NovelToon NovelToon
Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Slice of Life
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Realita skripsi ini adalah perjuangan melawan diri sendiri, rasa malas, dan ekspektasi yang semakin hari semakin meragukan. Teman seperjuangan pun tak jauh beda, sama-sama berusaha merangkai kata dengan mata panda karena begadang. Ada kalanya, kita saling curhat tentang dosen yang suka ngilang atau revisi yang rasanya nggak ada habisnya, seolah-olah skripsi ini proyek abadi.
Rasa mager pun semakin menggoda, ibarat bisikan setan yang bilang, "Cuma lima menit lagi rebahan, terus lanjut nulis," tapi nyatanya, lima menit itu berubah jadi lima jam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 2

Waktu kami nunggu di koridor, rasanya itu kayak scene slow motion di film yang penuh dengan drama—cuma bedanya, ini real life dan nggak ada background music yang bikin suasana jadi epic. Semua orang punya style sendiri buat ngisi waktu sambil nunggu dosen datang.

Ada yang duduk di kursi dengan gaya duduk yang udah nggak formal lagi, laptop di pangkuan, mata setengah merem, tapi jari-jari masih ngetik kayak robot. Entah lagi revisi bab berapa atau cuma pura-pura sibuk biar nggak ketahuan kalau sebenernya lagi stalking IG.

Terus, ada juga yang udah nyerah sama dunia per-kursi-an dan akhirnya memilih lesehan di lantai. Kalau kata mereka sih, “Udah, yang penting bisa selonjor. Kaki pegel, otak buntu, jiwaku lelah.”

Dari jauh, mereka kelihatan kayak anak-anak TK yang lagi piknik, tapi tanpa makanan enak, cuma ada setumpuk kertas revisi dan buku pedoman.

Buat yang males duduk atau mungkin takut celana atau roknya kusut, ada yang berdiri sambil nyandar di dinding. Kayak model yang lagi photoshoot, tapi versi low budget dan low energy.

Mata mereka terus ngelirik ke jam dinding yang ada di ujung koridor, hoping time will move faster. Some even say, "Kapan ya, gue bisa keluar dari siklus neraka nunggu dosen ini?"

Dan yang paling hardcore, ada juga yang berdiri di depan pintu dosen, kayak security dadakan. Posisi mereka udah kayak satpam kampus, nggak mau ambil risiko antriannya diserobot sama yang lain.

Dikit-dikit nengok ke dalam jendela pintu, hoping the dosen will magically appear and call their name. Muka mereka penuh harap, tapi juga udah siap kalau-kalau harus menghadapi kenyataan pahit bahwa mereka belum dipanggil hari itu.

Setiap kali pintu itu kebuka, semua yang ada di koridor langsung freeze, kayak ada yang pencet tombol pause di remote. Mata mereka langsung nyerang si dosen atau siapa pun yang keluar dari ruangan itu.

Kalau bukan giliran mereka, yaudah, back to reality, dengan keluhan standar, "Ya ampun, kapan nih giliran gue? Udah kayak nunggu keajaiban."

Di tengah situasi absurd ini, obrolan ringan seringkali muncul. Mulai dari update skripsi, gosip dosen killer, sampai ngomongin rencana liburan yang entah kapan bisa kejadian kalau skripsi ini nggak kelar-kelar.

It's a weird kind of bonding experience, dimana semua orang merasa senasib sepenanggungan, terjebak dalam siklus skripsi yang kayaknya nggak ada ujungnya. But hey, at least we're in this together, right?

***

Jadi ceritanya begini, aku harus ketemu sama koordinator prodi, alias ko.prodi, buat urusan skripsi. Tapi masalahnya, aku clueless banget siapa ko.prodi di fakultasku sendiri. Bayangin aja, udah tiga jalan tiga setengah tahun kuliah di sini tapi gak tau siapa yang ngurusin prodi. Rasanya kayak nyasar di kampus sendiri, ironic, right?

Jadi, in pure desperation, aku nanya ke temen. Mereka ngeliatin aku dengan tatapan "Seriusan lo gak tau?" sambil ketawa kecil.

Akhirnya mereka kasih tau, dan aku baru sadar, "Ohhh, jadi si bapak yang itu toh!" That moment when the light bulb finally goes on, tapi terlambat.

Nah, yang lebih epic lagi, ternyata Pak Pa ini adalah PA-ku. Dan aku baru tau kalau PA itu singkatan dari Pembimbing Akademik. Bisa bayangin betapa shock-nya aku waktu tau fakta itu? Like, seriously, aku udah semester akhir dan baru ngerti kepanjangan PA. Mahasiswi macam apa diriku ini?

Setelah itu, aku jadi mikir, selama ini aku ngapain aja di kampus? Ternyata banyak banget hal penting yang aku gak tau. Kayaknya otakku lebih sering kepake buat ngafalin menu warteg daripada ngurusin akademik. Now I know, kalau ada urusan akademik yang ribet, at least aku tau harus ke siapa.

But still, rasanya malu sendiri tiap kali inget betapa clueless-nya aku soal hal kayak gini. Kadang aku ketawa sendiri ngebayangin, gimana nasibku kalau gak ada temen yang kasih tau.

Hidup mahasiswa emang penuh kejutan yang datang dari arah yang tak terduga, kan? So, lesson learned, selalu tau siapa yang bertanggung jawab sama pendidikanmu, sebelum kebablasan kayak aku.

***

Waktu itu, aku sempat mikir, “Wah, temen-temenku udah pada disetujui nih judul skripsinya. Aku harus buru-buru nih!” Tapi, ternyata kenyataan berbicara lain. Baru beberapa orang doang yang judulnya approved.

Sisanya, termasuk aku, masih sabar menunggu penunjukkan dosen RTA alias Rencana Tugas Akhir skripsi.

Nah, ceritanya nih, kami semua lagi ngumpul di kampus, nungguin ko.prodi yang entah kemana rimbanya. Orang yang kami tunggu ini, udah kayak hantu, ada kabar tapi gak nongol-nongol. Udah gitu, mau pulang juga masih nanggung, takutnya kalau kita pulang, eh si bapak malah tiba-tiba muncul kayak di film horor.

Waktu terus berjalan, dan akhirnya ada salah satu dari kami yang inisiatif buat menghubungi ko.prodi. Kebetulan, dia lumayan deket sama dosennya, jadi dia berani ambil langkah. Akhirnya, setelah sekian lama, ada jawaban juga. Kami disuruh taruh aja berkas di mejanya pak ko.prodi. Ya udahlah, daripada kelamaan nunggu yang gak pasti, kami patuhi instruksinya.

***

Di sini, aku baru sadar betapa panjang dan melelahkannya perjalanan ini. Aku baru saja mulai, baru mau minta tanda tangan dosen, tapi prosesnya sudah bikin stress. Nungguin itu rasanya kayak abadi, seolah waktu berjalan sangat lambat.

Dan di tengah semua itu, aku gak bisa berhenti mikir, gimana nasib kating-kating yang udah melalui perjuangan yang jauh lebih berat dari ini.

I’m just at the beginning of this journey, and already feeling overwhelmed. Bagaimana ya dengan kating-kating yang sudah berjuang mati-matian untuk menyelesaikan skripsi mereka?

***

Akhirnya, setelah menunggu dan berharap, aku berhasil menemukan berkas ku yang tersimpan di antara tumpukan dokumen lain di meja ko.prodi.

Dalam lembaran kertas, tertera nama dosen RTA yang telah ditunjuk untuk membimbingku. Namun, di situlah masalahnya—aku sama sekali tidak mengenal beliau.

Seriously? I spent hours waiting and hoping, and now I get assigned to a lecturer I’ve never even seen before. What’s going on? Di kepala ini, aku berpikir, “Sebenarnya aku kenal siapa sih?”

Aku sudah berhadapan dengan beberapa dosen di kelas dan mengurus berbagai administrasi seperti KRS dan KHS, tapi dosen RTA-ku ini benar-benar asing bagi aku.

***

Di tengah kebingungan ini, aku sadar bahwa aku tidak sendirian. Banyak temenku juga menghadapi situasi serupa—mereka juga tidak terlalu akrab dengan dosen-dosen mereka. Kami semua berada di semester yang sama, dan berbekal pengalaman dari kakak tingkat, kami mendapatkan sejumlah saran yang, jujur saja, terasa agak ekstrem.

 Kami disarankan untuk menghafal berbagai hal tentang dosen, mulai dari nama, meja, jam kehadiran di kampus, hingga kapan mereka ada atau tidak. Bahkan, saran berikutnya lebih detail lagi: kami harus tahu sifat-sifat dosen, pintar membaca mood mereka, dan, yang paling ekstrem, menghafal mobil atau motor yang mereka kendarai.

"Harus tahu wajah dan suara dosen," kata mereka. "Dan kalau bisa, hafalin juga mobil atau motor mereka. Nggak ada salahnya, kan?"

Seriously? Ini sudah mulai terasa seperti misi intelijen. Apakah kita harus jadi agen rahasia untuk menghadapi dosen? Aku terbayang-bayang harus jadi detektif, menyelidiki setiap detail tentang dosen demi kelancaran tugas akhir. Tapi, di sisi lain, ada benarnya juga—memahami dosen dan bagaimana mereka beroperasi bisa sangat membantu.

Tapi, ya, realita di lapangan tidak selalu sesederhana itu. Aku dan teman-teman harus beradaptasi dengan cara-cara yang mungkin tidak kami bayangkan sebelumnya. Menghafal banyak hal tentang dosen memang bukan hal yang mudah, apalagi kalau setiap dosen punya karakteristik dan kebiasaan yang berbeda.

1
anggita
like👍☝tonton iklan. moga lancar berkarya tulis.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!