Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rengekan Gala
Gala terus bersembunyi di balik tubuh Leon, sehingga keduanya sama-sama di serang oleh induk ayam. Hamzah mengambil beras dari dapur, dia mengalihkan perhatian induk ayam dengan beras tersebut sampai akhirnya bisa menjauh dari Leona dan Gala.
"Bara, huhuhu.. Sakiittt.." Rengek Gala memperlihatkan tangannya yang di cakar oleh induk ayam.
Geplak.
Leona memukul bahu Gala dengan keras, sumpah demi apapun dia sangat geli melihat ekspresi Gala yang clingy. Bara menghela nafasnya panjang, inilah resikonya jika Gala kembali pada jati dirinya sendiri, dia harus siap-sipa menghadapi setiap tingkah lakunya yang di luar prediksi.
"Ihh meni geuleuh Gusti, ogoan pisan jadi jalu teh."
(Ihh, geli banget Gusti , manja banget jadi laki). " Ucap Leona bergidik ngeri.
"Ini semua, gara-gara loe tahu enggak!" Tunjuk Gala tepat di depan wajah Leona.
"Lah, ngapain lu nyalahin gue Jamal." Kesal Leona seraya menyingkirkan telunjuk Gala dari wajahnya.
"Kok lu bawa-bawa nama Jamal sih? Nyalahin orang lain lu?" Sewot Gala.
"STOP!" Teriak Alea.
Gala dan Leona langsung mengunci mulutnya, jika di biarkan pastinya akan berlanjut sampai berhari-hari. Bara berjalan menghampiri Gala dan menarik tangannya, ia mendudukkan Gala diatas kursi kemudian mengambil kotak obat. Mutiara melanjutkan acara memasaknya yang sudah hampir selesai, Ajat ikut membantu Mutiara menyiapkan daun yang sudah di bersihkan oleh Leona.
Bara mengobati luka cakaran di tangan dan juga wajah Gala, sedangkan Leona di obati oleh Alea. Hamzah kembali saat ia berhasil menjauhkan induk ayam dari Leona dan Gala, ia membantu Mutiara dan Ajat menyiapkan semua lauk yang sudah siap di hidangkan.
"Kalian ini gak cape apa berantem mulu? Jangan berantem terus dong, nanti kalian jodoh loh." Tanya Alea sambil menggoda Leona dan Gala.
"Ogah!" Seru keduanya kompak.
"Maa Sya allah, kompak sekali calon couple kita ini." Ucap Alea semakin gencar menggoda keduanya.
"Berisik!" Seru keduanya lagi.
Bara dan Alea terkekeh mendengarnya, sedangkan Alea dan Gala mendengus kesal. Keduanya melemparkan tatapan sengit, entah mengapa mereka bisa di satukan dan di pertemukan di situasi yang menjengkelkan. Awalnya Leona tertarik dengan wajah Gala yang tampan, tetapi setelah mengetahui seberapa menyebalkannya pria itu, Leona segera menarik kata-katanya yang pernah bilang 'Menyukai Gala'.
Setelah selesai mengobati luka keduanya, Bara menarik tangan Alea untuk bergabung dengan yang lainnya. Akhirnya, acara makan-makan pun berlangsung tanpa ada drama lagi. Gala menatap makanan yang asing di pandangannya, ia mengambil makanan yang berbentuk bulat dan agak lonjong berwarna hijau, ia mencicipinya dengan menggigit ujungnya.
"Bau? Tapi enak." Gumam Gala.
"Suka peuteuy kak?" Tanya Ajat.
"Peuteuy tuh apa?" Tanya Gala penasaran.
"Yang di pegang sama loe itu namanya peuteuy kalo kata orang Bandung, kalo bahasa Indonesianya itu pete." Jelas Hamzah.
Gala membulatkan mulutnya membentuk huruf O, dia kembali mengambil petenya lalu melihat Ajat yang menikmati pete sambil mencocolkannya dengan sambel. Gala yang penasaran dengan rasanya pun mengikuti apa yang di lakukan oleh Ajat, ia membulatkan matanya karena ia baru merasakan hal yang belum pernah ia coba sebelumnya. Di atas nasi ada beberapa lauk diantaranya, kangkung, sambal, ikan asin, tahu, tempe, jengkol goreng, dan yang terakhir adalah pete. Menu sederhana itu membuat Bara dan yang lainnya makan dengan lahap, berbeda dengan Gala. Bara justru tertarik dengan jengkol, dia melihat Hamzah dan ketiga gadis di depannya begitu menikmatinya.
"Al, itu apa?" Bara menunjuk kearah jengkol yang di pegang Alea.
"Oh ini, ini jengkol kak? Emang kak Bara belum pernah liat atau makan ini?" Tanya Alea.
Bara menggelengkan kepalanya. " Belum pernah, bunda gak pernah masak jengkol." Ucap Bara.
"Cobain kak, enak kok." Ucap Alea.
Alea menyerahkan satu jengkol pada Bara, ia ingin Bara mencobanya. Bara menerima jengkol dari Alea, ia memasukkannya ke dalam mulut meskipun baunya sedikit menusuk, tapi Bara tidak mempermasalahkannya.
"Enak." Satu kata yang lolos dari mulut Bara.
"Jengkol sama pete tuh paling the best, kalo kalian suka
di rumah Ajat banyak." Ucap Ajat.
"Gue beli aja, lumayan buat oleh-oleh ke Jakarta." Ucap Gala.
"Nanti Ajat bawain kesini, cuman kalo petenya harus metik dulu." Ucap Ajat.
"Saya ikut boleh gak?" Tanya Bara.
Ajat menganggukkan kepalanya seraya mengacungkan jempolnya, mulutnya penuh dengan nasi saking laparnya.
Makan-makan pun selesai, sekarang giliran para gadis mencuci perabot yang sudah di pakai. Para pria membersihkan halaman rumah dan juga membuang daun pisang, sesekali Gala meringis kesakitan akibat ulah induk ayam.
*
*
Di sebuah bandara internasional, seorang wanita turun dari sebuah pesawat dengan gaya elegannya. Kacamata hitam bertengger menutupi matanya, kecantikannya membuat semua mata tertuju padanya. Dua pria berbadan kekar berjalan mendampinginya, mereka juga membawa barang bawaan sang majikan.
"Nona, mobilnya sudah siap." Lapor pengawalnya.
"Hmm, kita pergi." Ucapnya datar.
Sang pengawal pun berjalan mendahului majikannya, ia membukakan pintu mobil serta melindungi kepalanya agar tidar terbentur.
'Aku datang sayang, aku akan tetap menjadi takdirmu dan begitupun sebaliknya' Batinnya.
Wanita tersebut adalah Seora, dia datang dengan perut besarnya ke negara Indonesia. Senyum yang ia tampilkan begitu misterius, pengawal yang duduk di depan lebih tepatnya di samping supir pun mengernyitkan dahinya.
Mobil yang di tumpangi Seora melaju meninggalkan bandara, tampak Seora mengotak-atik ponselnya dengan senyum yang terus menghiasi wajahnya.
*
*
Malam Hari.
Bara tengah duduk di teras rumah, ia menikmati angin malam yang berhembus dengan pelan menyentuh kulitnya. Malam ini, adalah malam terakhir Bara tinggal di rumah yang memberikannya kenyaman dan ketenangan dari pekerjaan yang membuat kepalanya hampir pecah.
"Biar enak ngelamunnya." Ucap Alea duduk di samping Bara, ia meletakkan secangkir teh dan juga sepiring kue bolu buatannya.
Bara menoleh kearah gadis cantik yang memakai baju tidur hello kitty dengan rambut tergerai indah, melihat wajah Alea membuatnya semakin berat untuk meninggalkan kota Bandung.
"Kapan balik ke Jakartanya kak?" Tanya Alea seraya menatap kearah Bara.
"Besok, jam 4 sore." Jawab Bara.
Alea manggut-manggut mendengar jawaban Bara, ia mencomot bolu dari atas piring, lalu ia memakannya sedikit.
"Al." Panggil Bara.
"Iya?" Sahut Alea.
"Coba kita hadap-hadapan." Ucap Bara.
Alea lantas memutarkan tubuhnya menghadap Bara, ia menyilangkan kakinya sambil memakan bolunya dengan anteng. Bara membersihkan sisa bolu di ujung bibi Alea, bukannya membuang sisa makanan yang diambilnya, Bara justru memasukkannya ke dalam mulutnya sendiri.
"Ehh.. Ehh... Kok di makan?" Kaget Alea.
"Gapapa, rasanya lebih enak kok." Ucap Bara tersenyum.
Terlihat semburat merah merona di wajah Alea, ingin rasanya ia salto di hadapan Bara, namun ia sadar diri kalau perempuan harus menjaga imagenya di hadapan laki-laki.
"Alea." Panggil Bara.
"Iya kak?" Sahut Alea.
"Kamu udah punya pacar?" Tanya Bara tiba-tiba.
Hah?
Alea tersentak mendengar pertanyaan yang lolos dari mulut Bara, kenapa pria di hadapannya tiba-tiba bertanya seperti itu padanya.
"Enggak punya, bahkan belum pernah punya."Jawab Alea.
Bara tersenyum mendengar jawaban Alea, ia meraih tangan Alea dan mengusapnya lembut. Jantung Alea sudah berdetak tidak karuan, ia bahkan tak berani memandang Bara yang saat ini tengah tersenyum sangat amat manis.
'Waduh gila, jantung ini gimana? Kalo nanti dag dig dug terus kayak gini apa gak bikin mati? Aaaaa.. Mama, Alea gak mau mati muda' Batin Alea.