Namaku Melody Bimantara, umurku baru dua puluh dua tahun, tapi sudah menjadi Manager sebuah hotel bintang lima milik keluarga.
Yang membuat aku sedih dan hampa adalah tuntutan orang tua yang memaksa aku mencari lelaki yang bisa dinikahi.
Kemana aku harus mencari laki-laki yang baik, setia dan mencintaiku? sedangkan para lelaki akan mundur jika aku bilang mereka harus "nyentana"..
Tolonglah aku apa yang harus aku perbuat??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ULANG TAHUN MERTUA
Aku menghubungi Manager F&B di hotel untuk mengirimi mertua kue ulang tahun yang mahal dan enak. Sengaja aku minta yang agak besar, aku ingin tau tanggapan Ibu dan Belinda.
Saat aku memerintahkan pak Ary untuk mengirim ke alamat ini, pak Ary sempat kaget, aku cepat mengatakan bahwa kue untuk relasi ku. Dia mengira aku samen leven dengan seseorang sehingga lama menghilang.
Pak Ary adalah Manager F&B sangat dekat dengan Papa. Dia pernah berharap supaya aku dan putranya berjodoh, tapi aku tidak mau. Tentu aku punya alasan tersendiri tidak mau dengan putranya.
Aku lebih baik punya suami dari keluarga miskin yang penting bisa menyayangiku, mencintaiku dan tidak selingkuh.
"Nyonya...nyonya...ada orang membawa kue, pasti kue ulang tahun." teriak bibi setengah berlari.
Arunakha yang sedang menonton aku bersih-bersih ikut keluar. Mereka tampak sangat senang.
"Ibu tidak menyangka dapat kue dari hotel, nanti bilang beli kalau ada yang tanya. Berapa harga kue segede ini ya?!"
"Pasti tiga setengah juta...." jawab ku keceplosan. Karena memang segitu harga kue yang biasa dibagi ke Manager.
"Sock tau, kamu pikir ada emas di dalamnya. Pasti ini sekitar satu setengah juta. Tapi bilang saja mahal."
"Melody mana pernah melihat kue mahal, aku rasa dia belum pernah merayakan ulang tahunnya."
Arunakha tersenyum mengejek menatap ku. Aku melengos, kembali melanjutkan merias meja dan menaruh buket-buket bunga di meja.
"Bu tolong kuenya.. " kata ku seraya mengambil kue dari tangan mertua ku.
"Aih, hati-hati, kau pikir ini kue murah. Dasar b4bu!" bentak mertua ku galak saat aku menaruhnya di atas meja.
Seperti biasa mereka menghina ku dan mencari kekurangan ku. Aku tidak peduli, tetap menata kue dan hiasannya sesuai tema ulang tahunnya.
Pasti mertua mengira kue itu dikasi gratis oleh hotel, gara-gara menjadi suplier. Biarin saja mereka pamer dan saling berlomba sombong.
Biasanya setiap ulang tahun, Manager mendapat gratis kue dan di rayakan oleh teman-teman di hotel. Kadang sampai bosan makan kue. Tentu mereka kaget dapat kue mahal. Sebelum tamu datang mereka selfie dulu dengan kuenya.
Sudah hampir selesai aku dan bibi menata meja, tiba-tiba datang Belinda.
"Hallo sayank, aku kangen..."
Kedua tangan Belinda bergelayut dan b*birnya menyapu b*bir Arunakha. Aku melirik sekilas, aku tahu Belinda sengaja melakukan itu.
"Belinda...." Arunakha sedikit mengelak. Matanya memandangku. Darah ku berdesir kesal.
"Ibu tidak menyangka hotel W mengirim kue ulang tahun. Mana kuenya gede lagi, pasti enak."
"Syukurlah bu, pendapatan kita di suplier juga tambah berlipat. Rejeki kita tambah lancar saja semenjak kak Belinda kembali kesini." ucap Diah mengimbangi ke sombongan ibunya.
"Kalau si d*kil terus disini, bisa-bisa rejeki kita ke tutup. Ibarat bunga, layu sebelum berkembang."
Belinda dan Diah sengaja menyindir ku. Setelah aku selesai merapikan gelas dan keperluan lain, aku bersiap mau keluar. Aku juga perlu mandi dan menyelesaikan laporan.
"Ini semua jerih payah Arunakha. Anak ibu memang pintar. Lagi seminggu Diah mau ulang tahun pasti dikirimi lagi." ucap ibu membuat Diah matanya berbinar.
"Harus dikasi tahu dulu supaya orang hotel ingat ulang tahun Diah."
"Melody katakan kepada pak Alit ulang tahun diah lagi seminggu. Kalau bisa kue ulang tahunnya carrot cake."
"Maaf bu, aku tidak berani minta kue kecuali ada perintah dari pak Alit." sahut ku membuat mereka kecewa.
"Ahh..si4l! Tidak mungkin b4bu di dengar omongannya dengan pak Alit." sisis bu Ajeng.
Pergi dari hadapan mereka secepatnya. Wajah aku bikin sedatar mungkin, tapi hati tetap bergemuruh. Aku berusaha menutupi rasa marah dan sakit hati yang berkobar.
Kenapa aku harus marah?
Bukankah sebentar lagi aku cerai dan tidak ingin hidup di keluarga toxic ini. Aku mengelus dada, sepertinya ada yang sakit di dadaku. Lucu sekali, tidak mungkin aku cemburu melihat kelakuan Belinda dan Arunakha.
Malam tak berbintang, seolah sebentar lagi akan hujan. Cuaca berubah sangat dingin. Aku duduk di depan cermin sambil membubuhkan pelembab di wajah.
Seger rasanya habis mandi. Di luar ramai, suara musik ulang tahun mengingatkan aku kepada orang tua. Aku merasa lucu saja kalau mertua ku merayakan hari jadinya.
"Melody, tamu ibu sudah datang, cepat layani mereka. Lelet sekali." ibu tiba-tiba nyelonong masuk ke kamar.
"Ya bu.. " jawabku cepat.
"Cepat dikit, tidak usah dandan."
"Baik bu..."
"Nanti jangan ikut berbaur dengan tamu. Tugasmu cuma sebagai pelayan. Kamu juga tidak boleh mengaku istri Arunakha."
"Baik bu. " ucapku mengikuti langkahnya.
Satu persatu teman dan keluarga ibu datang. Beberapa teman sosialita mertua datang, ada juga teman Belinda dan temannya Diah.
Tidak begitu banyak, ada sekitar tujuh puluh lima orang. Aku dan bibi tidak ikut bergabung, hanya melayaninya saja.
Saat melihat ku, mata Arunakha menatap ku penuh arti. Maklumlah, sekarang badan ku makin padat berisi. Keseluruhan tubuh ku kembali normal dan sexy.
Walau hidup di rumah ini tidak nyaman, ada hal-hal yang membuat hidup ku senang. Misalnya bebas makan minum di pasar tanpa harus dipantau ahli gizi. Bergaul di pasar dengan para pedagang yang rata-rata semangatnya superior.
"Nyonya Melody, kata tuan Arunakha, bajunya diganti. Jangan yang lehernya rendah." bibi membisiki ku.
"Elehh..jangan di urus, aku hanya punya satu daster baru, terus mau diganti pakai apa?"
Kenapa Arunakha selalu mengkritik apa yang aku pakai. Tidak punya kerjaan.
Malam ini aku memakai daster Bali yang kekinian, dengan tali spaghetti di bahu dan dipinggang. Kulit ku yang putih mulus tambah glowing terlihat. Walaupun baju murah, tapi sangat pas di badan.
Selesai melayani para tamu, aku menyelinap pergi. Masih terdengar suara orang-orang yang memuji kecantikanku.
"Aru, boleh juga asisten mu..."
"Asisten mu cantik."
Komentar mereka sangat beragam. Aku masuk ke kamar dan merebahkan tubuh di sofa. Malam ini aku ingin istirahat dengan tenang.
"Nyonya Melody, nyonya Ajeng memanggil..." tubuh ku terasa ada yang menggoyangkan.
"Ada apa bi, rasanya baru tidur."
"Nyonya, ini sudah jam dua belas malam tamu sudah pulang semua. Kita harus bersih-bersih."
"Besok saja bi..."
"Nyonya Ajeng akan marah kalau kita menolak. Sebentar saja nyonya," ucap bibi sambil menguap.
Aku terpaksa bangun dan mencuci muka. Bibi sudah hilang dari kamar. Hujan lagi. Saat mau keluar dari kamar aku papasan dengan Arunakha.
"Kemana, hujan..."
"Aku disini b4bu, jadi kerjaanku antara nyapu, ngepel dan masak." ucapku sinis.
Tiba-tiba Arunakha mendorong tubuh ku ke dalam kamar dan mengunci pintu.
****
sukses selalu ceritamu
tunggu karma mu kalian berdua !!😤