah merestui mereka. Meski hubungan mereka terjalin baik, meski Christine adalah wanita yang baik dan calon isteri yang sempurna bagi Aslan, tapi apa manfaatnya kalau itu tidak membawa ke mana pun?"

Sesuatu dalam kata-kata itu membuat nafas Mei sedikit cepat, tapi ia masih menundukkan kepalanya.

Memandang menantunya, tatapan wanita baya itu terlihat sedih. Perlahan, ia mengambil kedua tangan Mei yang putih dan menggenggamnya erat.

"Tapi sekarang, Christine butuh bantuan kita, Mei... Dia butuh... Aslan."

Barulah pandangan Mei naik. Sorot matanya bercampur antara sakit dan heran.

"Bunda?"

Genggaman di tangan Mei mengerat. Mertuanya itu terlihat menelan ludahnya beberapa kali.

"Saat putus dari Aslan, Christine akhirnya menerima lamaran pria lain. Mereka menikah hampir tiga tahun ini Mei, dan sudah dikaruniai seorang putri cantik... Tapi dalam perjalanannya, Christine ternyata mendapat hidayah. Ia baru menemukan tujuan hidupnya saat sudah menikah dengan lelaki lain."

Kali ini, jantung Mei serasa mencelos ke bawah. Ia sangat tahu pasti yang akan dikatakan selanjutnya.

"Suaminya menceraikannya, Mei. Dan karena Christine memutuskan membawa anaknya serta, pria itu sama sekali tidak mau menafkahi keduanya. Ia menganggap hubungan darah mereka sudah putus, sejak Christine pindah keyakinan. Saat ini, ia tidak punya siapa pun, Mei. Ia tidak punya suami. Ia tidak punya keluarga. Dia tidak punya tempat tinggal. Dia sebatang kara dan butuh bantuan kita, Mei..."

"Tapi kenapa mesti mas Aslan..." Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulutnya juga.

"Karena hanya Aslan yang dia tahu, Mei... Aslan juga yang dulu mencoba mengajaknya pindah keyakinan. Anak itu sampai mengenalkannya pada seorang guru untuk belajar agama, tapi dia menolak. Tapi sekarang saat dia sudah mendapatkan petunjuk, apa kita tega menolaknya, Mei?"

Bola mata Mei bergerak-gerak menatap mertuanya, tapi tidak satu pun kata keluar dari mulutnya.

"Bunda tahu, ini tidak adil buat kamu. Kamu juga pernah melalui yang sama, tapi saat itu, Aslan sudah ada di sampingmu. Kamu tidak sendirian. Tapi Christine... Dia sendirian. Dia butuh orang mengarahkannya. Dia butuh seseorang mengajarkannya. Ia butuh orang untuk menyakinkannya bahwa pilihannya tidak salah...."

Dan saat kata-kata terakhir keluar dari mulut wanita baya itu, Mei menundukkan matanya yang basah.

"Dia butuh seorang imam, Mei... Karena itu, bunda meminta Aslan menikahinya."

1
Sri Mulyati
lanjut Thor ceritanya seru
Anis Rohayati
jujur gua malah jiji klu smpe mei balikan lagi sma si smpah aslan ingat laki2 modelan kya gini ga harus di pertahan kan pantes di buang
Sunaryati
Segera urai kesalahpahaman kalian, mulai dari awal jika sudah kembali bangun komunikasi yang baik jangan ada hal yang harus ditutpi
Harun Gayam
hadeuh muter² tetuss
Sunaryati
Itu akibat tak ada komunikasi yang jelas tujuh tahun yang lalu
Sunaryati
Dobell up Thoot makin menarik ceritanya
Sunaryati
Makin ada kejelasan, tapi tetap saja penyebabnya Ashlan telat menjelaskannya pada Mei sehingga Mei menyimpulkan jika Ashlan bersedia menikahi Cristine apalagi dugaan itu dikuatkan dengan kebersamaan Ashlan dan Cristine di kedai kopi dan terlihat Ashlan memegang tangan Cristine
Sunaryati
Itu sepenuhnya bukan salahmu, karena Ashlan tidak menjelaskan setelah kamu kecelakaan yang menyebabkan keguguran, seharusnya waktu itu mengurai kesalahpahamanmu memergoki Ashlan dan Cristine di kedai, karena sebelumnya Ashlan minta izin menikah
Ma Em
Aku kasihan pada Aslan kalau memang Aslan tdk menikah dan tdk pernah tidur dgn Cristine bilang sama Mei dan buktikan agar Mei percaya
Ma Em
Luar biasa
Sunaryati
Selidiki duli Mei, dan kamu Ashlan jika kamu tidal menikahi Cristine buktikan. Kesalahan kamu dulu minta izin menikahi Cristine, dua kamu ketemuan sama Cristine yang dipergoki Mei sehingga Mri kecelakaan dan keguguran
kesalahau besar Ashlan
Sunaryati
Lanjuut donel up Thoor, ceritanya semakin seru dan menarik
Sunaryati
Jelaskan dulu Ashlan Mei dan pembaca juga penasaran, kamu jadi menikahi Cristine? Jika ya kabulkan permintaan Mei untuk menceraikannya, jika tidakk kejar dan perjuangkan cintami, karena Mei sangat setia padamu
Sunaryati
Ceritanya menarik jika berkenan tolong up tiap hari Thoor
Sunaryati
Jika Ashlan tidak jadi menikah dengan Cristin, kembalilah. Namun jika sudah menikah lebih baik mundur dari pada sakit hati
Sunaryati
suka, jika penasaranku terjawab ttg Cristine tak kasi bintang 5
Sunaryati
Lanjuut fobel up, ya
Sunaryati
Bagaimana pernikahan Ashlan dengan Cristine, Thoor, bukankah kepergian Mei karena Ashlan akan menikahi mantannya itu
Sunaryati
Oh ternyata Mei keguguran ketika kecelakaan saat melihat Ashlan dan Cristin di Cafe, kasihan Mei
jnxdoe: Terima kasih kak buat komentarnya... Tetep baca sampai tamat ya... 🥰🙏
total 1 replies
Sunaryati
Sebelum pergi kan mengabarkan kehamilan Mei pada Ashlan, mana anak Mei?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!