Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Almira menatap cermin besar yang ada dihadapannya. Seluruh tubuh ini, badan ini begitu mungil. Wajahnya sangat tirus dan Almira begitu prihatin dengan tubuh ini. Sepertinya benar-benar tidak diurus dengan baik. Bahkan mungkin kekurangan makan.
"Baiklah mulai hari ini namaku bukan Almira tapi Laura. Laura aku akan membalaskan setiap sakit yang telah mereka lakukan padamu. Meskipun kita tidak ada hubungan apa-apa, tapi aku tidak suka dengan perundungan jadi kamu tenang-tenang saja di sana ya biar aku yang mengurus segalanya"
Cklek ruangan inap Laura terbuka. Laura segera mencuci wajahnya dan keluar dari kamar mandi. Laura tersenyum pada orang yang masuk ke dalam ruangannya. Pura-pura ramah tidak apa-apa kan.
"Nona kamu sudah sembuh, Bibi begitu khawatir dengan keadaanmu. Kamu sudah beberapa hari koma, maaf ya Bibi tidak bisa menemani kamu"
Laura lagi-lagi hanya tersenyum, lalu melepaskan pelukan yang begitu erat ini. Sungguh sangat menyesakan sekali.
"Hari ini Nona boleh pulang, ayo Bibi bantu beres-beres ya"
Lagi-lagi Laura hanya tersenyum dan duduk menunggu Bibi untuk membereskan semua barangnya. Tidak banyak, hanya beberapa pakaian saja. Laura juga sudah berganti pakaian hari ini hari pertama Almira akan menggantikan Laura di rumah itu. Ingat namanya bukan Almira lagi, tapi Laura identitas baru tubuh baru.
...----------------...
Saat sampai di pekarangan rumah Laura tersenyum kecil, ternyata yang mempunyai tubuh ini rumahnya bagus juga. Halaman luas dan memiliki beberapa mobil. Laura segera turun bersama Bibi.
Baru juga masuk Laura sudah di sambut dengan keluarga itu yang sedang tertawa bahagia. Jadi seperti ini keluarga yang ringan tangan pada anak perempuannya. Ada anak, Ibu, Ayah keluarga yang harmonis.
"Eh Laura udah pulang apa kabar Laura Kakakku sayang. Aku begitu merindukan kamu "tak lupa sambil meremas pundak Laura.
Laura langsung menepis tangan itu "Sakit tidak usah sambil meremas pundakku, jika ingin menyapa menyapa saja" bentak Laura.
"Mama lihat Laura membentak aku. Ayah Ayah lihat dia juga sekarang bisa marah. Aku benar-benar takut dengan Laura yang sekarang. Biasannya Kakak Laura selalu baik dengan aku, tapi sekarang sangat berbeda"
Anak perempuan itu berlari ke arah Mamanya dan berdiri di belakangnya. Laura mengangkat satu alisnya dan menatap sinis pada mereka.
"Laura kamu tidak boleh seperti itu pada Anya, dia kan menyapa kamu yang baru pulang dari rumah sakit. Untung saja kamu masih selamat kan" nasihat wanita paruh baya.
"Memangnya mau Tante apa ? Saya tidak selamat begitu" tanya Laura langsung pada intinya saja. Sepertinya menyenangkan langsung membuat mereka bertengkar.
"Iya bukan begitu, aku hanya mengatakan untung saja kamu masih selamat kan, hanya itu apa yang salah dengan kata-kataku Laura. Aku ini Ibu kamu tak seharusnya kamu memanggil aku Tante. Selama ini aku yang mengurus kamu nak " wajahnya dibuat sedih, padahal dalam hati kesal pada Laura yang ada dihadapannya berani sekali dia.
"Kamu mengharapkan saya mati" teriak Laura yang tiba-tiba saja kesal karena melihat wajah-wajah mereka yang begitu tenang "Seharusnya orang tua menyambut anaknya yang baru pulang dari rumah sakit. Kalian tidak menjemput aku malah tertawa disini seperti tak ada yang perlu di khawatirkan "
"Laura berani sekali kamu berteriak pada istri Ayah. Kamu pulang dari rumah sakit bukannya berfikir akan menjadi anak baik malah makin menjadi-jadi saja" sekarang Ayahnya yang berbicara.
Tatapan Laura berpindah pada laki-laki paruh baya yang ada dihadapannya "Memangnya saya harus berbicara seperti apa Tuan. Apakah saya harus bicara dengan baik-baik saja pada orang yang mengharapkan saya mati"
"Apakah pulang dari rumah sakit kepalamu ini makin parah Laura. Apakah benturan itu membuat kamu menjadi anak kurang ajar seperti ini. Tak ada yang mengharapkan kamu mati. Mamamu juga berbicara dengan baik"
"Sayangnya saya baik-baik saja, saya tidak terluka lagi. Tapi luka batin dan luka fisik yang anda lakukan pada saya sangat membekas. Seharusnya anda menjemput saya, saya ini sebenarnya anak anda atau bukan"
"Diajari siapa kamu berani membantah Ayahmu sendiri"
"Tidak ada yang mengajari saya. Sudahlah saya muak dengan perdebatan yang tidak penting ini, saya mau istirahat. Saya ingin pulih kembali dan bisa melawan kalian lebih dari ini "
Laura segera berjalan mengikuti Bibi, tapi tangannya ditahan oleh Ayahnya. Mau tidak mau Laura berhadapan lagi dengannya.
"Kurang ajar kamu"
Saat tangan itu akan melayang untuk menampar pipinya Laura tentu saja menahannya. Laura tidak mau sampai tubuh ini kembali dilukai sudah cukup semuanya.
Laura tidak melepaskan tangan itu, Laura mencengkeramnya dengan kuat sampai-sampai Ayahnya meringis. Dengan kekuatan penuh Laura menghempaskannya sampai-sampai terdorong ke belakang.
"Apakah seperti ini penyambutan anda Tuan pada anak sendiri. Apakah selama ini saya tidak diharapkan, kalau iya kenapa anda tidak membuang saya saja sejak lahir. Lebih baik saya tidak memiliki orang tua daripada memiliki orang tua tapi tidak peduli pada saya"
"Laura kamu sudah keterlaluan, kamu memang perlu dihajar kembali " teriak Ayahnya yang makin naik pitam.
"Kenapa harus selalu dengan pukulan. Saya hanya perlu pelukan seorang Ayah saat ada masalah, saat sedang sakit saya ingin di perhatian bukan sebuah pukulan yang saya harapkan" mata Laura sudah berkaca-kaca menahan tangisnya.
Laura segera melangkah pergi kembali mengikuti Bibi saat tak ada jawaban dari Ayahnya. Sedangkan Ayahnya hanya bisa menggerutu dan menahan amarahnya. Bukannya merasa bersalah dengan tingkahnya.
Malah memikirkan biaya rumah sakit, kalau dirinya kembali melukai Laura maka uang lagi yang harus keluar. Hatinya tidak tergerak dengan kata-kata yang dilontarkan Laura tadi, hatinya sudah terlalu keras.
"Ayah kenapa kamu diam saja, anak itu sudah keterlaluan sekali. Lihatlah mulutnya harus segera dihajar " Mawar malah mengompor-ngompori suaminya dia memang biang kerok.
"Sudahlah dia baru pulang dari rumah sakit. Aku juga banyak pekerjaan tidak mungkin kan aku terus menghajarnya. Kalau begitu dia akan cepat-cepat mati"
"Tapi itu bagus kan, dia itu membuat masalah terus. Belum lagi biaya kerumah sakit, lalu berobat orang-orang yang dia sakiti yang ada kita malah akan jatuh miskin. Belum lagi ngunjingan orang-orang tentang kamu yang memiliki anak yang berakhlak jelek "
"Sudah sudah sayang cukup ya, aku harus bekerja. Ayo kita sarapan kembali dan Anya juga harus sekolah kan"
"Iya Ayah benar, aku juga harus sekolah. Aku harus belajar, aku harus pintar, aku tidak mau seperti Laura" Anya memeluk tangan Ayahnya dengan manja.
Anya sebenarnya adalah saudara tiri Laura. Jadi saat Mawar menikah dengan Damian mereka sama-sama membawa satu anak, tapi di sini Damian begitu menyayangi Anya daripada Laura. Sebenarnya ada lagi satu anak dari pernikahan mereka Andi.
"Kamu harus bisa membanggakan Ayah ya Anya, nanti juga yang memimpin perusahaan kamu dan juga Andi. Ayah benar-benar tidak bisa menggantungkan semuanya pada Laura. Dia benar-benar anak yang tidak bisa diandalkan. Dia tidak disiplin selalu melawan, belajar juga susah benar-bena membuat Ayah pusing"
"Tenang saja Ayah, Anya pasti akan terus mempunyai nilai yang bagus dan Anya akan membuat perusahaan Ayah lebih besar lagi"
Mereka bertiga langsung berpelukan, mereka begitu bahagia dengan kehidupannya ini. Tapi itu tak akan bertahan lama.
Semoga aja cerita ini g seperti itu yg beda dong thor yg jahat y dihempaskan
Semangat terus dlm berkarya semoga makin maju