NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar (Aisha)

Di Balik Cadar (Aisha)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:18.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

“Addunya kulluhaa mata', wa khoyru mata’uddunya al mar’atushshalehah”

“Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalihah."

Kelanjutan cerita di Balik Cadar Aisha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Plester

Ammar yang awalnya kaget, tampak tertawa terbahak-bahak ketika mengetahui jika Meisya menjadi korban pengeroyokan massa melalui pemberitaan di televisi.

Dia terus mencoba menahan tawanya membayangkan jika teman barunya itu pasti babak belur setelah menjadi sasaran kemarahan para buruh di perusahaan tempatnya bekerja

Dia lantas berinisiatif untuk menengoknya dengan datang langsung ke Rumah Sakit. Ammar akan berpura-pura bersimpati atas apa yang terjadi padanya, karena biar bagaimanapun dirinya harus terus menjalin hubungan baik dengan Meisya, sebab hanya lewat dari Meisya sajalah Ammar bisa memperoleh informasi mengenai Lela dan suaminya.

Setelah memarkirkan kendaraannya, Ammar bergegas masuk ke dalam Rumah Sakit, dia langsung menuju kamar Meisya setelah menanyakannya ke bagian informasi dengan membawa aneka macam buah-buahan berbentuk parcel.

Ammar berjalan dengan santainya, hingga tiba-tiba dia dibuat tertegun ketika melihat seseorang yang dikenalnya.

Alvian. Mantan adik iparnya tampak sedang berbicara dengan dua orang perawat sambil melihat map yang dipegangnya.

Ammar langsung teringat jika Alvian yang menjebloskannya ke penjara, dia bahkan ingat jika Alvian sampai menyewa pengacara untuk memastikan jika dirinya harus dibui. Mengingat itu, membuat Ammar geram dan marah. Dia terus menatap Alvian dengan penuh kebencian. Seandainya saja Alvian dan istrinya waktu itu tidak ikut campur urusan rumah tangganya maka belum tentu dirinya harus meringkuk di balik jeruji besi.

Ammar yang terus memperhatikan Alvian, dibuat kaget ketika melihat dua orang wanita bercadar berjalan menghampiri mantan adik iparnya itu. Setelah diperhatikan, Ammar yakin jika salah satu dari mereka adalah Lela mantan istrinya.

Ammar langsung tersenyum, merasa jika nasib baik sedang berpihak padanya. Tak perlu susah-susah memikirkan cara untuk menemui mantan istrinya, keberuntungannya malah membawa Lela langsung ke hadapannya.

Niatnya untuk menjenguk Meisya dia tunda. Ammar tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Dia akan mencari cara untuk menemui mantan istrinya.

Hanya dengan menampakkan wajahnya saja Ammar yakin jika itu akan langsung memporak-porandakan kejiwaan Lela, membayangkan jika mantan istrinya itu akan langsung ketakutan dan bahkan menangis histeris.

Sementara itu.

"Kami hanya tinggal menunggu obat. Perawat sedang mengambilkannya." Aisha melihat suaminya.

"Kalau begitu duduklah dulu," ucap Alvian sambil menggiring istrinya untuk duduk di bangku.

Lela membantu adiknya untuk duduk.

"Apa kata Dokter?" tanya Alvian menanyakan hasil konsultasi Lela dengan psikiater.

"Dokter kembali menjadwalkan konsultasi seminggu sekali," jawab Aisha dengan ragu sambil melihat kakaknya.

Alvian langsung terdiam. Jawaban Aisha sudah cukup menjelaskan jika kondisi kakak iparnya tidak cukup baik setelah sedikit lagi hampir akan sembuh total.

"Tidak apa-apa kan kak? Demi menghilangkan mimpi buruk dan insomnia kakak kita harus berkonsultasi seminggu sekali, " tanya Aisha tersenyum sambil melihat kakaknya.

Lela ikut tersenyum. "Iya dik. Tentu saja tidak apa-apa."

"Oh iya. Terima kasih sudah menemani kakak kesini di tengah perutmu yang sudah semakin membesar." Lela mengelus perut adiknya.

"Tidak apa-apa. Dokter Anita malah menyarankan aku untuk banyak bergerak, itu bagus untuk memperlancar persalinanku nanti."

"Iya. Tapi tetap harus hati-hati ya sayang." Alvian mengelus lalu menciumi perut istrinya. Semuanya lalu tersenyum. Mereka kembali bercengkrama sembari sesekali diselingi dengan tawa.

Ammar yang diam-diam memperhatikan dari kejauhan tersenyum sinis. Dia yang terus memperhatikan Lela, merasa kesal dan marah melihat mantan istrinya itu tampak sangat bahagia, tak selayaknya seperti orang yang terkena gangguan mental.

"Aisha. Kakak mau ke toilet dulu ya," ucap Lela sambil berbisik pada adiknya.

"Iya kak. Aku tunggu disini ya."

Lela mengangguk sambil berdiri. Dia lalu berjalan menuju toilet setelah Alvian memberitahu tempatnya.

Ammar merasa jika inilah kesempatan baginya menemui Lela, diam-diam dia mengikutinya di belakang.

Ammar menyandarkan tubuhnya pada dinding, senyumnya seringai sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dia sedang menunggu Lela keluar dari toilet.

Ammar tampak sudah tak sabar, dia sudah membayangkan bagaimana wajah Lela nanti jika melihatnya.

Tiba-tiba dia dikagetkan oleh seseorang yang menarik kerah bajunya dengan kasar, menariknya dengan cepat untuk memasuki toilet pria yang ada di depannya.

Setelah berada di dalam toilet kosong itu, Zayn menarik kerah baju Ammar dengan semakin kencang sambil mendorongnya ke dinding.

"Ammar. 25 tahun. Duda. Tinggi badan 170, berat badan 63, Anak tunggal, golongan darah 0. Pendidikan S1 Kairo Mesir, S2 gagal di tengah jalan. Residivis kasus penganiayaan pada perempuan." Zayn tersenyum sinis.

Ammar yang masih kaget mencoba melepaskan jeratan tangan Zayn.

"Lepaskan aku!"

Zayn malah semakin menarik dengan kencang kerah baju Ammar.

"Si-Siapa kamu?" tanya Ammar keheranan.

"Sebelum mengajak berperang, harusnya kamu mencari tahu siapa lawanmu."

Ammar menatap wajah Zayn.

"Apa kamu suami Lela?"

Zayn tersenyum sinis.

"Jangan pernah berpikir untuk mengganggu istriku. Karena aku tak akan pernah membiarkannya."

Ammar yang kini sudah tahu lelaki di hadapannya menepis tangan Zayn dengan kuat sambil mendorongnya. Hingga akhirnya bajunya terlepas dari cengkeraman tangannya.

Ammar tertawa. Dia menatap wajah Zayn dengan tajam.

"Luar biasa, kamu sungguh pemberani." Ammar bertepuk tangan.

Zayn menghampiri Ammar.

"Jangan pernah sekalipun berpikir untuk mengganggu istriku atau kamu akan berurusan denganku."

"Ini peringatan pertama dariku. Jangan sampai aku memberimu peringatan kedua." Zayn menatap tajam wajah Ammar.

Ammar kembali tertawa.

"Aku tidak takut berurusan denganmu. Itu memang yang kucari." Ammar mendorong Zayn dengan kasar.

Zayn terus mundur karena Ammar berjalan mendekatinya dengan sok jagoan, kedua lengan bajunya dia singsingkan sambil terus menatap remeh Zayn.

Ammar bersiap untuk menarik baju Zayn, namun siapa sangka jika dia kalah cepat dengan lawannya. Zayn dengan sigap menarik tangannya dan langsung memelintirnya ke belakang.

Ammar yang kini sudah berjongkok dengan tangan yang terus dipelintir oleh Zayn mengaduh kesakitan.

"Haruskah aku memotong tangan yang sudah menyiksa istriku ini?" tanyanya sambil tersenyum.

Ammar tak menjawab, dia hanya terus mengaduh, meminta Zayn agar melepaskan tangannya.

"Itulah sebabnya kamu harus mencari tahu dulu siapa sebenarnya musuh yang ingin kau hadapi." Zayn melepaskan tangan Ammar dengan kasar.

Ammar masih meringis kesakitan sambil memegangi tangannya.

"Kali ini aku melepaskanmu," ucap Zayn sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan toilet dan Ammar yang masih meringis.

"Kurang ajar!!". Ammar tak terima dengan kekalahannya.

***

Lela terus menatap luka cakar di tangan suaminya, tidak berdarah namun tampak sangat menyakitkan karena kulitnya mengelupas.

Sementara Zayn fokus menyetir dengan wajahnya yang serius, dia terus mengingat kejadian tadi dimana hampir saja Ammar berhasil menemui Lela.

Zayn yang sangat geram refleks memukul kemudi di depannya, membuat Lela kaget dan langsung melihat suaminya.

Zayn langsung menyadari kesalahannya.

"Maaf. Aku sedang kesal. Pekerjaanku di kantor banyak sekali." Zayn berkilah.

"Bisa tolong berhenti sebentar," ucap Lela melirik suaminya.

Zayn heran, namun tanpa banyak bertanya dia menuruti keinginan istrinya.

Lela mengambil sesuatu dalam tasnya, setelah itu dia melihat Zayn dengan ragu.

Zayn hanya terdiam keheranan.

Lela memberanikan diri mengulurkan tangannya mendekati tangan Zayn. Setelah itu dengan ragu namun pasti, dia memegang tangan suaminya.

Zayn kaget melihat tangannya dipegang Lela. Untuk kali pertama sejak mereka menikah, Zayn akhirnya bersentuhan dengan istrinya.

Lela menempelkan plester di tangan suaminya yang luka.

Zayn hanya tersenyum senang dengan hatinya yang berbunga-bunga.

"Lain kali tolong lebih hati-hati."

Zayn mengangguk.

1
Imam Mutakin
Luar biasa
Marlina Prasasty
di tunggu kelanjutannya
Desi Hernawati
ko aki yg salting yak..wkwkw
Desi Hernawati
weh..d dunia nyata ada gk yg kaya gtu....😭
Ummi Warni Ani
ditunggu kelanjutannya ya Thor.smoga sehat selalu dan dapat lanjut menulis ceritanya.penasaean dgn operasi siti.dan apa yg akan terjadi dgn Anita & indira.pasti lagi² Indira malu
julia sorong
ternyata...
julia sorong
Luar biasa
Siti Ss
Lepas yg baik hati
Siti Ss
hatinya berbunga bahagia
Siti Ss
leha berhati berlian
Siti Ss
hmmmm/Smirk/
Siti Ss
/Facepalm/
Siti Ss: bibik..bibik.. /Facepalm/
total 1 replies
Siti Ss
manusia berhati batu
Siti Ss
Allahuakbar Alhamdulillah
Siti Ss
Allah bayar cash
Siti Ss
Allah Maha Adil
Siti Ss
aku geram dgn si misiya
Siti Ss
mesti ula si m
Nyonya Rai
see Lela msih boleh simpan aib mu Ammar...jika dri awal kau jujur akan kelemahanmu xkan terjdi bgini..Namun yaa ujian mu juga ujian lela sdh tertulia juga kmu memang tdk berjdoh dgn lela...maka insyaf laa beralik pd Allah
Siti Ss
untung saja dlm novel klau tidak pasti aku tinju2 si miesya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!