Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berseteru
"Hah! Bagaimana bisa kamu menuduhku mengidap penyakit yang menjijikkan itu?" kecam Zafran marah.
"Aku..."
"Kamu mau keluarkan? Silakan." Sekali tekan remote kontrol, daun pintu pun terkuak. Kayesa tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia pun bergegas pergi meninggalkan Zafran.
"Aku harus pergi dari kehidupan Zafran," batin Kayesa, terus menyusuri koridor kantor menuju lift, turun ke lantai dasar dengan hati yang sangat dongkol.
Dengan langkah yang dibuat lebar Kayesa menuju parkir, mengambil helm dan memasang di kepala, kemudian naik ke atas motor, menghidupkan motor dan meluncur ke jalan raya.
Sepanjang jalan, pikiran Kayesa tidak tenang. Terus saja kepikiran Kiano putranya, hingga dia tidak kosentrasi mengendarai motor.
Sreett... Hampir saja Kayesa menyerempet seseorang yang tiba-tiba keluar dari tekungan.
"Hay. Bisa pakai motor nggak!" teriak supir motor itu.
Kayesa tidak memperdulikan teriakan pengendara motor itu. Dia malah semakin laju memacu motornya.
"Persetan apa katamu," batin Kayesa menaikkan gas, motornya pun melaju, menyalip beberapa pengendara lain.
Beberapa pengguna jalan hanya menggeleng, melihat kegilaan Kayesa. Jarak tempuh yang biasa butuh tiga puluh menit, kini hanya butuh dua puluh menit.
Kayesa membelokkan motornya memasuki gang. Begitu sampai di depan rumah kontrakan, dia kaget saat melihat tulisan yang tertempel di depan pintu rumah kontrakkan. Bahwa rumah itu dikontrakkan lagi. Itu artinya rumah tersebut sudah kosong.
"Kok bisa, jatuh tempo bayar kontrakan dua hari lagi?" batin Kayesa panik.
Kayesa mengambil ponsel di dalam tas, menggulir layarnya dan menelepon nomor kontak Maeka. Namun, panggilan teleponnya terhubungan sebentar dan langsung mati.
"Kenapa ponsel Maeka mati. Maeka kamu di mana?" gumam Kayesa, menelponnya berulang kali tanpa hasil. Kayesa mulai khawatir dan cemas.
"Ya Tuhan, ke mana Maeka membawa Kiano? Kenapa dia tidak memberitahu aku?" tambahnya lagi.
Sementara itu, Kayesa masih mencoba menelepon Maeka, turun dari motor, mondar-mandir sambil meletakkan ponsel di telinga. Tapi tidak satupun panggilan diangkat kalau terdengar nada dering.
Setengah berputus asa, Kayesa menyesap keringat yang mulai bergulir di dahinya. Lalu dia meraup habis wajah dengan kedua tangan, Kayesa menarik nafas panjang, dan menelan salivanya untuk membasahi tenggorokan.
Kayesa memindai ke kiri dan ke kanan, diharap Maeka muncul atau paling tidak, ada orang yang dikenalnya sekedar untuk bertanya. Namun harapannya tak terkabul.
Hampir tiga puluh menit, Kayesa berdiri di samping gang, mencoba dan mencoba menghubungi Maeka. Namun tetap saja gagal.
"Maeka di mana kamu." dengan kesal digesernya lagi gagang telepon berwarna hijau itu, memanggil nomor kontak Maeka untuk kesepuluh kalinya.
"Ya Tuhan. Kemana Maeka membawa putraku," batin Kayesa, kembali mengudap peluh di dahi.
"Kiano, kamu di mana, nak?" Airmata Kayesa menetes bergulir di pipinya. Dia hampir putus asa, hingga tetesan air mata berubah menjadi isakan.
"Aku harus ke mana. Ya Tuhan," lagi-lagi Kayesa meraup habis wajah dengan kedua tangannya.
"Iyan!"
Kayesa mengingat nama driver ojek online yang kemaren membantunya mencari rumah kontrakan. Kayesa menggulir layar ponsel, mencari nomor Iyan.
Dreet…Dreet...Dreet... Belum sempat Kayesa menelepon Iyan. Suara getaran ponsel terdengar. Dia segera menatap layar ponsel dan berharap Maeka yang menghubunginya. Namun, ternyata itu panggilan dari Zafran.
"Zafran," batin Kayesa.
Kayesa hanya menatap layar ponselnya, tanpa ada keinginan menerima panggil dari Zafran.
Panggilan kedua dari Zafran masuk lagi, kali ini Kayesa langsung mereject panggilan Zafran. Beberapa menit kemudian, Zafran kembali menghubunginya.
"Ada sich maunya laki-laki itu," batin Ksyesa, dia kembali menolak panggilan itu, Lalu Kayesa memblokir nomor kontak Zafran.
"Sekarang aku harus kemana?" Kayesa bertanya pada dirinya sendiri, sambil *******-***** rambutnya, dengan airmata di mata masih terus bergulir.
"Sialan, ini semua ulah laki-laki itu. Dasar psikopat," makinya sambil memasukkan ponsel ke dalam tas.
Kayesa kembali menaiki motornya dan meluncur ke jalan raya, menuju kantor Zafran. Dua puluh menit kemudian, Kayesa sudah berada di lantai tiga kantor Zafran.
"Kamu ditunggu Tuan Zafran di ruangannya," ucap Ruhi saat Kayesa melewati ruangannya.
Kayesa mengetuk pintu ruangan CEO dan mengumpulkan semua makian dan amarahnya untuk ditumpahkan.
"Hay! Kamu dari mana? Jam kerja malah keluyuran," ucap Alena sinis saat melihat Kayesa.
"Bukan urusanmu," tolak Kayesa tangan kiri Alena agar dia menjauh dan tidak menghalangi langkahnya.
Lalu, Alena melayangkan tendangan pada perut Kayesa, tapi dengan sigap Kayesa menangkap kaki Alena. Kayesa menarik tangan Alena ke belakang dan menguncinya hingga Alena tidak berkutik.
"Jika berani macam-macam denganku, aku bisa mematahkan tangannya," ujar Kayesa sambil mendorong Alena hingga terbentur ke dinding.
"Aku tidak takut padamu," teriak Alena.
Teriakan Alena mengundang perhatian para karyawan lain yang keluar dari ruangan mereka dan berkumpul mengitari tempat itu.
"Baiklah. Kalau begitu, rasakan ini," ujar Kayesa sambil mempererat pegangan tangannya dan memelintir salah satu tangan Alena.
"Au..Sakiiitt! Lepaskan! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa," teriak Alena.
"Aku tidak takut ancamanmu," balas Kayesa dengan tegas.
Kali ini, Kayesa tidak mau mengalah lagi. Sudah lama dia menahan hati dari tekanan-tekanan Alena.
"Lepaskan! Aku bisa memasukkanmu ke penjara," ucap Alena hampir kehabisan napas karena Kayesa terus saja memepetnya ke dinding.
"Esa! Lepaskan Alena. Ini perintah Tuan Zafran," bisik Ruhi dalam upaya melerai ketegangan.
"Tidak! Aku tak akan melepaskan Sebelum menghajarnya," ucap Kayesa kesal.
"Tuan Zafran menunggumu. Cepatlah masuk! Jangan sampai pikiranmu berubah. Kamu bisa kehilangan anakmu," bisik Ruhi lagi.
"Ahhh. Pergi sana!" ucap Kayesa sambil menolak tubuh Alena dengan kesal, sehingga Alena tersungkur di lantai.
Sambil menepuk-nepuk tangan seperti orang yang membersihkan debu, Kayesa meninggalkan Alena.
"Hay! Mau ke mana? Urusan kita belum selesai," teriak Alena seraya mengejar Kayesa yang kemudian masuk ke ruang Zafran.
"Kamu dilarang masuk ke sini!" teriak Alena sambil menarik tangan Kayesa dan menyeretnya keluar. Kayesa hanya mengikuti langkah Alena tanpa memperdulikan kemana Alena membawanya.
"Sana pergi!" ucap Alena sambil mendorong kasar tubuh Kayesa.
Melihat kelakuan Alena terhadap Kayesa, Zafran hanya menggelengkan kepala. Tidak puas-puasnya Alena memusuhi Kayesa. Zafran meraih kunci mobil dan ponselnya, lalu keluar dari ruangan.
Di luar, Alena masih mencaci maki Kayesa dengan keras. Kali ini, Kayesa hanya diam. Dia tidak mau lagi melayani Alena.
"Ayok kita pergi," ujar Zafran sambil meraih tangan Kayesa.
"Abang! Abang mau ke mana?" teriak Alena sambil meraih tangan Zafran, berusaha menghentikan langkah laki-laki itu.
"Lepas!" ucap Zafran sambil menghempaskan tangannya dengan kasar dan menepis tangan Alena. Lalu, dia pergi meninggalkan Alena yang berdiri mematung.
"Awas saja! Aku akan mengadu ke Tante Asaka," gertak Alena.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.