CEO DUDA ITU SUAMI KU

"Seperti itu, Om. Apa yang Soya katakan pada saya ingin sendiri datang mengunjungi Om. Tetapi saya menunggu waktu yang tepat, karena bagaimanapun permintaan Soya ini agak sedikit membuat saya... " Alex menghentikan kalimatnya, dia bingung harus mengatakan itu kepada pria di depannya ini. 

Tuan Hadi menghela nafasnya, dia menatap nanar barang-barang yang ada di hadapannya. Dia sungguh tak menyangka hal itu. Bahkan dulu sang istri juga melakukannya saat tak setuju dengannya. Dia memilih keluar dari nama keluarga besar Wijaya daripada menikah dalam perjodohan. Tetapi kini Soya justru melakukan kebalikan dari sang ibu. Dia ingin menikah namun dengan Syarat keluar dari keluarga Minari. 

Alex diam seperti batu yang tenggelam melihat wajah sendu calon mertuanya. Namun memang itu keinginan Soya dan syarat utama darinya. Jika Alex dikatakan tak memberi Soya saran tentu tidak, bahkan Alex mengatakan kepada Soya jika apa yang gadis itu lakukan pasti akan berdampak tidak baik suatu saat nanti, namun Soya tetap kekeh dengan pendiriannya, karena baginya ayah yang dia banggakan dulu tidak lagi menjadi orang terpenting di hidupnya. 

Kesalahan yang ayahnya lakukan bagi Soya tak lagi bisa termaafkan. Selama ini Soya memilih tinggal sendiri selain mengindari berbicara dan bertatap muka dengan sang ayah dia juga ingin perlahan membuat dirinya mampu tanpa nama besar sang ayah juga nama besar Minari. Karena baginya semua itu sekarang tak penting. 

"Lex," panggil tuan Hadi. Alex menoleh dan menatap pria itu yang terus memandang ke arah lain. 

"Jika itu memang syarat dari Soya aku akan mengabulkannya, setelah kalian menikah aku tidak akan memberatkan urusan keluarga Wijaya padanya. Mungkin dia mengira bahwa selama ini semua haknya sudah berpindah tangan, namun kau tahu betul bahwa semua milikku adalah miliknya. Tak ada lagi yang bisa aku andalkan selain Soya ku," paparnya. 

Alex hanya bisa mendesah pasrah, dia tak tahu lagi bagaimana harus membujuk Soya karena bagaimanapun yang tahu permasalahan hanyalah Soya dan tuan Hadi saja. Bahkan Alex meyakini jika tuan Aswan tak mengetahui secara detail masalah didalam keluarga kaya raya itu. Dan hal apa yang menimpa sang adik selama menikah dengan seorang Rahadian Wijaya. Semua ditutup serapat mungkin oleh nyonya Asmitha, Alex  yakin akan hal itu. 

"Jadi, bagaimana saya harus bersikap?" tanya Alex. 

"Biarkan dia hanya tahu, jika dia tak lagi mengemban tugas keluarga. Namun biarkan semua yang sudah aku lakukan dan siapkan untuknya seperti itu, kau harus tau bagaimana bukan?" tuan Hadi melirik ke arah Alex. 

"Baik, Om. Alex akan berusaha membuat Soya pelan-pelan mengerti nanti," ujar Alex. 

Tuan Hadi tersenyum, Alex memang seperti ayahnya, baik dan jujur. 

"Tidak perlu, semua ini memang kesalahanku, hanya saja aku tidak menyangka jika Soya mengetahui semuanya sebelum aku bisa menjelaskan secara baik-baik, dan tuhan memanggil Asmitha lebih cepat."

"Maksud, Om?" tanya Alex merasa tergelitik mendengar kata-kata pria ini. 

"Kamu tahu rumah yang ditempati Soya sekarang?" Alex mengangguk. "Rumah itu dibeli saat Soya kelas 6 SD tanpa sepengetahuan ku. Rumah yang aku kira merupakan tempat dia berselingkuh, tempat dia menghindar dari masalah yang sedang kita alami, tapi ternyata rumah itu tempat menyembuhkan mentalnya yang terluka karena aku. Soya yang tadinya masih mau memelukku mulai menghindar sejak dia mengetahui semuanya secara perlahan dan keseluruhan. Tepatnya saat Soya memasuki kelas 1 SMP dan Asmitha dinyatakan menderita kanker sama seperti ibu mertuaku."

Alex mendengar dengan seksama tanpa ingin menimpali atau menjeda, karena bagaimanapun ayahnya juga sudah mengatakan jika pria didepannya ini sudah menerima akibat dari semua kesalahannya. Ayahnya tak memperbolehkan Alex menghakimi pria itu seperti Soya. Walau Alex masih meraba apa hukuman itu. 

"Om hanya ingin kamu menjaganya dengan baik, Om tidak serta merta menjodohkannya dengan mu, semua yang Om lakukan sudah Om pikirkan sejak mengenalmu dan melihatmu bercerai dengan wanita itu."

Alex mendongak, "Maksud Om?"

"Om sudah menjodohkanmu dengan Soya sejak Soya memasuki usia remaja, jadi jika Soya mengatakan jika ibunya tidak tahu dia salah besar. Asmitha tahu, maka dari itu dia memintaku dan Aswan agar membebaskan Soya dari segala tuntutan konyol terutama perjodohan ketika dia sakit."

"Jadi, maksud Om. Nyonya Asmitha sengaja memberikan uang deposito itu atas nama Bik Hilda dengan sengaja dan terarah?"

Tuan Hadi mengangguk, Walau aku sungguh tak tahu jika Asmitha melakukan itu, jadi tentang apa yang Soya lakukan sekarang, Om memang benar-benar tidak tahu," ujarnya sambil tersenyum kecut meratapi seluruh kebodohannya. 

Alex kembali menunduk sebelum akhirnya dia memutuskan menanyakan hal yang sangat dia ingin ketahui. 

"Em.. apa Alex boleh bertanya sesuatu?" tuan Hadi mengangguk.

"Apa selama ini Om tidak pernah berusaha memperbaiki hubungan Om dengan Soya?" tanya Alex. 

"Om terlalu malu memohon dan mengatakan jika Om membutuhkannya... " ucapan pria itu terhenti, sudut matanya mulai berair jika mengingat semua yang terjadi selama ini. 

"Maka dari itu Om tidak pernah melarangnya melakukan apapun, bahkan bodyguard serta asisten khusus yang Om siapkan untuknya dia tolak mentah-mentah, mau tak mau Om hanya bisa pasrahkan Soya kepada Tekyung dan Hilda. Hingga Om baru mengetahui semua yang Soya lakukan setelah perjodohan kalian dilakukan. Jika kau berpikir aku tidak terkejut, Om lebih terkejut daripada dirimu, dia mirip dengan Om. Dia akan melakukan apapun agar semua yang dikehendakinya terwujud, Dia juga berprinsip sama seperti ibunya." Alex hanya tersenyum, memang seperti itulah yang dipahami Alex tentang Soya. Namun ada hal yang sangat dia ingin tanyakan, tetapi sepertinya waktunya tidak tepat. Mungkin suatu saat dia akan tahu dari mulut Soya sendiri. Karena ayahnya sudah berpesan jangan hakimi pria yang sudah memperoleh balasan dari semua kesalahannya itu. Alex paham ini juga bukan ranahnya, dan juga dia belum tahu pasti apa kesalahan fatal yang membuat Soya seperti ini. 

Tuan Hadi berdiri dari duduknya dan menepuk pundak Alex sedikit keras. "Om menilaimu tidak hanya dari satu tahun lalu, tapi jauh dari itu. Ayahmu yang sebenarnya ingin menolak wanita itu tak bisa melakukan ketika melihat besar cintamu padanya, dan karena itu ayahmu akhirnya membiarkanmu melakukan apa yang kamu mau, dan dia berjanji. Jika kamu tak berjodoh dengan mantanmu, dia akan kembali meneruskan perjodohan ini," ucapnya. 

Pria pemilik mata hazel itu mengerutkan dahinya mendengar ucapan calon mertuanya itu, "Maksud Om, Alex tidak mengerti."

Tuan Hadi menarik kedua ujung bibirnya membuat lekungan senyum kecil yang indah, "Kami menjodohkanmu, sejak Soya di dalam perut ibunya," tawa lepas itu menghiasi wajah tuanya. 

Pupil mata Alex membesar, terkejut akan kalimat yang terlontar dengan senyuman indah pria tua itu. Bahkan kedua tangannya yang terkepal terlepas perlahan.