NovelToon NovelToon
Klub Film Ini Bermasalah!

Klub Film Ini Bermasalah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agus S

Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapat Besar

Sesuai yang dirundingkan sebelumnya. Klub film dan klub penggemar film membahas rencana untuk melakukan syuting dalam waktu dekat. Karena ruang klub terasa sesak untuk menampung banyak orang. Klub film merencanakan pertemuan di ruang kelas lantai satu seusai pulang sekolah.

Dengan cepat ruang kelas disusun untuk keperluan pertemuan antara kedua klub. Dika sebagai sutradara dan Mona sebagai penulis skenario duduk di depan papan tulis untuk memimpin diskusi karena mereka yang mempunyai peran penting dalam pengembangan film pendek.

Tio sebagai Editing sekaligus Ketua Klub Film. Disebelahnya ada Widia sebagai Ketua Klub Penggemar Film berada disudut kanan. Diikuti oleh Nuri sebagai tata rias di sebelah Widia.

Juan sebagai Boom Operator dan Delly sebagai aktris dari pemeran utama berada disudut kiri. Disusul oleh kursi untuk Dono sebagai orang yang mendesain karakter serta poster. Awalnya Dono ingin bergabung dalam rapat tersebut. Namun, jadwalnya terbentur dengan kegiatan klubnya. Walau begitu, kedua klub tetap menambahkan kursi untuknya sebagai formalitas dari rapat tersebut.

Kemudian di sudut ruangan ada beberapa orang tambahan dari klub penggemar film yang ingin melihat diskusi kedua klub. Mereka dari mereka direncanakan sebagai pemeran figuran.

Setelah semuanya sudah berkumpul. Tio sebagai Ketua Klub Film membuka rapat tersebut untuk saling memperkenalkan diri. Di tengah-tengah pertengahan, Mona berdiri dan memberikan beberapa salinan skenario untuk diberikan kepada beberapa orang.

Ketika perkenalan, Dika langsung mengambil alih pembicaraan dalam rapat. Dika mengambil spidol papan tulis dan memberikan jadwal syuting yang direncanakan dalam waktu kurang dari seminggu.

"Kita akan mulai melakukan syuting dari tanggal dua puluh dua sampai dua puluh tujuh di bulan juli ini," ungkap Dika dengan suara yang lantang, "Apakah ada yang keberatan dengan jadwal ini? Tolong bicarakan saja. Tidak usah malu-malu. Tentu saja, sebisa mungkin kita akan memanfaatkan jam istirahat sekolah."

Semua orang di ruang kelas saling memandang satu sama lain untuk mencari orang yang ingin menyampaikan keluhan akan permintaan Dika. Merasa semua orang hening dalam waktu yang cukup lama. Dika mengangguk dan mengambil kesimpulan kalau semua orang setuju dengan rencananya.

Belum saja Dika melanjutkan pembicaraannya. Juan mengangkat tangannya dengan tinggi untuk menyampaikan permintaannya.

"Gue gak punya alat yang lebih bagus untuk merekam suara seperti dalam properti film," celetuk Juan.

"Boom mic?" balas Widia sambil melirik ke arah Juan.

"Iya. Walau Dika udah memuji gue dan mempercayai posisi ini. Tetap aja, rasanya kurang jika menggunakan ponsel untuk merekam suara," balas Juan.

Perkataan Juan memang ada benarnya. Dika menjelaskan kalau dia akan mendapatkan boom bic sebelum syuting dimulai. Dia mengaku mempunyai alat itu, walau dia harus kembali pergi ke pulau utama.

Juan berterima kasih atas dedikasinya Dika demi dirinya. Juan mengaku akan memberikan hasil yang terbaik karena dedikasi Dika.

"Oke. Sebelum masuk ke sesi berikutnya. Tolong berikan keluhan lagi agar kita bisa segera masuk ke sesi paling penting dalam rapat ini," pinta Dika sambil melirik ke semua orang.

Kemudian seorang gadis dengan rambut pirang panjang mengangkat tangannya. Dengan wajah yang mirip orang luar negeri. Dia ingin bertanya terkait skenario yang ditulis. Gadis itu bernama Delly Santana.

"Silahkan," ucap Dika ke arah Delly.

"Siapa yang menulis skenario ini, ya?" tanya Delly, "Aku hanya penasaran saja."

"Ah, itu aku," balas Mona sambil menjawabnya dengan singkat.

Delly agak penasaran alasan mengenai pemeran utamanya mengenai pakaian renang sekolah dan tidak menggunakan seragam putih yang mudah membuatnya tembus pandang karena air jika adegan itu berdasarkan untuk fanservice semata.

Mona mengaku agak bingung jika diminta menjelaskan motif dari pemeran utamanya. Sebab adegan itu terjadi pada saat jam sekolah dan dia bolos dari pelajaran sekolah demi menenangkan diri.

Dika menambahkan jarak gedung sekolah dengan gedung olahraga sangat jauh. Apalagi dia pernah beberapa kali melihat orang yang membolos pelajaran demi berenang di kolam sekolah karena sekarang sedang musim kemarau. Dika merasa adegan itu terasa cocok untuk mereka yang ingin menyendiri.

Mendengar perkataan Dika yang masuk akal membuat Delly mengangguk pelan. Dia meminta maaf karena menanyakan pertanyaan aneh. Dia berpikir kalau adegan kolam renang itu hanya untuk fanservice semata. Delly mengaku malu jika kulitnya terlalu diekspos di dalam kamera. Semua terjadi karena berat badannya yang naik di bulan lalu.

Widia mengangguk dan setuju dengan perkataan Delly. Widia mengatakan kalau semua gadis pasti malu jika berat badannya naik saat sedang mengenakan pakaian renang.

Dika kembali mengajukan sesi untuk menyampaikan keberatan mengenai rencana syuting dan skenarionya. Merasa tidak akan adanya pertanyaan. Dika langsung membuka sesi reading.

Reading adalah kegiatan semacam gladi resik untuk mempersiapkan talent membaca serta mengenali karakternya sebelum masuk masa produksi film.

"Apakah aku perlu berdiri dan memperagakan adegannya atau duduk saja di tempat?" tanya Delly.

"Untuk sekarang duduk saja dulu. Lagipula sekarang sudah sore. Aku tidak ingin membuat kegiatan reading ini akan menyita waktu kalian semua disini," jelas Dika.

"Eh, apakah ini hanya sesi awal saja?" potong Delly, "Maksudku. Kamu ingin mengetahui kemampuan aktingku, ya?"

Dika mengangguk, "Apakah sabtu ini kamu sibuk?"

"Tidak juga. Kenapa memangnya?"

"Kita akan melakukan reading lagi di ruang klub. Nanti yang datang hanya kru penting saja, ya."

"Jika aku gagal disini?"

"Tentu saja aku akan memilih orang baru. Jujur saja, aku minta maaf karena kemarin tidak bisa menyaksikan langsung aktingmu," lanjut Dika sambil menghembuskan napas berat, "Intinya coba baca adegan pertama. Aku ingin lihat aktingmu berdasarkan pengaturan suara terlebih dahulu agar nanti tidak membebani kru Boom Operator dan Editing."

"Baiklah kalau begitu...."

Belum saja Delly membacanya, Dika langsung menghentikan Delly. Dika menjabarkan kalau pemeran utamanya adalah seorang gadis yang depresi dan ingin bunuh diri.

Ada anggukan kecil di wajah Delly setelah mendengar penjelasan Dika. Kemudian dia hanya menghela napas panjang. Delly mulai membaca adegan pertama dalam skenario yang ditulis oleh Mona.

"Ini adalah kisah tentang seorang gadis yang sudah kehilangan harapan hidupnya."

Dika terdiam mendengar dialog yang diucapkan oleh Delly. Entah kenapa suara yang diucapkan oleh Delly terdengar lebih ceria dibandingkan pemikiran Dika.

"Tunggu-tunggu, itu terdengar agak ceria, ya?" tanya Dika sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Benarkah?" sela Delly sambil melihat Dika, "Maaf, bisa dijabarkan lebih rinci? Sebab aku masih sulit memahami karakternya."

Dika terdiam sesaat. Dia sedang memikirkan suara yang pas untuk Delly gunakan pada pemeran utamanya. Diluar dugaan, Mona menyarankan pada Delly untuk menggunakan suara berat.

"Suara berat, ya?" timpal Dika, "Boleh juga saranmu, Mona. Kalau gitu, coba Delly lakukan sekali lagi."

Ada suara tertawaan kecil dari arah Mona yang terlihat bangga. Dika berbisik dan berterima kasih pada Mona atas sarannya tadi. Mona hanya menjawab kalau dia sering sekali menonton vtuber sambil mengetik naskah novel dan mendengar banyak jenis suara.

Dengan aba-aba yang diberikan. Delly kembali mengucapkan dialog pertama pada adegan pertama dalam skenario yang ditulis oleh Mona. Sesuai dugaan Mona, suara berat yang suram milik Delly sudah cocok untuk mengisi karakter pemeran utama dalam film pendeknya.

"Cut! Itu bagus. Pertahankan itu Delly untuk sesi reading sabtu ini!" seru Dika.

Beberapa orang langsung bertepuk tangan mendengar perkataan Dika dan memuji kemampuan Delly untuk memahami karakternya. Memandangi semua orang, Dika hanya bisa menghembuskan napas panjang. Dia membayangkan filmnya akan selesai tepat waktu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!