NovelToon NovelToon
My Murid My Jodoh

My Murid My Jodoh

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Terpaksa Menikahi Murid
Popularitas:236.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: ils dyzdu

Cinta datang tanpa diundang. Cinta hadir tanpa diminta. Mungkin begitu yang dirasakan oleh Halim saat hatinya mulai menyukai dan mencintai Medina-gadis yang notabene adalah muridnya di sekolah tempat dia mengajar.

Halim merasakan sesuatu yang begitu menggebu untuk segera menikahi gadis itu. Agar Halim tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu.

Apakah Halim berhasil mendapatkan hati Medina?
Apakah Medina menerima cinta dari Halim yang merupakan Gurunya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ils dyzdu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Halim tidak bisa hanya berdiri dan diam. Dia segera ke mejanya untuk mengambil tas.

“Egh, Bu Husna, saya permisi pulang duluan, ya? Assalamu’alaikum.”

Bu Husna mengangguk. “Wa’alaikumsalam. Hati-hati, Pak Halim.”

Dengan agak tergesa-gesa Halim meninggalkan ruang Guru.

Rania yang melihat Halim pergi dengan terburu-buru itu, langsung cemberut.

Bu Husna yang melihat wajah Rania seperti itu sontak tertawa. “Kenapa, Ran?”

Rania mencebikkan bibir. “Baru aja Rania pengen nebeng, Bu! Uuhhh!”

........*****........

Di perjalanan menuju rumah Medina. Medina yang dari tadi masih diam saja, tiba-tiba ingin pergi ke taman danau.

Disebut taman danau karena di sana ada taman yang berdekatan dengan danau buatan.

Medina mencolek lengan kiri Nona. Nona langsung menolehkan kepalanya ke kiri.

“Ada apa, Me?”

“Ke taman danau, yuk?”

Nona mengernyit. ‘Tumben ‘nih anak ngajakin ke sana. Hem, gue tahu! Pasti dia galau melihat Pak Halim jalan bersama dengan si Rania gatal itu!’

Nona mengangguk. “Ya udah! Kita otw ke sana, bestieeee!”

Selang 5 menit kemudian, mereka akhirnya sampai juga di taman danau. Medina turun duluan, sedang Nona memarkirkan motornya ke tempat parkir.

Selain tersedia tempat parkir, di taman danau ini juga banyak pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya.

Melihat danau hijau yang terkena sinar matahari, membuat air danau itu berkilauan. Medina memejamkan mata sejenak dan tersenyum tipis.

“Indah sekali ciptaan-Mu ya Allah,” gumamnya.

Tak lama Nona menyusul Medina. “Duduk di mana kita, Me?”

Medina mengedarkan pandangannya ke sekitar taman di pinggir danau. Merasa menemukan bangku yang tepat dan pas, Medina langsung menunjuk ke arah sana.

“Di sana aja yuk, Na? Di bawah pohon, dingin!”

“Oke!”

Kedua gadis itu mendudukkan diri mereka pada bangku taman.

Nona memperhatikan Medina yang kelihatannya sedang murung.

“Ck!”  Medina berdecak ketika melihat layar hp-nya.

“Ada apa, Me?”

Medina enggan menjawab. Dia menyerahkan hp-nya pada Nona.

Nona langsung tersenyum jahil. “Cie, cie! Calon Suami nelpon ‘nih!”

“Biarin aja! Untuk apa dia nelpon-nelpon gue? Memangnya gue penting?” sungut Medina.

“Halo, Pak!”

Medina langsung mendelik melihat Nona yang dengan santai plus cengengesan mengangkat panggilan telepon dari Halim.

“Kenapa elu angkat?” ucapnya pelan dan menahan kesal.

“Kami di taman danau, Pak! Oke, Pak!”

Tut! Nona mematikan panggilan itu, lalu menyerahkan hp ke tangan Medina dengan wajah tanpa dosa.

Medina mendengus dan kemudian menghela nafas kasar. “Putus aja udah persahabatan kita, Na! Nyebelin banget elu jadi orang!”

Nona malah terkekeh. “Ya udah putus aja!”

Medina memonyongkan bibirnya. Dia benar-benar kesal. Si Nona ini akhlak eobseo. Menyebalkan tingkat tinggi mirip tingginya gedung pencakar antariksa.

Nona melirik dengan senyuman jahil khas miliknya. “Apa lihat-lihat? Nge-fans lu ya sama gua?”

Medina menyipitkan matanya sebelah. “Geer banget lu, ege!”

“Hahaha.” Nona mengguncang pelan bahu Medina. “Lu lagi cemburu ‘kan?”

Medina menaikkan bibirnya sebelah. “Sok tahu banget lu jadi manusia!”

Nona merangkul bahu Medina. “Ayo, cerita aja sama sahabat elu yang paling cantik dan manis sejagat raya ini!”

Haaaah. Medina menghela nafas. “Na, sebenarnya gue agak, hem ya bisa dibilang cemburu. Tapi gue punya hak apa untuk cemburu?”

Nona manggut-manggut. “Hem, ya, ya! Gue paham gimana rasanya.”

“Untuk itulah, gue selalu tekankan hati gue untuk gak terlalu bawa perasaan, Na. Gue terlalu takut berharap pada manusia, dan berujung kecewa.”

“Iya, Me. Gue paham apa yang elu rasakan. Tapi tadi gue lihat jelas-jelas kalau Pak Halim itu udah jalan duluan ke ruang Guru. Dasarnya aja Bu Rania itu memang gatal! Dia yang ngejar Pak Halim. Padahal Pak Halim aja risih didekati sama dia. Tapi mungkin aja Pak Halim gak enak untuk ngusir dia. Jangan salah paham sama Pak Halim, Me.”

Medina menghela nafas lagi. Tapi kali ini terlihat lebih lega.

“Hehe, lain kali gue akan berpikiran yang baik-baik ‘deh.”

“Jadi selama ini elu udah sering berpikiran buruk, ya?”

Medina melotot, dengan gemas dia mencubit lengan Nona.

Medina melipat tangan dan menyandarkan punggungnya dengan sebal. “Mulut lu minta gue kasih cabe setan ya, Na?”

Nona tertawa lebar. “Me, tapi gue mau lu jujur sama gue.”

“Jujur apa?”

“Lu memang suka ‘kan sama Pak Halim?”

Medina menatap Nona sebentar sebelum mengalihkan tatapannya ke arah danau. Bibirnya menyunggingkan senyum.

Nona jadi ikutan tersenyum. “Gue udah tahu jawabannya. Dari lu cemburu aja gue udah tahu kalau lu suka sama Pak Halim, Me!”

Tanpa mereka ketahui, Halim sudah berdiri dari tadi ternyata. Dari mereka mulai pembicaraan, Halim sudah ada di belakang mereka.

Bibirnya dari tadi tak henti melukiskan sebuah senyuman manis. Apalagi mendengar kalau Medina ternyata cemburu. Semakin menjadi itu senyumannya.

Halim menyentuh sekilas bibirnya yang tak mau berhenti senyum. Dengan penuh keyakinan, Halim melangkahkan kakinya menuju mereka.

“Assalammu’alaikum,” sapanya dengan ramah dan tersenyum lebar. Deretan gigi putihnya yang rapi bahkan terlihat begitu mempesona.

Medina tersentak dan refleks menegakkan duduknya. Puppy eyes-nya langsung muncul karena terkejut.

Halim jadi gemas. Gemas ingin gigit mata Medina. Eh, salah!

“Wa’alaikumsalam,” jawab Medina dan Nona kompak. Tapi sepertinya hanya Medina yang menjawab dengan agak terbata.

‘Waduh! Apa Pak Halim udah dari tadi datangnya?’

Medina mencuri lirik pada Halim yang ternyata masih tidak mengalihkan atensi padanya.

“Pak Halim udah dari tadi?” Nona buka suara. Karena dia juga bosan melihat dua sejoli yang saling suka dalam diam ini-hanya sibuk saling tatap.

“Gak. Baru aja. Kalian udah makan?”

“U--”

“Belum, Pak!” jawab Nona cepat. Dia menoleh pada Medina yang sudah mendelikkan mata padanya.

Halim tersenyum tipis. “Kita makan di sana, yuk?” Halim menunjuk ke arah stand para pedagang makanan di pinggir taman.

“Boleh, Pak!” seru Nona dengan heboh.

Mereka bertiga berjalan menuju stand. Halim berjalan duluan, sedang Medina dan Nona di belakang. Medina merangkul erat lengan Nona.

“Me, apa lu bisa gantiin lengan gue kalau patah?”

Medina mengernyit. “Eh, kenapa?”

Nona melirik lengannya yang digamit Medina. “Lu lihat gamitan elu bikin lengan gue hampir patah tahu!”

Medina terkekeh. Dia melonggarkan rangkulannya.

“Lagian lu ngapain ‘sih mau aja diajak makan?” tanya Medina dengan suara pelan.

“Ssttt, gue lapar tahu!”

“Huuufftt!”

Halim ternyata memilih stand mie ayam. Dia langsung mengambil tempat duduk dan mempersilahkan para gadis-gadis untuk duduk.

“Mau makan apa?” Halim menggeser menu ke arah Medina yang duduk berhadapan dengannya.

Medina yang selalu menunduk itu, mengambil menu itu dan menyerahkannya pada Nona.

“Nih, Na! Gue ikut elu aja!”

“Oke!”

Nona memilih makan mie ayam bakso mercon. Medina menghela nafas frustasi dengan pesanan Nona.

Tak lama pesanan mereka sudah terhidang di atas meja. Lengkap dengan es teh dengan irisan lemon yang kelihatan segar.

“Pak Halim gak makan?”

Baru saja Medina berpikiran seperti itu. Tapi untung saja sudah Nona yang menanyakan duluan.

“Saya tadi udah makan. Saya bawa bekal sendiri dari rumah. Ayo di makan.” Mata Halim melirik Medina yang sedang menyeruput es teh itu.

Halim tersenyum.

 ‘Cantik.’

Setelah selesai makan, mereka kembali ke tempat duduk tadi. Angin sepoi-sepoi berembus dengan syahdunya di sore hari ini.

Taman danau mulai ramai di Sabtu sore ini.

Halim memberanikan diri untuk mengajak Medina bicara.

“Medina, bisa kita bicara sebentar?”

Medina yang sedang duduk,mendongak dan menatap Halim yang tersenyum. Kemudian dia menunduk lagi.

Detak jantungnya sungguh-sungguh membuat tidak nyaman. Medina sampai takut kalau-kalau detak jantungnya terdengar oleh Halim.

“Egh, memangnya Bapak mau bicara apa? Kalau bisa, ada Nona, ya? Karena kita bukan mahram.”

Bibir Halim kembali tertarik ke samping. “Kita bicara di depan situ. Nona juga masih bisa melihat kita.” Halim melirik Nona yang sibuk main game epep.

“Nona, kalau kami bicara di depan, kamu masih bisa lihat kami ‘kan?”

Nona mengacungkan jempol. “Bisa, Pak. Udah sana, Me. Gak akan ada setan’ di sore hari begini! Lagi pula ‘kan kita di alam terbuka.” Nona menyenggol lengan Medina.

“Hem, iya.” Medina bangkit dari duduknya, lalu mengikuti langkah Halim di depannya.

Medina meremas ujung jilbabnya. Dia diserang grogi luar biasa. Detak jantungnya sudah semakin berdebar disko.

Dan ternyata bukan Medina saja yang merasakan itu. Halim juga bolak balik mengusap keringat yang muncul di kening dan tengkuknya.

‘Grogi! Please pergi! Nanti aku gak bisa bicara dengan Medina kalau begini! Akkhh!’

........*****........

1
kori fvnky
Biasa
kori fvnky
Kecewa
Mika Saja
wah siap2 ketemu mantan TTM nih si Halim,,,,,,bang Reno kpn nyusul Halim nih
Mulyana
lanjut
Rizky Aidhil Adha
vote buat debay HalMed😅😘
dina
alur ceritanya sederhana, mudah dipahami
Hesty
thoor jgn aa poligami dan pelakorr yachh
semnget buat novwlnya
Jumlan Mokoginta
seru
oca rm
ka, kapan up lagi?
Febrianti Ningrum
kalo jantung bang Halim keluar dari t4nya nanti mesina jadi janda muda.. kasian bang.. sering2 cek up ke dokter ya bang hiihii 😁😁
menik sobul
hilal jodoh
Febrianti Ningrum
emang kamu udah nanya Med sama cewek tadi atau sama halim nya sendiri? jgn langsung beranggapan kalo cewek td itu istrinya halim. harusnya klo gak tau ya bertanya, kan jadi sesat gitu pikirannya. su'udzon kan jadinya sm halim..
Febrianti Ningrum
plisss kakak author yg baik jangan sampai ada kondlik yg beraaat,rumi,njelimet,dan puanjaaaang.. cukup konflik sedikit dan ringan kemudian bisa diatasi dg baik. and than happy ending 😊
Febrianti Ningrum
auto buyar moment romantisnya weeeh
Febrianti Ningrum
😅😅😅😅
Febrianti Ningrum
Cerdas memang si Nona ini, biar meyakinkan kalomitu kata2nya oaknHalim direkam sekalian.. Valid buktinya!
Febrianti Ningrum
Nona jodohin aja sm pak Abbas heehee
Febrianti Ningrum
spek bidadari mah banyak yg antri..
Febrianti Ningrum
hadeeeh nama bagus2 annisa medina kok di panggil me, coba panggilannya agak bagusan dikit, dina apa nisa gt.. risih aja dipanggil me
Febrianti Ningrum
pliiiis dek balas.. abang halim uring2an ini 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!