Else, gadis yatim piatu yang mendapatkan pelecehan dan berusaha membela diri yang membuatnya harus mendekam di penjara.
Namun, Else mendapatkan penawaran jika ingin bebas dari tuntutan dan dihapus semua catatan hukumnya.
Else harus bersedia menjadi istri palsu dari anak tertua keluarga Duke.
Apakah Else akan menerima tawaran itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bendera Perang!
Tidak! Tidak!
Else berteriak dalam hatinya karena belum siap, dia harus mencari alasan untuk menolak lelaki yang mengukungnya sekarang.
"Sayang, aku belum mandi dan badanku bau keringat apalagi aku baru saja bangun tidur," ucap Else memberi alasan.
Hugo mengerutkan keningnya. "Jadi, kau sudah berani menolakku?"
"Bukan begitu..." Else bingung dan mencoba mencari alasan lain.
"Sebelumnya kau memanggilku Kara jadi..."
Hugo mencoba mengingat lagi dalam keadaan setengah sadarnya.
"Kau sangat berbeda dengannya," ungkap Hugo.
"Apa yang membuat berbeda? Dan..." Else merasa mempunyai kesempatan untuk bertanya lebih jauh.
"Bagaimana perasaanmu pada Kara sekarang?"
Perlahan Hugo melepas Else dari kungkungannya, cepat-cepat Else langsung menutup tubuhnya menggunakan selimut.
Hugo membaringkan diri seraya menatap langit-langit kamarnya.
"Aku dan Kara tumbuh bersama karena keluarga Duke berteman baik dengan keluarga Kara, kami sekolah bersama dan tidak terpisahkan. Saat aku menyadari mulai menyukai Kara, dia justru memutuskan untuk pindah ke luar negeri," jelas Hugo.
Aku akan meraih mimpiku menjadi balerina terkenal, kau harus menungguku Hugo
Kala itu Kara berbicara seperti itu dan dengan bodohnya Hugo menyanggupi.
Ternyata waktu terus berlalu sampai usia mereka sudah memasuki kepala tiga, Kara tak juga memberi kepastian.
Hugo mencoba mencari wanita lain selama ini tapi tidak ada yang cocok baginya. Semua terasa membosankan dari awal.
"Ternyata hal yang paling menyedihkan di dunia ini adalah menunggu," lanjut Hugo.
Lelaki itu perlahan menutup matanya dan tertidur.
Else mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Hugo tapi lelaki itu tidak memberi respon apapun.
Malam ini Else selamat dari serangan maut sang suami palsu.
*
*
Hugo mengalami hangover saat bangun tidur karena sudah mabuk semalam.
Kepalanya pusing luar biasa, untung saja dia mengambil cuti beberapa hari pasca pesta pernikahan.
"Sayang..."
Else masuk ke kamar dengan membawa minuman dan sup untuk pereda mabuk.
"Makanlah ini!"
Ketika melihat perempuan itu, Hugo melihat kepingan ingatan semalam. Dia sepertinya sudah mengatakan sesuatu tentang Kara pada Else.
Untuk memastikan ingatan itu, Hugo akan bertanya supaya semuanya lebih jelas.
"Apa semalam aku mengatakan sesuatu yang tidak berguna?" tanya Hugo.
"Sesuatu yang tidak berguna?" Else mengulang pertanyaan lelaki itu. "Maksudnya tentang Kara?"
Sudah Hugo duga kalau Else mengetahui tentang hubungannya dengan Kara.
"Status kita hanyalah suami dan istri palsu jadi aku tidak akan mencampuri urusan pribadimu sayang tapi..."
Else ingin mengungkapkan rasa tidak sukanya pada Kara. "Aku tidak mau direndahkan hanya karena aku wanita dari kalangan bawah!"
"Apa Kara melakukan itu padamu?" tanya Hugo penuh selidik.
"Tidak," jawab Else dengan cepat. "Aku hanya ingin mengucapkan itu saja!"
Else meraih sup kemudian menyuapi Hugo supaya mereka tidak membahas Kara lebih panjang lagi walaupun sebenarnya banyak yang ingin dia tanyakan. Hanya saja Else belum siap jika tiba-tiba Kara merebut posisinya.
Perempuan itu belum merencakan masa depannya dengan benar.
Hugo menerima suapan dari perempuan itu dan meminum teh madu untuk pereda hangovernya.
"Apa kau ingin mandi setelah ini sayang?" tanya Else.
"Aku akan menyiapkan air hangat!"
"Apa kau juga ingin memandikan aku?" tanya Hugo mulai menggoda.
"Kau hanya mabuk sayang bukan sakit," balas Else menolak.
Hugo tertawa hambar karena Else yang sudah mulai berani. Berbeda sekali saat mereka bertemu dulu.
Rupanya Else adalah tipe perempuan yang tidak mau ditindas.
Biarpun begitu Hugo tidak akan mempermasalahkan perubahan kecil itu.
Hugo akan istirahat sejenak sampai hangovernya hilang.
Sementara di bawah sana, Kara datang untuk berkunjung dan memberikan nyonya Claudia oleh-oleh dari luar negeri.
"Kemarin kita belum bicara banyak karena pesta, ibu," ucap Kara.
Memang perempuan itu sudah terbiasa memanggil nyonya Claudia dengan sebutan ibu.
Nyonya Claudia sebenarnya bingung karena tiba-tiba Kara datang tapi tidak mungkin juga dia mengusir perempuan itu.
"Kenapa tidak bilang kalau mau kemari?" tanya nyonya Claudia.
Bagaimana pun juga Hugo sekarang sudah mempunyai pasangan jadi tidak etis rasanya kalau Kara datang sesuka hati seperti dulu.
"Aku tidak sempat ibu," Kara memberikan oleh-olehnya.
Nyonya Claudia menerimanya dengan canggung.
"Apa kita bisa minum teh bersama?" ajak Kara supaya bisa lebih lama berada di mansion Duke.
Tentu saja tujuan utamanya mencari Hugo.
Semalam dia tidak sempat berbicara banyak karena lelaki itu terus menghindarinya.
"Lebih baik kita minum teh di luar saja," Nyonya Claudia memberi usul.
Bersamaan dengan itu, Else turun ke lantai bawah untuk mengembalikan piring kotor yang dia bawa sebelumnya.
Else mendengar dari para pelayan jika Kara datang ke mansion itu.
"Ibu..." panggil Else yang langsung mencari nyonya Claudia.
"Kenapa ibu membiarkan dia bertamu di sini?" protesnya.
Mendengar itu, Kara merasa tidak suka.
"Memangnya apa hakmu melarang aku untuk tidak kemari?" ketus Kara.
"Ternyata pendidikan dan karir tinggi tidak menjamin attitude seseorang, ya. Sudah jelas sekali kalau Nona adalah teman suami saya lalu suami saya baru saja menikah tapi Anda sudah datang kemari tanpa tahu malu," ucap Else seraya melipat kedua tangannya.
"Aku sebagai istri merasa tersinggung dan terganggu!"
Kara mengibaskan tangannya ke wajahnya sendiri karena merasa panas. "Wah, kau sekarang mau menggurui aku!"
"Aku sudah mengenal Hugo dan keluarganya dari kecil sementara kau adalah orang baru yang hadir di kehidupan Hugo!"
"Tetap saja, aku adalah istrinya!" Else tetap tidak mau kalah.
Kedua perempuan itu saling menatap tajam dan mengibarkan bendera perang.
Nyonya Claudia memijit pelipisnya karena merasa pusing, dia jadi serba salah.
Sampai akhirnya Hugo turun karena ingin mencari Else. Namun, dia justru mendapati perempuan itu sedang adu mulut dengan Kara.
"Apa yang terjadi?" tegur Hugo di sana.
Hugo tidak menyangka kalau Kara akan langsung datang ke mansion keluarga Duke.
"Kenapa kau kemari?"
Kara tidak percaya Hugo bertanya seperti itu. "Kenapa kau bilang? Banyak hal yang harus kita bicarakan!"
"Kalau ingin bicara pada suamiku, aku harus mendengarnya," Else menyela.
Beruntung Hugo ada dipihak sang istri palsu, Hugo merangkul Else di sana yang membuat Kara semakin terbakar api cemburu.
"Aku sedang sibuk apalagi kami ingin berangkat bulan madu," ucap Hugo yang menolak berbicara berdua dengan Kara.
"Apa?" Kara sungguh tidak mengerti.
"Bulan madu adalah istilah yang merujuk pada hari libur yang diambil oleh pasangan pengantin baru untuk merayakan pernikahan mereka. Masih tidak paham?" Else kembali menimpali.
Lagi-lagi Kara harus mengepalkan kedua tangannya karena merasa dibuang oleh Hugo.
Kara tidak akan tinggal diam.
lalu kenapa else sebagai orang luar merasakan manis,apa sekarang else mengandung keturunan duke 🤔 .