Tanisha Alifya, seorang gadis yatim berusia 23 tahun yang merantau di ibu kota Jakarta hanya untuk mengubah perekonomian keluarganya. Dia menjadi seorang petugas cleaning service di sebuah perusahaan yang di pimpin oleh seorang laki-laki tampan dan dingin.
Zico Giovanno Putra, seorang direktur utama sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan software, PT. ERPWare Indonesia. Seorang direktur yang masih muda, berusia 28 tahun. Memiliki kecerdasan dan ketajaman dalam mengambil setiap peluang yang ada.
Pada suatu malam, karena berada dalam pengaruh alkohol, Zico memperkosa Nisha dan menyebabkan Nisha hamil.
Bagaimana kisah seorang direktur utama yang berada di hierarki teratas dalam perusahaan jatuh cinta dengan karyawan outsource yang berada di hierarki paling rendah?
BACA TERUS kelanjutan kisah mereka dalam LOVE ME PLEASE, HUBBY.
*Di usahakan untuk update tiap hari ^^ mohon dukungannya para readers tersayang :-)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 24 - Kencan Kita Hari Ini
Nisha merasa hangat dan nyaman. Untuk pertama kalinya semenjak hamil, dia merasa sangat segar. Tidurnya sangat berkualitas. Tidak ada tanda-tanda mual akan datang. Tubuhnya benar-benar terasa sangat nyaman. Nisha memeluk guling hangatnya (tubuh Zico) dengan sangat antusias. Sesekali dia mencium guling wangi itu. Merasa sangat menyukai aromanya. Nisha berlama-lama menikmati aroma wangi dari guling hangatnya. Samar-samar ingatannya mulai kembali. Seingatnya tidak ada guling di kasur pria itu, hanya ada beberapa bantal. Lalu darimana guling ini berasal?
Pelan-pelan Nisha membuka matanya, meraba-raba guling berototnya. Nisha melihat apa yang di rabanya. DEG!! Itu bukan guling, melainkan tubuh seseorang!! Nisha melayangkan pandangannya, berusaha mencari tahu pemilik tubuh berotot itu. DEG!! DEG!! Nisha merasa jantungnya akan copot.
Zico sedang berada ada di depan matanya. Tertidur dalam kondisi telentang, sementara dia sendiri sedang bergelung di atas tubuh pria itu. Memeluk tubuh pria itu dengan posesif sementara tangannya bermain-main di dada bidang pria itu.
“Akkhhhppp!!” Nisha menjerit dan menutup mulutnya sendiri. Sebelum Nisha berhasil menjauh, laki-laki itu sudah membuka matanya. Wajah bantalnya sangat imut. Sama sekali tidak mengurangi ketampanannya.
“Kamu sudah bangun?” Zico bertanya dengan santai. Sementara Nisha berusaha beringsut menjauh.
“Ap…apa yang terjadi? Ap…apa Kamu memperkosaku lagi?” Nisha bertanya dengan terbata-bata. Dia melihat bajunya sendiri yang masih lengkap, begitu pula dengan baju Zico.
“Aku sudah mengatakannya padamu. Aku tidak akan menyakitimu. Aku akan mandi. Seperti janjiku kemarin, hari ini Aku akan mengajakmu jalan-jalan.” Zico beranjak dari tidurnya. Berjalan menuju kamar mandi. Meninggalkan Nisha yang masih kebingungan seorang diri.
Lama Nisha mengumpulkan ingatan-ingatannya semalam. Akhirnya dia tersadar. Apa yang dikiranya hanya mimpi belaka ternyata kenyataan. Dia bermimpi laki-laki itu datang. Karena laki-laki itu akan pergi lagi, dia menarik lengan laki-laki itu dan memohon untuk tidak meninggalkannya. Nisha merasa sangat terbakar wajahnya. Dia merasa sangat malu.
Nisha masih terduduk di ranjang ketika Zico keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan jubah mandi. Tetesan air tampak membasahi rambutnya yang berkilauan. Dada bidang yang di tumbuhi bulu-bulu halus tampak mengintip di balik jubah mandinya.
“Kenapa belum bangun? Cepat mandi. Kita akan keluar tiga puluh menit lagi.”
“Jangan melihatku!” Nisha menutup wajahnya dan berlari ke kamar mandi. Rasa malu membakar wajah dan tubuhnya, membuat Zico tertawa dalam.
Zico menunggu Nisha di ruang makan. Pagi itu bu Retno menyiapkan kopi hitam dan selembar roti bakar untuknya. Sedangkan untuk Nisha tersedia jahe hangat, biscuit dan crakers. Bu Retno sengaja tidak memasak makanan yang banyak mengandung rempah karena takut istri majikannya itu akan merasa mual. (Bu Retno tidak tahu bahwa Nisha dan Zico tidak memiliki hubungan suami istri seperti pasangan pada umumnya).
Nisha keluar dari kamar menggunakan kaos lengan panjang dan celana kain. Benar-benar bukan style yang di inginkan Zico. Sepertinya dia harus menemani wanita itu berbelanja. Bukannya dia keberatan dengan Nisha yang apa adanya seperti itu, tapi siapa pun wanita yang berdiri di sampingnya harus sesuai dengan keinginannya.
“Sini, makan dulu.” Zico melambaikan tangannya. Nisha patuh, dia duduk di depan Zico dan memakan makanannya. Matanya berusaha menghindari tatapan mata Zico. Dia masih begitu malu bila ingat mereka semalaman tidur bersama, meskipun tidak melakukan apa-apa.
“Perutmu baik-baik saja?”
Nisha mengangguk-anggukan kepalanya.
“Tidak merasa mual dan ingin muntah?”
Nisha menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Hari ini Kamu ingin kemana?”
“Aku tidak tahu” Nisha menunduk.
“Tidak ada tempat yang ingin Kamu kunjungi?”
“A…ada sih…”
“Ingin kemana?”
“Ka…kata orang di kampung, belum di sebut pernah ke Jakarta kalau belum ke Monas dan Ancol?” Nisha bertanya dengan takut-takut. Matanya masih berusaha menghindari tatapan mata Zico.
“Kamu belum pernah ke Monas dan Ancol?” tanya Zico dengan heran.
“Sudah berapa lama Kamu di Jakarta?”
“Mau empat bulan…”
“Belum pernah ke kedua tempat itu?” Nisha kembali menggelengkan kepalanya.
“Tapi sekarang Kamu sedang hamil. Tidak mungkin naik wahana di Ancol…”
“Aku ingin berfoto dengan badutnya. Aku juga ingin melihat emas yang besar…” Nisha tetap ngeyel.
“Baiklah. Selesai mendaftarkanmu di kelas kehamilan, Aku akan membawamu ke Ancol. Untuk ke Monas Kita atur di waktu berikutnya” Zico mengalah. Bagaimana pun dia harus menuruti permintaan bumil ini, karena yang dikandungnya adalah anaknya sendiri.
***
Zico memilih untuk menyetir sendiri. Dia tidak ingin seorang pun mengganggu mereka. Selesai mendaftarkan Nisha di kelas kehamilan, Zico melajukan mobilnya ke tempat wisata terkenal di Jakarta itu. Butuh waktu agak lama mereka tiba di tempat itu karena mereka terjebak kemacetan yang cukup lama. Waktu hampir menunjukkan pukul sepuluh pagi ketika mereka di lokasi.
Nisha sangat antusias. Matanya melotot dan tercengang. Tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Zico membiarkan gadis polo situ menikmati waktunya. Zico memesan tiket terusan untuk mereka berdua. Setelah mendapatkan tiket, Zico membimbing Nisha agar mengikuti langkahnya. Tujuan pertama mereka di Sea World.
Nisha merasa berada di dunia lain. Dia masuk ke suatu ruang dimana di penuhi dengan ikan dan keindahannya di dalamnya. Nisha begitu takjub. Beberapa kali dia mencoba bertanya pada Zico ikan apa yang berada di dalamnya, dan hanya di jawab dengan masam karena Zico benar-benar tidak mengerti. Terakhir kali dia ke Ancol ketika waktu SMP dan itu pun karena darma wisata yang di lakukan sekolahnya. Tak di sangka setelah umurnya menginjak 28 tahun dia kembali ke tempat itu lagi. Bersama ibu dari anaknya.
Sebenarnya Zico tidak menikmati semua pemandangan yang di tunjukkan oleh tempat wisata itu. Dia merasa dirinya sudah terlalu tua untuk bisa kagum melihat pemandangan. Yang paling membuatnya tidak bosan di hari itu adalah melihat wajah gembira di wajah wanita itu. Jarang sekali dia melihat raut wajah bahagia pada diri Nisha. Hari ini dia beruntung bisa melihat wajah itu. Zico mengingatkan dirinya sendiri, bahwa dia harus lebih sering membawa wanita itu jalan-jalan agar wajah bahagianya bisa lebih sering terlihat.
“Aku mau mencoba itu.” Nisha menunjuk pada sekumpulan orang yang tengah mencelupkan kakinya di sebuah kolam, sementara ikan-ikan kecil memakan kulit mati di kaki mereka.
“Kamu tidak merasa itu kotor? Ada banyak orang disana dan semuanya mencelupkan kakinya…”
“Aku ingin mencobanya!” Bila Nisha sudah keras kepala, yang bisa di lakukan Zico hanya mengalah. Menuruti segala permintaannya.
Hampir satu jam mereka berada di Sea World. Di setiap momen, Zico memfoto Nisha. Meskipun pada awalnya Nisha merasa canggung dan malu-malu, namun pada akhirnya lebih banyak Nisha yang berinisiatif minta di foto. Zico menuruti segala permintaan Nisha. Dari makanan yang ingin di makan sampai tempat-tempat yang ingin di kunjungi. Entah mengapa energy gadis itu meluap-luap. Sosok wanita lemah yang berjibaku di depan toilet mengeluarkan setiap makanan yang dimakannya tidak ada lagi. Berganti dengan wanita cantik dan energik yang bermain sesuka hati.
***
woey istri org tu 🤦😂