Bagaimana jika takdirMu telah diatur?
Akan kah kita bisa mengubahnya?
Arumi,,
Gadis muda yang berusaha untuk mengubah arah hidupnya setelah banyak mengalami sakit dan kerasnya hidup.
namun akankah arah yang dia tuju dapat dicapai atau malah harus menerima suratan takdir yang sudah digoreskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Menarik
Benar saja, setengah jam kemudian Sera tersadar dari tidur lelapnya. Ia kelimpungan menyadari dirinya yang tertidur di kamar asing, ditambah lagi ia hanya mengenakan pakaian dalamnya saja. Pakaian luar nya sudah terhempas jauh keatas lemari seolah dilempar dengan begitu kerasnya.
Ia berteriak histeris, segera melompat lalu membuka lemari mencari pakaian yang bisa dikenakannya.
Ia tidak lagi peduli apa yang terjadi kepadanya, ia hanya ingin menutupi tubuhnya yang sungguh memalukan.
Disaat sibuk mencari, mata nya terbelalak sempurna menyadari isi lemari tersebut, ia kenal betul dengan semua kaos yang terpajang rapi.
Lalu ia pun teringat saat-saat terakhir nya sebelum tertidur.
"Ranggaaaaaaa," ia berteriak histeris,
"lihat saja, aku akan menebas leher mu"
Ia menggerutu sembari mengenakan kaos kelonggaran itu.
Sera yang berjalan menuruni tangga sambil memeluk tas dan sepatunya , lagi-lagi kaget setengah mati melihat Rangga yang berdiri tepat di anak tangga terakhir. Ia hampir saja terjatuh jika tangannya yang lain tidak sigap memegang pembatas tangga.
Ia malah ketakutan sambil mempererat pelukannya pada tasnya. Dimana rencana kejam nya tadi, semua lenyap begitu saja ketika melihat senyum menyeringai yang ditunjukkan oleh Rangga.
Dengan senyum remeh Rangga angkat suara.
"bagaimana rasanya, ah kau sangat menikmati sentuhan ku"
Ia berjalan semakin mendekat, hingga nafasnya menyentuh permukaan kulit leher Sera.
Sera yang emosi sekaligus takut memicingkan matanya, " bagaimana jika benar ia menyentuh ku, aaa bagaimana ini, aku sungguh takut"
Sera berteriak di dalam hati, tidak lagi berani mengeluarkan sepatah kata pun.
"kau sangat ketakutan sekarang, dulu kau tidak selemah ini Sera, kau bahkan menolak ku dengan begitu entengnya dengan bibir ini, "
Rangga semakin menikmati permainan ini, ia bahkan menyentuh bibir Sera, menambah ketakutan Sera.
"nyali mu sebatas tebas leher saja, itu pun berani dari jauh, hahaha"
Rangga tertawa puas, ia sedikit merasa bersalah melihat ketakutan Sera, "namun ini menyenangkan, akan kunikmati sebentar lagi" pikirnya.
Setelah berhasil menguasai keadaan, Sera mengangkat kepalanya, berdiri tegak seolah tidak terjadi apa-apa.
"kau ingin bermain-main denganku? aku akan menghancurkanmu Ngga, ayahku bisa melakukan apapun untuk menghancurkanmu" ucapnya berapi-api.
"hahahaha", suara tawa Rangga menggelegar, menunjukkan sisi lain dari dirinya yang tidak pernah Sera ketahui.
"jika ayahku berhasil mengambil alih kuasa, ayahmu akan dengan senang hati menyodorkan dirimu ini kepadaku, lihat saja nanti"
Rangga begitu percaya dirinya membeberkan rencana yang dibuat oleh ayahnya bersama ayah Sera.
Mendengar itu Sera jadi teringat akan perkataan ayahnya beberapa waktu lalu.
begini ceritanya, pada saat mereka makan malam, ayahnya mengatakan sesuatu yang terasa aneh di telinganya.
"mulai sekarang berhenti lah mendekati Ardian, rencana ayah sudah berubah"
Sera yang mendengar kalimat itu tentu saja heran, apa maksud dari ayahnya ini,
"aku mendekati Ardian karena aku menyukainya yah, ayah juga tahu itu"
Sera masih bicara begitu karena ia tahu ayahnya selalu menuruti segala keinginannya.
Namun kali ini berbeda, "lupakan cintamu, ini tentang bisnis ayah, mulai sekarang bersikap baiklah pada Rangga, ayah akan menjodohkan mu dengannya suatu hari nanti"
Kini Sera mengerti arah pembicaraan ayahnya waktu itu, ia lalu tersenyum sinis,
"lakukan saja maumu, aku tidak akan terpengaruh"
Ia melengos pergi bahkan menyenggol bahu Rangga, pertanda bahwa ia tidak takut pada laki-laki itu.
***
Jika Sera sedang dilanda kecemasan karena kelakuan Rangga yang diluar nalar. Berbanding terbalik dengan Arumi.
Gadis itu sedang bersemangat menemani bu Anya, calon kakak iparnya itu untuk memilih gaun pengantin.
Kisah percintaan kakak nya itu akhirnya menemukan titik terang, ia kini sudah percaya diri untuk melangkah ke hubungan yang serius bersama kekasihnya Anya.
Arga sang kakak juga sudah berhasil menjaga kestabilan usaha yang sempat goyah itu setelah ditinggalkan oleh sang ayah. Tentu itu juga tak luput dari bantuan berupa dana yang dilakukan oleh Ardian.
Mereka melakukan kerja sama, menjadikan usaha ikan milik Arga sebagai pemasok utama ke rumah sakit dan restoran hotel milik Keluarga atmaja.
Tak lupa Ardian juga mempromosikan ikan segar milik usaha Ardian ke kolega bisnis, yang tentu saja bukan hanya sekedar promosi, namun Ardian bisa menjamin kualitasnya yang bagus dan segar-segar.
***
Disuatu malam bertemankan bintang-bintang dilangit, Ardian duduk di balkon kamarnya, membuka lembar demi lembar surat wasiat yang ditinggalkan oleh neneknya.
Terjawa sudah alasan nenek menyuruhnya untuk berhati-hati dengan Rangga dan ayahnya, paman Hito.
Paman nya itu ternyata otak dari pembunuhan ayahnya, membuat Ardian menangis sendirian dengan bertemankan bintang.
Setelah berhenti meratapi kejahatan pamannya sendiri, ia kemudian teringat dengan Arumi, gadis yang ia rindukan setelah hari ini ia terlalu sibuk dan tidak ada waktu untuk bertemu.
Ia meraih telepon genggamnya, mencari nama Arumi dan kemudian memanggilnya dengan panggilan suara.
Terdengar lembut suara Arumi menyapanya, bagai angin malam yang berhembus perlahan menyejukkan hati dan pikirannya.
"apa kamu menghadapi masalah? apa yang bisa aku bantu, "
Itu lah perkataan yang Arumi keluarkan dari mulutnya setelah telepon mereka tersambung.
Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada kelembutan seorang Arumi. Ardian meyakini, akan banyak yang tertarik pada kekasihnya itu jika ia memperlakukan semua orang begitu lembut.
"Halo, Ar,? suara di seberang sana membuyarkan pikiran Ardian yang menjalar ke mana-mana.
"Ah, aku ingin melihatmu, jangan tidur dulu ya, aku akan tiba dalam sepuluh menit"
Ardian menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban Arumi, sedangkan Arumi diujung sana hanya bisa mendesah pelan, sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
Dan benar saja, pria tampan itu tiba sebelum 10 menit, kemungkinan besar ia menguasai jalanan yang sepi itu dengan sepuasnya.
Ardian yang sudah turun dari motornya menghampiri Arumi yang menyambutnya dihalaman kecil rumahnya.
Tanpa basa basi, Ardian langsung memeluknya, mencari kenyamanan didalam diri Arumi.
Menurut Arumi, Ardian ini semakin hari semakin manja saja, pelukan seperti itu sudah begitu biasa bagi mereka berdua. Tidak ada kecanggungan lagi seiring berjalannya waktu.
Setelah acara peluk-pelukan itu berakhir, Arumi mengajak nya duduk di kursi yang tersedia di teras rumah itu.
Ardian memulai ceritanya,
"ternyata pamanku sendiri yang membunuh ayahku, aku tidak menyangka kekayaan yang dimiliki keluargaku bisa merubah seseorang menjadi iblis. "
Wajahnya kembali sendu, namun ia tidak menangis lagi, mungkin air matanya terlalu malu untuk menampakkan diri dihadapan Arumi.
"aku sudah tahu itu dari nenek, namun nenek melarang ku memberitahukanmu, nenek bilang, ia yang akan mengatakannya langsung padamu" ucap Arumi.
Nyatanya, nenek juga tidak berani mengatakan fakta itu secara langsung, begitu juga dengan bu Sarah yang juga telah di wanti-wanti oleh nenek.
"nenek berharap kamu semakin kuat, nenek sudah mengorbankan dirinya untuk menahan semua luka itu sendirian. "
"sesakit apapun kenyataan dimasa lalu, ia tetaplah menjadi masa lalu. Hidup terus berjalan, kau harus menatap ke masa depan, lakukan yang terbaik sebisa mu untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama"
Perkataan Arumi begitu menenangkan, sambil tangannya sibuk mengusap punggung Ardian seolah memberikan kekuatan.
Sesungguhnya mereka sangatlah saling melengkapi, namun takdir harus memisahkan mereka melalu orang-orang yang tidak menyukai kebersamaan mereka.
.
.
.
.
Bersambung...
s'moga berujung indah