Another Life

Rena memasuki unit apartemennya dengan langkah gusar. Gadis itu membanting tas ranselnya ke lantai, lalu mengusap wajahnya dengan frustrasi. Ia duduk di sofa ruang tamu sambil menggigiti kukunya dengan cemas.

“Sial. Papa tidak main-main dengan ancamannya,” gumam Rena cemas dengan sorot mata tak fokus.

Flashback

Setelah menerima kabar buruk dari Andrea, Rena berbalik untuk melihat wajah angkuh Hendra. Papanya itu masih tetap diam dan belum menjalankan mobil, seolah-olah memang sedang menunggu kembalinya Rena.

Rena pun memutuskan untuk masuk kembali ke dalam mobil mewah sang papa. Gadis itu menatap pria angkuh di sampingnya dengan tatapan gusar.

“Papa yang melakukannya?” tanya Rena.

Hendra tertawa remeh, “yang terjadi pada Nathan adalah salahmu, bukan papa.”

Dahi Rena mengernyit tidak terima mendengar jawaban papanya.

“Jika kamu tidak melawan papa sejak awal, maka kekasihmu tidak akan kehilangan proyek iklan berharganya,” ucap Hendra dengan nada remeh.

“Dasar gila,” geram Rena.

Hendra menghela nafas kasar, “berhenti mengumpat, Rena. Kamu harus segera mengubah sikapmu menjadi lebih sopan. Kamu harus sadar kalau ada beberapa hal yang tidak bisa kamu kendalikan sesuai keinginanmu.”

Rahang Rena mengeras mendengar perkataan remeh papanya. Tapi Rena sadar kalau dirinya sedang tidak dalam posisi untuk bisa seenaknya berkata-kata.

“Kekasihmu, Nathan, adalah seorang aktor ternama. Popularitasnya bisa menjadi boomerang ketika ia terkena masalah sedikit saja. Dan seperti yang kamu lihat hari ini, papa punya kekuasaan untuk menghancurkan karirnya,” ancam Hendra.

“Diam!” bentak Rena, “kalau papa berani mengganggu kekasihku lagi, aku akan melakukan sesuatu yang tidak pernah papa duga.”

Hendra terkekeh pelan, “benarkah? Papa penasaran. Apa yang bisa putri papa lakukan untuk melawan papa?”

Kemudian, wajah Hendra berubah menjadi serius. Pria itu menatap tajam putri bungsunya.

“Jangan mencoba untuk melawan papa lagi, Rena. Papa bisa melakukan hal yang lebih mengerikan daripada ini,” tegas Hendra.

Flashback end

Kedua telapak tangan Rena mengepal geram setelah mengingat kembali percakapannya dengan sang papa siang tadi. Jika dirinya yang disakiti selama ini, maka Rena bisa tahan. Tapi, Nathan? Rena tidak berani mempertaruhkan kehidupan dan karir kekasihnya sendiri.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” gumam Rena frustrasi.

Tit... tit…tit…tit…

Rena menoleh ketika ada yang memasukkan sandi pintu apartemennya. Itu pasti Nathan. Karena hanya kekasihnya yang tahu kode sandi apartemennya, selain dirinya sendiri. Rena segera mengambil tas yang tergeletak di lantai dan memindahkannya ke sofa. Ia tidak ingin kekasihnya tahu kalau dirinya sedang kacau.

Cklek

”Sayang~”

Rena memanggil sang kekasih dengan riang sembari berlari kecil untuk menghambur ke pelukan lelaki tampan itu.

“Kamu baru pulang?” tanya Nathan sambil memeluk erat gadis manisnya.

Rena mendongak untuk melihat wajah sang kekasih, “iya. Kamu sudah makan?”

Nathan menggeleng pelan. Senyum Rena mengembang, kemudian gadis itu melepas pelukannya.

“Aku lapar sekali. Ayo masak sesuatu,” ajak Rena sambil menarik lengan Nathan menuju dapur.

Rena membuka kulkas untuk mengeluarkan bahan-bahan yang akan ia masak untuk makan siang hari ini. Rena mengambil dada ayam fillet dan beberapa jenis sayuran. Sepasang kekasih itu tampak bekerja sama menyiapkan makanan.

“Proyek iklanku dibatalkan,” celetuk Nathan di sela-sela aktivitasnya mencuci sayuran.

Gerakan tangan Rena yang sedang memotong daging ayam pun terhenti. Akhirnya, Nathan membahas hal ini juga.

“Kenapa mendadak dibatalkan?” tanya Rena yang berpura-pura tidak tahu.

Nathan mengedikkan bahunya, “entahlah. Manajerku hanya bilang kalau pihak pengiklan ingin mengganti model iklan mereka.”

Rena menatap wajah kekasihnya itu. Walaupun Nathan bersikap tenang seolah-olah kejadian itu bukanlah hal yang besar, tapi Rena tahu kalau lelaki itu cukup kecewa karena kehilangan proyek iklan yang begitu berharga.

‘Maafkan aku,’ batin Rena.

“Lalu, apa kesibukan kakak setelah ini?” tanya Rena.

Nathan menghela nafas panjang, “tidak ada jadwal sampai film baruku ditayangkan minggu depan.”

Rena berpikir sejenak. Tiba-tiba, sebuah ide cemerlang melintas di otak jeniusnya. Semoga ini bisa menghibur Nathan.

“Bagaimana kalau kakak ikut denganku saja?” tanya Rena bersemangat.

Nathan menoleh dengan raut penasaran, “ikut kemana?”

“Besok siang, aku akan berangkat ke Singapura untuk menyanyi di festival musik. Kakak bisa menemani aku selama di sana,” tawar Rena.

Nathan tampak berpikir sebentar, “boleh juga.”

Jawaban Nathan tersebut membuat Rena senang.

“Jadi, kakak mau ikut denganku ke Singapura?” tanya Rena memastikan.

Nathan tersenyum lembut, lalu menganggukkan kepala setuju.

“Yeay!” seru Rena, lalu memeluk tubuh kekasihnya, “kita bisa menghabiskan waktu bersama setelah festival musik berakhir.”

Nathan tertawa pelan melihat tingkah ceria Rena. Lelaki itu membalas pelukan erat sang kekasih.

“Kapan masakannya akan selesai kalau kamu terus memelukku seperti ini?” ucap Nathan dengan nada bercanda.

Bukannya melepaskan, Rena justru semakin mengeratkan pelukannya. Nathan juga tidak keberatan dengan hal itu, ia malah senang jika kekasih cantiknya bersikap manja seperti ini.

“Aku cinta kakak,” ucap Rena tanpa melepas pelukan.

“Hmm? Tiba-tiba?” bingung Nathan yang mendapat pengakuan cinta secara tiba-tiba.

Rena tidak membalas lagi ucapan Nathan. Gadis itu hanya diam sambil memeluk erat tubuh tegap sang kekasih. Tingkah Rena yang dianggap Nathan sebagai bentuk sifat manja ini, sebenarnya adalah wujud rasa bersalah yang menyelimuti benak gadis itu.

Setiap kali menatap wajah teduh Nathan, Rena selalu merasa bersalah. Ia menganggap bahwa penyebab kemerosotan karir kekasihnya itu adalah dirinya. Nathan menjadi korban atas konflik yang terjadi di antara Rena dan dua keluarga konglomerat. Tentu saja, posisi Rena sangat lemah jika dibandingkan dengan Hendra dan keluarga Adhitama.

Rena tidak yakin dengan apa yang harus ia lakukan setelah ini. Di satu sisi, ia ingin melawan semua orang untuk mempertahankan cintanya dengan Nathan. Tapi di sisi lain, ia takut terjadi sesuatu yang lebih buruk kepada Nathan jika ia masih terus melawan papanya dan keluarga Adhitama.

Sementara itu, Nathan merasa ada yang janggal dengan kekasihnya. Sudah lima menit, Rena hanya diam sambil memeluk tubuhnya. Apalagi ketika gadis itu mengucapkan kata ‘aku cinta kakak’ secara tiba-tiba dengan nada sendu.

Tangan kiri Nathan terangkat untuk mengusap lembut rambut hitam sang kekasih.

“Aku lebih mencintaimu, Rena,” ucap Nathan dengan lembut, “kita pernah berjanji untuk menghadapi segalanya bersama. Kamu ingat, kan? Sampai kapan pun, kita tidak akan berpisah, Rena.”

Rena tidak menjawab, tapi setetes air mata meluncur dari manik indahnya. Tentu saja tanpa diketahui Nathan, karena mereka masih berpelukan.

...----------------...

Plis aku gak tau feel nya dapet apa ngga 😭

Pengen bikin adegan romantis tapi aku sendiri ga pernah uwu uwu hiks...