"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
"Gania.. maafkan ucapan nenek ya.. nenek memang seperti itu, maklum saja sudah tua, bicaranya selalu asal-asalan." ucap nyonya Selly kepada Gania.
"Iya tante, tidak apa-apa." Gania yang tersenyum ramah kepada nyonya Selly.
Di dalam kamar nyonya Juwita baru saja beranjak naik ke atas ranjang tempat tidur dengan di antar oleh menantunya yaitu tuan Ridwan.
"Mama istirahat ya.." ucap tuan Ridwan sambil menarik selimut untuk menutupi kaki ibu mertua nya.
"Panggilkan istrimu, suruh dia kesini." perintah nyonya Juwita.
"Apakah mama memerlukan sesuatu? biar saya saja yang mengambil kan nya."
"Mama bilang panggil istrimu si Selly untuk ke kamar mama.." ucap nyonya Juwita lagi dengan cukup kencang.
Tuan Ridwan yang mendapat perintah dari sang ibu mertua seketika mengangguk lalu keluar dari dalam kamar.
Tidak lama kini tuan Ridwan dan nyonya Selly masuk ke dalam kamar orang tua nya.
"Apakah mama butuh sesuatu?." tanya nyonya Selly.
"Kalian ini apa-apaan.. bagaimana bisa mengizinkan wanita itu masuk ke dalam rumah kita? apa Nevan berkencan dengan wanita itu?."nyonya Juwita yang menatap secara pergantian ke arah tuan Ridwan dan nyonya Selly.
"Ma.. keluarga kita sudah mengenal keluarga Gania cukup lama, bahkan ayah Gania adalah teman mas Ridwan, apakah salah jika Gania mengunjungi rumah kita, toh kita sudah lama sekali tidak bertemu." ucap nyonya Selly.
"Apa kamu gila Sel!." pekik nyonya Juwita menatap nyalang ke arah putri satu-satunya." Membiarkan putra mu menjalin hubungan dengan wanita tidak benar seperti Gania.. lihat keluarganya saja hancur, itu berarti ada yang tidak beres dengan keluarga dia."
"Maxim ayahnya saja membunuh istri pertamanya, karena lebih memilih istri kedua, dan sekarang istri kedua di penjara karena ingin membunuh Maxim, lalu putrinya pun seperti itu ujung-ujungnya cerai, dan sekarang mantan suaminya di penjara, apa kamu yakin mengizinkan anak semata wayang mu menikah dengan wanita seperti itu?." lanjut nyonya Juwita.
"Ma.. itu bukan kesalahan Maxim dan Gania, itu salah orang-orang yang tidak bertanggung jawab karena ingin menguasai harta Maxim, serta ingin mengambil alih tahta Gania." sahut tuan Ridwan.
"Halah.. kamu itu tahu apa Rid? jika keluarga itu benar, mana mungkin hidupnya akan seperti itu? pokoknya mama tidak setuju jika Nevan harus menjalin hubungan dengan Gania, mereka berbeda."
"Lalu bagaimana jika Nevan Mencintai Gania ma.. bukankah itu keinginan mama selama ini, agar Nevan segera menikah dan mempunyai keturunan."
"Tapi bukan bersama wanita itu, Sell. Mama ingin cucu satu-satunya mama mendapat wanita yang namanya baik, keluarganya baik, dan masa depan nya baik."
"Lalu di mana letak kejelekan Gania ma? toh itu semua sudah masa lalu, Gania itu wanita yang cerdas, cantik, baik, pekerja keras, bahkan seorang direktur wanita tersukses di kota ini, Selly yakin Maxim mendidik Gania dengan luar biasa, hingga menjadi wanita seperti itu."
Nyonya Juwita yang mendengar ucapan putrinya seketika tersenyum kecut. "Pikiran mu terlalu kolot, Selly. Percuma saja hartaku banyak, semua keturunan ku menjadi orang, lihat, kamu adalah dokter dengan banyak penghargaan, suamimu Ridwan adalah tentara, putra mu dokter ahli bedah dengan segudang prestasi, haruskan mendapat wanita seperti Gania, janda.. dari keluarga broken home, tidak jelas, mana mama sudi."
"Hentikan ma.. kenapa mama selalu melihat harta, tahta, dan sejenisnya, jika mama seperti itu terus kapan Nevan akan menikah?." nyonya Selly yang kesal dengan ucapan ibunya.
"Mama tidak melihat harta dan tahta, tapi nama keluarganya yang baik, wanita yang jelas."
"Lalu kenapa dulu mama juga melarang Nevan dekat dengan Laura anak petani, yang jelas-jelas keluarga baik-baik, kalau mama tidak memandang harta dan tahta?."
"Kenapa kamu jadi melawan mama? mama ini mama mu!."
"Sudah sayang.. sudah hentikan.. lebih baik kita keluar, biar kan mama istirahat, mungkin mama butuh istirahat." tuan Ridwan yang menyentuh puncak istrinya.
Nyonya Selly yang mendengar ucapan suaminya seketika langsung berjalan keluar begitu saja dari kamar nyonya Juwita, dengan di ikuti tuan Ridwan di belakangnya.
"Ingat ucapan mama.. kalian harus selektif dalam memilih menantu." teriak nyonya Juwita lagi, namun di abaikan oleh mereka berdua.
Saat nyonya Selly dan tuan Ridwan tiba di ruang tamu, mereka melihat jika Gania sudah beranjak dan berpamitan untuk pulang.
"Loh.. kenapa buru-buru sekali Gania?." tanya nyonya Selly.
"Iya tante.. maaf Gania harus segera pulang, karena ayah di rumah sendiri."
"Ya sudah.. kamu hati-hati ya di jalan, titip salam buat ayah."
"Iya tante, nanti Gania sampaikan."
Gania dan Nevan sudah masuk ke dalam mobil, dan tidak lama mobil pun melaju meninggalkan kediaman Nevan. Dari dalam mobil Gania melambaikan tangan ke arah kedua orang tua Nevan.
"Bagaimana.. mama dan papa terlihat senang kan saat kamu datang?." Nevan yang membuka pembicaraan, karena Gania hanya diam.
"Iya Van.. tapi sepertinya nenek mu tidak suka dengan kehadiran ku di rumah mu." Gania yang menoleh ke arah Nevan.
"Nenek ma sudah biasa seperti itu Gan.. kamu tidak perlu khawatir, sudah sifat nenek seperti itu, yang penting kan mama dan papa welcome sama kamu."
"Tetap saja Van.. nenek mu juga keluarga mu,.." Gania yang kini wajahnya mulai murung tidak seceria waktu berangkat ke rumah Nevan. "Memang yang di katakan nenek mu tadi benar, bahwa aku tidak pantas dengan mu."
"Gania.. aku tidak suka kamu berbicara seperti itu, lagian kan nenek belum mengenal kamu secara dalam, nenek memang seperti itu, dulu aku juga pernah Membawa seorang wanita ke rumah, tapi tanggapan nenek juga sama seperti kamu."
"Jadi dulu kamu pernah membawa seorang wanita ke rumah? berarti aku bukan satu-satunya yang ke rumah kamu, Van. Jadi aku salah satunya?."
Nevan yang mendengar ucapan Gania seketika tersenyum. "Iya dulu pernah, saat aku, kamu tinggal menikah, tapi kita tidak cocok, dan akhirnya putus di tengah jalan."
"Kenapa tidak cocok? apa karena tidak mendapat restu juga dari nenek mu?."
"Bukan..." jawab Nevan.
"Kalau bukan, terus apa penyebabnya tidak cocok?."
"Ya tidak cocok saja.. kita cukup berbeda, dari segi berpikir, dan tidak sejalan lagi, sudah jangan di bahas, aku tidak mau membahas masa lalu, yang aku inginkan sekarang masa depan." Nevan seketika menggenggam jemari Gania, dengan tangan kanan masih mengemudikan mobilnya.