Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Ada Lagi Hambatan
Ruang Pemulihan.
Kinan mengerjapkan mata, menatap area ruangan. Tubuhnya masih terasa lemas akibat pengaruh obat bius.
Daniel yang senantiasa menemani menoleh kearah Kinan, samar tersenyum melihat Kinan sudah sadar, Sedari Kinan masuk kedalam ruang operasi Daniel menunggu di area tunggu, ketika suster memanggil, kakinya berlari masuk untuk menemui Kinan. kurang lebih 20 menit Kinan berada di ruang operasi. Beberapa jam di ruang pemulihan sampai kondisinya benar-benar sudah membaik.
"Pak? Bu Kinan kita rawat inap besok boleh pulang." Kata suster mengabarkan.
Daniel mengangguk kemudian menatap Kinan lagi. "Udah enakan?"
Dengan mata lelah Kinan mengangguk. "Cuma rasanya linu." Kinan bergerak pelan mulai merasakan tidak nyaman di area vagina.
Daniel segera merapikan selimut pasalnya pergerakan Kinan sedikit menyibak. "Jangan gerak-gerak. tuh selimutnya ke angkat."
"Tante mana?" Kinan enggan membalas, dirinya asik menatap area pemulihan tidak menemukan Tante Vera di sana.
"Ke bunda," Kata Daniel.
Kinan memberi respon anggukan pasalnya untuk kembali memberi pertanyaan rasa sedikit sulit.
Tak lama Kinan di bawa ke ruang inap, Daniel bersama orang rumah yang tadi di utus tante Vera mengikuti sampai masuk kedalam ruangan.
"Bagaimana kamar untuk Tante Tata apa sudah di bersihkan?" Daniel menatap laki-laki di depannya. Mengingatkan besok Tante Tata dan kedua putrinya akan pulang dan sementara tinggal di rumah.
"Sudah Den, kamar untuk Dea dan Tamara juga sudah di rapihkan." sahutnya.
Daniel mengangguk puas. "Barang Kinan apa sudah di turunkan?" Lagi Daniel bertanya.
"Sudah Den, sudah ada di kamar perawatan."
Di saat Daniel sibuk dengan pekerjanya, Sarah celingukan mencari sosok sang kekasih yang entah ada di mana. Ruang ICU nampak sepi tidak ada Daniel di sana. Sarah bingung dimana Daniel.
Tak ingin membuang waktu Sarah mengubungi Daniel. "Angkat dong sayang." Ucap Sarah pelan takut Tante Vera ada di sana.
Tante Vera tengah berada di dalam ruang ICU bersama dengan salah satu pelayan yang tadi di utus, Ada beberapa barang yang harus di bawa pulang di ganti barang baru.
Sarah masih celingukan, sesekali berdecak kesal pasalnya Daniel tak kunjung mengangkat panggilan darinya.
"Kemana sih Daniel, katanya tadi bilang sore dia udah di rumah sakit, ini udah hampir jam 6." Sarah ngedumel, kesal karena Daniel tak tau keberadaannya.
Merasa marah, Sarah menghubungi Daren, entah kenapa otaknya seolah memintanya untuk menghubungi laki-laki tampan lagi angkuh itu.
"Daren?"
"Apa,?" Terdengar Daren menjawab sedikit datar.
"Bisa ke rumah sakit sebentar, aku di rumah sakit, tapi Daniel ga tau ke mana? Aku takut ketahuan Tante Vera,"
Daren menghela napas berat di sebrang sana.
"Kalau aku ada di sana, apa fungsi ku?"
"Kalau ada kamu, aku bisa ada yang belain."
"Ga bisa, aku lagi ada urusan. Oh iya mengenai kemana Daniel, dia sepertinya bersama istri kecilnya, tadi dia bawa istrinya ke rumah sakit."
Sarah mengerutkan kening, Bagaimana bisa Daren tau hal itu. "Kamu tau?"
"Aku tadi ke rumah Daniel, aku menemui istrinya, aku mengatakan banyak hal. Udahlah pokoknya aku tadi ke rumah Daniel, udah ya aku ada urusan."
Tut....Tut...
"Daren, Daren," Sarah mematung bingung setelah mendengar ucapan Daren.
"Anak itu? Berarti Daniel dan istrinya ada rumah sakit," Sesaat Sarah diam tengah berpikir. "IGD, mungkin mereka di sana."
Sarah meluncur ke IGD, tapi suster mengatakan Kinan sudah di bawa ke ruang pemeriksaan kehamilan. Ruang pemeriksaan yang di maksud Sarah datangi. Suster di sana mengatakan Kinan di bawa ke ruang operasi karena harus melakukan kuret pasalnya bayinya tidak berkembang, dengan alasan dirinya adalah kerabat Sarah bisa mendapatkan informasi sebegitu detail.
Entah kenapa kabar buruk itu membuat senyum terukir di wajahnya.
"Jadi, Kinan udah ga hamil? Itu artinya tidak ada alasan Daniel mempertahankan dia lagi," Di ujung ruangan Sarah menghela napas lega, "Tuhan itu adil, dia tidak mau anak itu lahir karena tau Daniel tidak mencintai Kinan, Tidak baik juga bayi itu lahir, Baguslah, aku tidak repot-repot mengotori tangan ku sendiri."