Seperti artinya, Nur adalah cahaya. Dia adalah pelita untuk keluarganya. Pelita untuk suami dan anaknya.
Seharusnya ...
Namun, Nur di anggap terlalu menyilaukan hingga membuat mereka buta dan tak melihat kebaikannya.
Nur tetaplah Nur, di mana pun dia berada dia akan selalu bersinar, meski di buang oleh orang-orang yang telah di sinarinya.
Ikuti kisah Nur, wanita paruh baya yang di sia-siakan oleh suami dan anak-anaknya.
Di selingkuhi suami dan sahabatnya sudahlah berat, di tambah anak-anaknya yang justru membela mereka, membuat cahaya Nur hampir meredup.
Tapi kemudian dia sadar, akan arti namanya dan perlahan mulai bangkit dan mengembalikan sinarnya.
Apa yang akan Nur lakukan hingga membuat orang-orang yang dulu menyia-nyiakannya akhirnya menyesal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Nur melakukan pemeriksaan untuk bahan bukti visumnya. Angga dan istrinya menemani wanita malang itu.
Saat menunggu, seorang polisi wanita lantas bertanya mengenai kedua orang itu bisa merekam kejadiannya.
Angga pun menceritakan kejadiannya. Saat itu anak bungsunya tengah bermain ponsel di dekat jendela kaca yang mereka gunakanya memang akan terlihat gelap dari depan, mungkin itu yang tak disadari oleh Pak Rw jika ada yang tengah merekamnya.
Kamar anak Angga yang berada di lantai atas dan ruangan cuci pak Rw yang ada di bawah membuatnya bisa merekam jelas kejadian itu.
Anaknya itu sengaja meninggalkan ponselnya yang memang menggunakan tripod untuk meminta bantuan pada ibunya.
Namun saat itu anak mereka tak bisa segera menemukan ibunya, karena istri Angga itu tengah berada di rumah tetangga.
Tak lama keributan di rumah Bu Rw terjadi bertepatan dengan kedatangan Angga yang baru pulang kerja.
Untungnya mereka tak mengikuti Bu Rw dan lebih mendengarkan anak mereka, hingga akhirnya mereka bisa memiliki bukti untuk menjerat pasangan suami istri itu.
Argumen Angga pun dibenarkan oleh tetangga mereka yang melihat kalau keduanya memang berada dengan mereka sebelum akhirnya melihat rekaman itu.
Polisi wanita itu mendengarkan dengan seksama. Para warga lantas menjelaskan segala kejahatan pengayom warga mereka itu yang suka bersikap semena-semena.
Setelah melakukan pemeriksaan, doker menyarankan untuk Nur dirawat sejenak karena kondisinya yang lemah.
Di dalam kantor polisi, Pak Rw dan Bu Rw di sana masih saja memberontak dan mengelak dengan segala tuduhan yang ada, meski bukti itu terlihat jelas.
"Jangan pegang saya! Saya mau panggil pengacara saya dulu. Awas kalian!" pekik Bu Rw.
"DIAM! Kalau ibu tidak mau diam, detik ini juga saya masukan ibu kepenjara!" ancam salah satu petugas yang mulai kesal karena merasa sepasang suami istri itu sangat mengganggu.
Di bentak seperti itu, membuat Yanti terdiam. Nyalinya ciut seketika.
"Tunggu panggilan penyidik, untuk memberikan keterangan. Jangan berbelit-belit, lebih baik mengaku saja kalau tidak mau hukuman kalian akan semakin lama."
.
.
Di kediaman Bety dan Sulton, wanita yang tengah hamil muda itu terduduk dan terlihat masih syok. Semua orang mencemaskan Nur dan tak memedulikannya.
Beruntung salah satu tetangganya yang bernama Ani menyadari dirinya.
"Mbak Ety ngga papa?" tanya Ani khawatir melihat wajah pucat tetangganya.
"Perut aku ... Sakit mbak," jawab Bety lirih.
Semakin panik-lah Ani mendengar jawaban Bety. Dia langsung berteriak meminta tolong pada warga yang untungnya masih berkumpul untuk membantunya.
Dengan mengendarai mobil tetangganya. Bety di bawa kerumah sakit. Selama dalam perjalanan wanita hamil itu selalu merintih kesakitan.
"Hati-hati kena azab mbak Bety, mbak Nur begitukan gara-gara mbak Bety. Maaf-maaf aja nih ya, kita ini bukannya ngga tahu apa yang sudah mbak Bety lakuin sama kakak iparnya. Padahal mbak tahu sendiri perangainya bu Rw itu kaya gimana, eh masih aja nyuruh kakaknya kerja disana. Semua ini awalnya dari mbak Bety, pasti mbak Bety dapat uang dari bu Rw kan?" cibir salah satu warga yang ikut membantu.
"Sudah bu, mbak Ety ini lagi kesakitan, jangan ditambah lagi dong," tegur Ani geram.
Meski dirinya setuju dengan ucapan tetangganya, hanya saja ucapan itu seperti sebuah belati bagi yang mendengarnya.
Bety yang tahu jika dirinya akan menjadi gunjingan para warga, bertambah semakin takut lagi.
Ternyata bukan karena kejadian yang menimpa Nur yang akan memperburuk nama baiknya, ternyata justru warga kompleks perumahannya justru diam-diam telah membicarakannya, padahal Bety sudah beralibi kalau Nur sendiri yang mau bekerja, bukan karena paksaan dirinya.
Makin malulah Bety. Dirinya yang merupakan warga baru akan merasa asing setelah ini karena tak berani menampakan wajahnya.
Dirinya lantas menangis tersedu-sedu. Ani yang memangkunya semakin dibuat panik karena dirinya kira Bety semakin kesakitan.
Padahal yang terjadi, Bety merasa tertekan, bukan karena nyeri di perutnya.
Setelah keadaan Nur cukup stabil, Dokter lantas mengizinkannya pulang, sebab Nur memang menolak untuk di rawat inap.
Nur tak mau merepotkan orang lain, meski Angga mau membantu membiayai pengobatannya.
Dirinya ingin masalahnya segera berakhir dan lekas beristirahat.
Nur, angga dan istrinya beserta polisi wanita tadi segera datang ke kantor kepolisian untuk melakukan kesaksian.
Disana, Pak Rw dan Bu Rw tetap saja mengelak atas kejahatan mereka dan itu wajar, setiap penjahat tak pernah akan mengakui kejahatannya. Namun bukti-lah yang akan membuat mereka bungkam dengan sendirinya.
Setelah Nur memberikan kesaksiannya sebagai korban dan Angga serta istrinya menjadi saksi, mereka bertiga memutuskan untuk pulang ke rumah.
.
.
Sulton yang baru saja pulang terkejut bukan main saat tetangganya memberitahu kalau istrinya di bawa ke rumah sakit.
Apalagi ini, batinnya merutuk.
Tetangganya hanya menjelaskan secara singkat, jika tadi ada keributan yang diakibatkan oleh ketua RW mereka terhadap sang kakak.
Sulton mengernyit heran dan bertanya, kekacauan seperti apa yang disebabkan oleh kakaknya.
"Mbak saya bikin ulah apalagi Bu?" tanya Sulton geram.
"Astaga, ucapanmu Ton! Mbakmu itu justru mau di perkosa sama Pak Rw. Udah gitu digebukin lagi sama Bu Rw, sekarang lagi di bawa ke rumah sakit. Kamu bukannya tanya keadaan kakakmu malah nuduh yang enggak-enggak, sama aja kaya istrimu, kena azab baru tahu rasa kamu Mas Sulton," balas tetangganya ketus.
"Loh kok ibu jadi nyumpahin saya sih!" gerutu Sulton kesal, tapi segera memutar balik kendaraannya.
Dirinya menuju rumah sakit yang paling dekat dengan kompleks perumahannya. Dirinya yakin sang istri pasti di bawa kesana.
Setelah mendengar penjelasan sang istri nanti, dirinya baru akan memikirkan apa yang akan ia lakukan terhadap sang kakak.
Sulton bergegas mencari sang istri di UGD. Menurut penjelasan tetangganya tadi, sang istri kesakitan dan di bawa oleh tetangga mereka yang lain.
Saat melihat salah satu tetangganya, Sulton bergegas mendekati mereka.
"Gimana keadaan istri saya Bu?" tanyanya cemas.
"Kami enggak tahu Mas, mbak Ety lagi di periksa," Ani yang menjawab.
"Sebenarnya ada apa mbak? Kenapa istri saya bisa masuk rumah sakit?"
"Mas Sulton belum lihat hp?" sela ibu-ibu yang lain.
Sulton menggeleng dan segera membuka ponselnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat group wa kompleksnya menayangkan video sang kakak hendak di lecehkan.
Terlebih lagi ada video lainnya yang menampakan bagaimana sang kakak ditindas.
Sulton menelan salivanya dengan kasar. Apalagi ada video dimana sang istri terlihat diam saja tak mau membela sang kakak.
"Keluarga Nyonya Bety?" ucap seorang Dokter saat keluar dari ruang pemeriksaan.
"Saya suaminya Dok."
"Maaf mas, kami tidak bisa menyelamatkan janin yang ibu Bety kandung. Sekarang kita harus langsung melakukan kuretase. Tolong ke bagian administrasi ya," jelas sang Dokter yang langsung membuat Sulton terduduk lemas.
.
.
.
Lanjut