"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 3
Lia tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada kakaknya. "Terima kasih, Kak. Aku janji akan selalu berusaha dan berjuang untuk mencapai cita-citaku. Aku takut aku akan menyesal jika aku tidak mencoba."
Dina menangguk dan mengusap rambut Lia dengan lembut. "Aku percaya padamu, Lia. Kamu bisa melakukannya. Aku akan selalu mendukungmu."
Lia merasa lega mendengar kata-kata Dina. Ia beruntung memiliki kakak yang selalu mendukungnya. Ia pun bertekad untuk menjalani perjalanan baru ini dengan penuh semangat.
Usai berbicara dengan Dina, Lia mencari Silvi yang sedang bermain di halaman belakang. Lia mendekati Silvi dan duduk di sampingnya.
"Sil, kakak mau ngomong sesuatu," kata Lia.
Silvi menoleh ke Lia dengan mata yang penuh keingintahuan. "Apa, Kak?"
Lia menceritakan keputusannya untuk berpindah jurusan ke IPS pada Silvi. Silvi mendengarkan dengan seksama. Saat Lia menjelaskan cita-citanya untuk menjadi wanita karir yang sukses, Silvi menatap Lia dengan mata yang berbinar.
"Kakak keren!" ucap Silvi. "Aku bangga sama Kakak. Aku yakin Kakak bisa mencapai cita-citamu."
Lia tersenyum lebar mendengar kata-kata Silvi. Ia beruntung memiliki adik yang selalu memberikan semangat padanya. Lia bertekad untuk terus berjuang mencapai mimpi-mimpinya dan membuat Silvi bangga padanya.
Lia merasa bahagia karena mendapatkan dukungan dari kakak dan adiknya. Ia tahu bahwa perjalanan baru ini tidak akan mudah, tapi ia yakin bisa melakukannya dengan semangat dan dukungan dari keluarga tercinta.
Malamnya, keluarga Lia duduk bersama di meja makan malam. Mereka berbagi cerita tentang hari yang mereka jalani. Lia menceritakan percakapannya dengan Dina dan Silvi. Ayah dan ibunya menanggapi dengan senyum dan kata-kata yang menenangkan.
"Lia, kami menyayangimu dan kami selalu mendukungmu," kata Ayah. "Pilihlah jalan yang kamu yakini akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan untukmu."
Lia menangguk dan tersenyum lebar. Ia merasa bahagia memiliki keluarga yang selalu menyayanginya dan mendukungnya. Ia bertekad untuk terus berjuang mencapai mimpi-mimpinya dan membuat keluarganya bangga padanya.
Beberapa minggu berlalu, Lia merasa semakin yakin dengan keputusannya untuk berpindah jurusan. Ia telah mencari informasi, menjalin hubungan baik dengan teman-teman baru di jurusan IPS, dan mulai mendalami ilmu bisnis yang menarik minatnya.
Saat istirahat sekolah, Lia beranikan diri mendekati Ibu Susi, guru jurusan IPA yang selalu memberikan bimbingan dan dukungan padanya. Lia mencari kesempatan untuk berbicara empat mata dengan Ibu Susi di ruang guru.
"Bu, saya ingin berbicara sebentar," kata Lia dengan nada yang sedikit gemetar.
Ibu Susi menoleh ke Lia dengan senyum hangat. "Ya, Lia. Silakan duduk."
Lia duduk di kursi berhadapan dengan Ibu Susi. Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri.
"Bu, saya ingin memberitahukan bahwa saya berencana untuk berpindah jurusan ke IPS," kata Lia dengan suara yang agak tersendat.
Ibu Susi menatap Lia dengan sorot mata yang penuh keprihatinan. "Lia, apa kamu sudah memikirkan ini dengan baik? Apakah kamu sudah mencari informasi tentang jurusan IPS dan menimbang semua risikonya?"
Lia menangguk. "Bu, saya sudah memikirkan ini dengan baik. Saya sudah mencari informasi tentang jurusan IPS dan berbicara dengan keluarga saya. Saya yakin bahwa jurusan IPS lebih sesuai dengan minat dan cita-cita saya."
Ibu Susi terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Lia. Ia mengerti perasaan Lia yang ingin mengejar mimpi dan cita-cita yang telah ia tentukan. Ibu Susi pun menilai Lia sebagai siswa yang cerdas dan bertekad kuat.
"Lia, Bu Susi mengerti keputusanmu. Bu Susi menyayangimu dan selalu mendukungmu. Jika kamu yakin dengan keputusanmu, Bu Susi akan menyerahkan sepenuhnya padamu. Namun, jangan lupakan bahwa kamu harus terus berusaha dan berjuang untuk mencapai cita-citamu," kata Ibu Susi dengan nada yang penuh ketenangan.
Lia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Ibu Susi. "Terima kasih, Bu. Saya janji akan terus berusaha dan berjuang untuk mencapai cita-cita saya."
Setelah berbicara dengan Ibu Susi, Lia mencari Pak Anton, guru jurusan IPS yang dikenal dengan sikapnya yang ramah dan mendukung siswa. Lia bertemu Pak Anton di ruang guru dan menjelaskan keinginannya untuk berpindah jurusan.
"Pak, saya ingin meminta izin untuk berpindah jurusan ke IPS," kata Lia dengan suara yang agak gemetar.
Pak Anton menanggapi dengan senyum yang hangat. "Ya, Lia. Silakan duduk. Ada apa ini? Kamu ingin berpindah jurusan?"
Lia menceritakan alasan di balik keputusannya untuk berpindah jurusan.
kyk"Lia menghela nafas dalam-dalam", "Jangan takut, pandu itu sebenarnya baik" kasih kyk cerita lai gt spy pembaca juga menikmatinya tdk hny kalimat itu" sj dr bab 1-5 Lia cerita k keluarganya, tmn" ny bhkn guru" nya di mohon dong jgn terlalu banyak cerita seperti itu! tolong berikan cerita yang lebih menarik lagi!