Aura tiba-tiba harus menikah dengan laki-laki yang selama ini dia cintai dalam diam. Namun sayangnya pernikahan itu hanya dianggap sebagai ajang pembalasan dendam oleh Arga lelaki yang terpaksa menjadikan Aura sebagai pengantin pengganti, karena kepergian Sheila calon istrinya sekaligus sahabat Aura yang memilih pergi bersama cinta pertamanya dan meninggalkan Arga tepat dihari pernikahannya, sehingga Arga terpaksa memilih Aura untuk menggantikannya.
Penasaran dengan ceritanya langsung aja kita baca ...
Yuk ramaikan....
Update setiap hari...
Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gift ,vote and komen ya...
Buat yang sudah baca , lanjut terus. Jangan nunggu tamat dulu baru lanjut, dan buat yang belum ayo buruan merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....
Selamat membaca ....
Semoga kalian suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Karena merasa kan adanya gelagat gawat dari sikap tegang atasannya yang berjalan dengan cepat sambil menyeret paksa Aura untuk mengikutinya, Radit pun hanya bisa mengganggukan kepalanya. Dia mengiyakan perintah tersebut tanpa berani bertindak lebih, apalagi membantu Aura yang terlihat sangat ketakutan.
Sesampainya di ruang kerja, Arga membawa Aura ke ruang pribadi dan menguncinya di sana. HP wanita itu masih ada padanya dan sudah diatur tanpa kunci pengamanan layar. Mungkin nanti dia akan mengubah kodenya, agar bisa lebih leluasa memeriksa sewaktu-waktu.
Karena Arga harus lebih teliti dan tegas dengan segala aturan dan larangannya agar Aura tidak mengulangi kesalahannya dengan alasan apa pun.
"Siapa dia?"
Pertanyaan singkat Arga yang hanya bisa dijawab Aura dengan menggelengkan kepala . Wajah nya sudah sangat pucat karena ketakutan. Dia duduk menunduk di tepi tempat tidur, sementara Arga berdiri tepat di depannya .
"Jawab!" nada suara Arga pun semakin naik seiring emosinya yang kian meningi.
"Aku tidak tahu, Mas. Aku tidak tahu siapa yang mengirim pesan itu."
HP yang ada di tangannya kembali dibuka dan dibaca ulang sepesan yang menjadi sumber kemarahannya. Nafasnya pun semakin memburuk setelah yakin dengan niat jahat yang tersirat dalam kalimat yang ditulis di sana.
"Ini bukan yang pertama , di mana kamu menyembunyikan pesan sebelum nya?"
Karena dari rangkaian kata yang tertera di awal pesan, Arga bisa menyimpulkan bahwa Aura sudah pernah menerima pesan dari pengirim yang sama meskipun dari nomor yang berbeda.
"Maaf, Mas . Aku sudah menghapusnya." Akhirnya Aura pun memilih untuk jujur. Karena pada akhirnya, dirinya akan menerima risiko yang sama yaitu kemarahan suaminya yang menganggap dia telah mengabaikan permintaannya.
"Aku sudah memintamu untuk tidak menyembunyikan apapun dariku . Ternyata kamu tidak mematuhi ku dan berani membohongiku."
"Apa maumu? Apakah kamu ingin melindungi orang itu?"
"Tidak, Mas. " Kali ini Aura menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Aku tidak tahu siapa , apa lagi mengenalnya."
Aura pun mengatur nafasnya yang sudah tidak karuan karena ketakutan yang terus mendarat. Dia mengumpulkan keberaniannya untuk menceritakan semuanya, perihal pesan-pesan tak bertuan yang mengganggunya dan pernah dihapus karena tidak ingin memicu kemarahan suaminya.
"Sekali lagi aku minta maaf, Mas. Aku tidak bermaksud untuk menutupinya darimu. Aku hanya tidak mau memperpanjang masalah yang aku sendiri tidak tahu dengan siapa Aku berhadapan."
"Saat itu, aku sangat panik sehingga berpikir pendek untuk menghapusnya sebelum kamu mengetahuinya. Sungguh, aku hanya takut kamu akan marah kepadaku dan berprasangka salah terhadapku."
"Sekarang pun kamu sudah membuatku marah karena tidak jujur kepadaku!" ucap Arga dengan nada tinggi.
"Apa isi pesan yang pertama?"
Aura pun masih mengingatnya dengan jelas dan dia menceritakan semuanya pada Arga. Lelaki itu mendengarkan dan mencerna kata demi kata yang diucapkan istrinya itu. Mencoba untuk mencerna pelan-pelan maksud dari kalimat bernada peringatan tersebut.
"Tidak ada inisial atau petunjuk apapun dalam pesan itu , sehingga aku tidak bisa mengenali siapa pengirimnya ."
Arga pun melepaskan tangannya dan dijauhkan dari wajah istrinya yang bisa sedikitnya bernafas lega. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan kencang hingga melupakan jika masih ada HP Aura dalam genggamannya.
"Mungkin dia mengenal kamu, mas bukan aku . Karena sepertinya dia membenciku dan tidak suka dengan statusku sebagai istrimu."
"Tapi ini hanya pemikiranku saja," lanjut Aura.
"Lagi pula, tidak banyak yang mengenalku selain teman-teman di kantor dan Panti Asuhan . Berbeda dengan dirimu yang dikenal oleh banyak orang dan banyak kalangan."
"Tidak ada seorangpun yang berhak menilai hidupku dan pilihanku!" lelaki itu kembali bersuara, entah ditujukan untuk siapa.
"Hanya orang gila yang berpikiran bahwa dia bisa mengatur dan mengendalikan kemauanku!"
"Hanya perempuan murahan yang beranggapan bahwa dia bisa menarik perhatianku dengan menyodorkan tubuhnya!"
Arga pun menanggapi isi pesan yang diceritakan Aura kepadanya. Dia merasa disepelekan karena disamakan dengan pria hidung belang yang mudah tergoda rayuan wanita. Meskipun ditujukan untuk mengintimidasi Aura, tapi kalimat yang digunakannya sangat merendahkan dirinya sebagai seorang lelaki.
Aura pun tidak tahu harus berbuat apa . Dia hanya bisa diam dan menunggu dengan pasrah , memperhatikan Arga dari tempatnya duduk seperti seorang pesakitan yang sedang diadili dan menunggu untuk dijatuhi hukuman.
Untuk beberapa saat tidak ada suara apa pun di dalam kamar tersebut. Hingga kemudian terdengar dering lirih dari hp Aura yang masih di pegang oleh suami nya. Kedua nya pun saling beradu pandang, sebelum Arga mengalihkan perhatian nya pada hp nya tersebut.
("Jangan kamu pikir aku tidak mengawasi mu! aku tahu apa yang terjadi padamu dan apa yang di lakukan lelaki itu kepada mu"!)
("Tdak perlu berpura-pura bahagia di depan semua orang , padahal kamu sangat tersiksa oleh hidup mu yang yang di kendalikan oleh lelaki itu.")
("Jika kamu sudah lelah berpura-pura, lebih baik kamu sudahi saja perananmu dan segera mundur ,sebelum dia membuang diri mu .")
Siapa pun pengirim pesan itu, seperti nya dia cukup lihai dan berpikir aman. Deretan pesan yang baru saja di baca Arga, di kirim kan dengan nomor baru yang berbeda.Sementara nomor sebelum nya sudah tidak aktif dan tidak bisa di hubungi lagi.
"Dasar pengecut!"
Arga pun berucap dengan keras setelah gagal menghubungi nomor asing yang baru saja mengirimkan pesan yang lagi-lagi masih ditujukan untuk menekan istri nya.
Wajah Aura pun semakin pucat karena dia tahu ada pesan yang di kirim kan lagi ,dan tidak bisa mengetahui isi nya karena Arga masih menyita handphone nya untuk diperiksa.
Awal nya, Aura pun sudah hampir menyerah dan memilih untuk mengalah , namun setelah di pikir kan nya dengan tenang dia akhir nya memutuskan untuk mengabaikan pesan yang pertama.
Namun sayang nya, di saat diri nya sudah mulai tenang dan melupakan ancaman tersebut dia kembali mendapatkan pesan baru yang merupakan kelanjutan dari pesan pertama yang sudah di abaikan nya itu. Dan kali ini Arga pun mengetahui nya.
Sehingga Arga pun menghubungi seseorang, dalam waktu beberapa detik kemudian panggilan pun tersambung dan lelaki itu memberikan perintah untuk menyelidiki asal usul pesan yang terus di kirim kan pada istri nya.
"Aku akan mengirim kan nomor nya dan segera temukan siapa dia!"
Arga yang tampak masih sibuk dengan dua handphone nya yang ada tangan nya itu .Aura pun yang sudah berdiri dan mendekat ke suami nya di tarik oleh suami nya
"Jangan pernah berpikir untuk menjauh dari ku kau mau apalagi berniat untuk pergi dan meninggalkan aku!" bisik Arga dengan suara berat nya yang membuat sekujur tubuh Aura merinding ketakutan.
****************