mengisahkan remaja cantik yang di jadikan jaminan keluarganya pada seorang Mafia, dan di jadikan alat transplantasi ginjal untuk kekasih Mafia tampan. salahnya dia adalah mempunyai cinta yang tersembunyi pada mafia tampan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vatic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menunggu
Setelah itu hira kembali fokus dengan niat awalnya. dengan Xavier yang selalu memastikan kenyamanan istrinya.
Sepanjang hira melakukan ibadahnya. Xavier selalu mengamati apa yang di lakukan istrinya , yang menampakkan betapa ketakwaan dia pada Tuhan yang di yakininya. betapa patuhnya istri kecilnya itu pada perintah Tuhan yang di anutnya. walau dalam ke adaan seperti ini pun, istri kecilnya masih menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba.
Xavier semakin merasa kagum pada hira. dia merasa kalau hira sangatlah istimewa. " aku benar-benar tidak pernah merasakan, perasaan seperti ini pada siapapun, aku bisa memastikannya hira.! " monolognya dengan suara yang hanya bisa di dengarnya.
Setelah hira selesai dengan kegiatannya, dia langsung beralih ke Xavier yang masih berada di sana , dia menatap Xavier dengan tatapan penuh .
Hira bertanya pada hatinya. apa agama Xavier bagaimana dia bisa menikah. apakah pernikahan mereka sudah sah oleh agama. karena muslim harus menikah dengan sesama muslim juga. Sedang Xavier apakah dia sudah bersyahadat untuk memenuhi syarat islamnya. kalau belum berarti pernikahan mereka tidak halal oleh islam.
Hira berjalan mendekat ke Xavier. " sudah selesai?" tanya Xavier.
Hira tidak menjawab , hanya menatap penuh pada suaminya itu. " apa aku boleh bertanya sesuatu? " kata Hira.
" Hmm,, bertanyalah?! " jawab Xavier sambil mendekat pada Hira.
Hira sudah sedikit mendongak ketika Xavier sudah berada di depannya " apa kamu sudah muslim? " tanya Hira .
Xavier menatap mata Hira. kemudian dia sedikit membungkuk untuk mensejajarkan wajah mereka. " hmm! " jawab Xavier dengan senyuman.
" Kapan? " tanya Hira lagi.
" Ketika menikahimu! " jawab Xavier.
" Kapan kamu menikahiku saja aku tidak tahu?! " kata Hira.
" Yang penting sekarang aku adalah suamimu, dan kamu adalah istriku, yang sah secara agama ! " jawab Xavier.
" Hanya di agama? " tanya Hira lagi sedikit kecewa.
" Hmm,, bukankah itu yang utama! " kata Xavier.
Hira menunduk, ternyata selama ini dia dan Xavier hanya menikah siri. sebuah pernikahan yang banyak merugikan kaum wanita itu ternyata di pilih oleh Xavier untuk menghalalkannya.
Tapi Hira tetap tersenyum, karena benar apa yang di katakan Xavier, itu adalah yang utama. " apa kamu keberatan? umurmu terlalu muda untuk menikah secara negara! " jawab Xavier yang melihat Hira terdiam.
" Iyya,, tidak apa-apa! " jawabnya.
Xavier tersenyum mendengar jawaban Hira. dia mengambil tangan indah istrinya kemudian kembali menuntunnya untuk kembali ke tempat semula . dia masih menanti kedatangan damian.
Hira duduk di dekapan Xavier. tampak kedua tangannya yang memeluk lengan suaminya yang sedang melingkar di depannya. karena posisi Hira yang meringkuk dalam gapitan kedua kaki suaminya yang tertekuk.
Mereka menatap satu arah, yaitu ke arah matahari terbit yang indah di timur Jauh sana. Hira menyandarkan kepalanya pada lengan atas suaminya. tampak Xavier yang sesekali menciumi kepalanya.
" Badanku rasanya sakit semua?! " Tiba-tiba Hira bersuara. karena dia yang merasakan badannya seperti pegal. padahal itu adalah tanda awal dirinya akan meriang.
" Kenapa ? ,,apa kamu sakit? " tanya Xavier. kemudian tangannya memegang dahi dan leher atas Hira " badanmu akan demam. sudah mulai hangat. bersabarlah bantuan akan segera datang!" . kata Xavier. kemudian dia memijat lembut kepala istrinya yang mengeluh pusing.
Hira tanpa canggung langsung melesak ke pelukan Xavier. dia bersandar pada dada bidang itu. Xavier terus menatap Hira yang mencoba terpejam.
" Rasanya aku mau muntah,, perutku rasanya tidak enak! " Tiba-tiba Hira kembali mengeluh sambil menegakkan badannya.
" Keluarkan di sini saja.! " kata Xavier sambil merapikan baju Hira yang melebar.
" Aku tidak bisaaaa? nanti kamu akan jijik! " kata Hira terdengar manja.
" Tidak,,! aku tidak akan jijik! " jawab Xavier masih memegangi pakaian Hira yang tadi merumbai.
" Hwek.. huwekk..! " Hira masih merasakan mual. namun mulutnya tidak mengeluarkan apapun. hanya wajahnya yang tampak memerah. sedangkan Xavier terus memijat pelan leher belakangnya.
" Tidak bisaa,, perutku rasanya semakin tidak enak!" kata Hira kembali memeluk Xavier. saat ini Hira membutuhkan minuman yang hangat. namun mereka tidak punya apapun untuk membuat itu.
" Sabar sebentar! " mungkin sebentar lagi damian akan tiba! " kata Xavier menenangkan. tangan Xavier masih sibuk mengelus punggung istrinya. dengan mata yang tidak lepas dari wajah pucat Hira.
" Buka dulu ini yaa, ? biar kamu tidak merasa engap! " kata Xavier sambil memegangi jilbabnya.
" Iyaa,, rasanya aku sangat tercekik. kepalaku sangat pusing.. aku bingung dengan ke adaan tubuhku sekarang..! " keluh Hira yang mau pingsan. keringat dingin sudah memenuhi dahi di tubuhnya yang hangat itu.
Mendapatkan persetujuan, tanpa pikir panjang Xavier langsung membuka hijab Hira dari bawah. dan ketika terbuka , masih tertinggal ciput yang melindungi rambut istrinya , tapi sebelum Xavier membukanya. ternyata Hira lebih dulu menariknya.
Rambut hitam , tebal, dan panjang itu langsung tergerai. membuat Xavier semakin tidak bisa berkedip melihatnya.
Tangannya mengambil ciput hijab yang berada di tangan hira. kemudian dia menaruhnya dengan jilbab besar istrinya di pundak. agar tidak kotor.
Tangannya merapikan rambut yang tampak menutupi wajah Hira. dia menyingkap rambut yang menutupi wajah istrinya itu. tatapan Xavier benar-benar dalam. ternyata Hira lebih mempesona ketika rambutnya tergerai.
" Apa begini lebih baik? " tanya Xavier dengan tangan yang selalu memijat bagian tertentu untuk membuat Hira nyaman. termasuk mengurut pelan perut atas Hira.
" Iyyaa.. ! " jawab Hira lirih dan terdengar lemas. tidak lama Hira benar-benar terpejam, dia tertidur setelah merasakan nyaman. tapi tidak lama setelah itu helikopter yang di bawa damian datang. samar Xavier mendengar.
Xavier sudah memberi arahan tentang lokasinya saat ini. pastinya damian akan mencari sendiri lokasi yang sudah di infokan padanya.
Dalam tidurnya, pelan-pelan Xavier menata kembali ciput hijab, dan merapikan kembali rambut Hira. namun karena merasa terusik Hira malah menariknya kembali dan malah membuangnya.
Xavier tersenyum melihat tingkah Hira. kemudian dia mengambil kembali ciput itu lalu sedikit mengibasnya, " pakai dulu ya,, damian sudah datang. kita akan pulang! " kata Xavier lembut dan lirih.
" Aku masih mengantuk dan tidak nyaman! " jawab Hira.
" Tapi pakai ini dulu. akan ada banyak orang nantinya di heli. aku tidak mau mereka melihat rambutmu! " kata Xavier lagi.
Pelan-pelan Hira duduk. dan Xavier kembali memasangkan ciput itu, di tata dengan rapi rambut yang masih terlihat , kemudian dengan sayang dia kembali memakaikan hijab besar istrinya.
Setelah terpasang dia menatap kagum istrinya sebentar, " cup..! " dia mencuri kecupan di bibir istri kecilnya itu. Hira tersenyum mendapat perlakuan manis dari Xavier. sampai kini Xavier memasangkan kembali cadar Hira.
Ketika melihat Hira sudah memakai cadarnya, kemudian bertanya " Kamu pakai apa lepas.?"tanya Xavier tentang cadar Hira. Xavier melihat mungkin Hira akan semakin pengap dengan adanya cadar yang menutup wajahnya. karena merasa pernafasan Hira akan terganggu dan tidak akan bebas.
" Biar begini! " jawab Hira.
Cup....
Xavier kembali mengecupnya. tapi kali ini dia mengecup di balik cadar Hira. Hira menangkup wajah suaminya " kenapa kamu suka sekali menciumku ? " tanya Hira terdengar lemas.
" Tapi aku lebih suka kalau kamu yang menciumku!" jawaban yang tidak nyambung. namun mampu membuat Hira malu dan menyembunyikan wajahnya di dada suaminya. Xavier tahu kalau saat ini istrinya sedang salah tingkah.
" Apa begini rasanya pacaran dengan gadis yang masih suci dan polos. terlalu absurt! " batin Xavier.
Xavier melingkarkan tangannya untuk memeluk Hira. dan tidak lama setelah itu helikopter datang. menggoyang pohon-pohon besar yang menjulang.
heeee