Sebuah surga impian yang baru saja dibangun terpaksa hancur karena kehadiran orang ketiga. Nadia Mustika Wijayanto harus menelan kenyataan pahit jika sang suami pulang dengan membawa seorang wanita yang merupakan madunya. Pernikahan yang dia kira sebagai surga, nyatanya berubah menjadi neraka. Nadia yang sedari awal tidak ingin dipoligami memutuskan untuk bercerai daripada harus berbagi hati dan suami.
Mengasingkan diri ke luar negeri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan menjadi pilihan Nadia setelah perceraian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sahabat lamanya tanpa sengaja. Devano Kazim Ravendra, pria dengan senyum lembut yang bisa membuatnya tertawa lepas setelah sekian lama.
***
" Terima kasih sudah menghancurkan surga yang aku impikan, Mas " ~ Nadia Mustika Wijayanto.
***
IG: gadis_taurus15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Taurus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Demam
Di pagi harinya, Devan terbangun dari tidurnya dengan kepala yang terasa sakit dan tubuh yang sangat lemas. Tangannya terulur menyentuh dahinya yang terasa sangat panas dan suhu tubuhnya yang cukup tinggi. Sepertinya Devan demam karena kehujanan tadi malam dan ditambah dengan tubuhnya yang memang sangat lelah.
Dengan seluruh kekuatan yang ada, Devan mencoba mendudukkan tubuhnya dan menyandarkannya pada sandaran tempat tidur. Kedua matanya terpejam sebentar merasa sakit di kepalanya yang semakin menjadi. Semua yang dilihatnya terasa berputar dan tubuhnya seperti terombang-ambing di laut lepas.
" Ya Tuhan, kepalaku pusing sekali! " gumam Devan memijat keningnya berharap rasa sakit di kepalanya sedikit berkurang.
Beberapa saat Devan terus melakukan itu membuatnya merasa lebih baik, walaupun sama sekali tidak mengurangi rasa sakit di kepalanya. Perlahan, Devan turun dari tempat tidur untuk pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya. Mungkin saja akan terasa segar jika air dingin mengenai wajahnya yang panas.
" Kenapa aku bisa demam seperti ini sih? Biasanya juga kehujanan tapi tidak apa-apa " keluh Devan terus berjalan menuju kamar mandi sembari berpegangan pada dinding kamarnya.
Bukan pertama kalinya sebenarnya Devan kehujanan seperti tadi malam, tapi tidak pernah sampai demam seperti ini. Apalagi hanya sebentar, tidak sepanjang malam hingga membuatnya sampai sakit. Tapi, kenyataannya kini tubuhnya tumbang karena guyuran air hujan yang sebentar itu.
Saat sudah berada di dalam kamar mandi, Devan berpegangan pada wastafel agar tubuhnya yang sedang lemas itu tidak terjatuh. Dia melihat cermin di hadapannya yang menunjukkan betapa pucat wajahnya saat ini dengan bibir yang kering dan sedikit pecah-pecah. Tidak bisa pungkiri wajahnya terlihat cukup menyedihkan dan Devan benar-benar sedang sakit.
" Aku benar-benar seperti mayat hidup " ucap Devan lalu segera mencuci wajahnya dengan air dari kran yang dinyalakannya.
Dinginnya air dari kran itu mampu membuatnya kembali menggigil tapi cukup menyegarkan wajahnya yang panas. Devan pun segera keluar dari kamar mandi dan naik ke atas tempat tidurnya.
" Ah, sekarang malah jadi dingin " ucap Devan kedinginan.
Devan membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut dan hanya menyisakan kepalanya saja. Dia berusaha untuk tidur kembali agar rasa dingin dan sakit di kepala yang dirasakannya menghilangkan saat dia bangun nanti.
***
Sementara itu di apartemennya, Nadia merasa tidak tenang dan khawatir memikirkan Devan. Pria itu sama sekali belum memberikannya kabar dari tadi malam hingga saat ini, padahal setiap pagi Devan selalu mengirimkan untuk menanyakannya jam kuliahnya agar mereka bisa berangkat bersama. Apalagi tidak lama setelah kepulangan Devan, kota Oxford diguyur hujan yang sangat deras, jadi kemungkinan besar pria itu kehujanan saat berada di perjalanan.
" Aduh, Devan kok belum ada kabar sih? " gumam Nadia yang sedari tadi tidak bisa diam.
Sedari tadi Nadia terus berjalan bolak-balik di kamarnya dengan sesekali memeriksa ponselnya dan menunggu kabar dari Devan. Dia sangat cemas dan takut jika Devan sakit atau terjadi sesuatu padanya. Setahunya juga, Devan itu tinggal sendiri dan tidak ada yang akan merawatnya seandainya sakit.
" Lebih baik hubungi Devan saja " ucap Nadia yang sudah tidak bisa menunggu lagi.
Nadia meraih ponsel miliknya yang tadi sempat dia letakkan di atas meja belajarnya dan menekan nomor Devan untuk menghubungi pria itu. Dia hanya ingin memastikan jika Devan baik-baik saja.
Tut, tut, tut.
Panggilan itu tersambung tetapi Devan tidak juga segera menjawabnya. Beberapa kali Nadia mencoba untuk melakukan panggilan telepon dan pada panggilan yang ketiga baru dijawab oleh Devan.
" Halo? Devan? " ucap Nadia saat Devan sudah menjawab panggilan telepon itu.
" Emm, halo, Nad! " sahut Devan dari ujung sana dengan suara yang terdengar serak.
Perasaan Nadia pun menjadi tidak enak dan semakin khawatir setelah mendengar suara dari Devan itu. Dia menjadi yakin jika memang Devan sedang tidak baik-baik saja dan mungkin sedang sakit.
" Van, kamu sakit? " tanya Nadia sangat khawatir.
" Jawab jujur dan jangan menutupi keadaan kamu dari aku " lanjut Nadia dengan tegas.
Nadia tahu jika Devan pasti akan menutupi keadaannya yang kemungkinan besar sedang sakit padanya karena tidak ingin membuatnya khawatir.
" Tidak, Nad. Aku cuma sedikit demam saja " jawab Devan pelan.
" Astaghfirullahaladzim, Devan! Itu bukan cuma, kamu sakit loh " ucap Nadia terkejut dan panik walaupun sudah menduganya.
" Aku tidak apa-apa, Nadia. Nanti juga akan sembuh sendiri, kamu jangan khawatir " jawab Devan berusaha menenangkan Nadia.
Meskipun Devan sudah berkata seperti itu, tetapi sama sekali tidak mengurangi rasa khawatir Nadia pada pria itu. Nadia malah semakin mengkhawatirkan Devan sedang sakit dan tidak ada yang merawatnya.
" Aku tidak bisa untuk tidak khawatir, Van. Aku akan ke rumahmu sekarang dan tunggu aku ya " ucap Nadia langsung memutuskan untuk ke rumah Devan.
Nadia juga segera mengakhiri panggilan telepon itu secara sepihak karena tahu jika Devan pasti akan melarangnya untuk datang. Dia akan tetap datang walaupun Devan melarangnya karena dia sangat mengkhawatirkan pria itu.
Kemudian, Nadia segera mengganti pakaiannya dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Devan. Dia juga akan meminta tolong Manda untuk menemaninya pergi ke rumah Devan karena dia tidak mungkin pergi sendiri. Selain karena tidak tahu jalan, Nadia juga belum pernah ke rumah itu dan hanya mengetahui alamatnya saja.
Ting, tong, ting tong.
Tidak butuh waktu lama, Manda keluar dari apartemennya setelah Nadia menekan bel di samping pintu.
" Man, tolong temani aku ke rumah Devan ya. Dia sedang demam dan tidak ada yang merawatnya. Aku sangat khawatir dan takut terjadi apa-apa padanya nanti. Temani aku ya, Man " ucap Nadia sebelum Manda sempat bertanya tujuannya.
" Baiklah, aku temani kamu. Tunggu sebentar ya, aku ganti baju dulu " jawab Manda yang terlihat cukup terkejut.
Nadia pun menganggukkan kepalanya dan membiarkan Manda untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Setelah Manda selesai berganti pakaian, mereka pun langsung pergi ke rumah Devan. Nadia mengatakan alamat rumah Devan dan mempercayakan semuanya pada Manda karena temannya itu yang lebih tahu daerah di sekitar sana. Dia hanya mengikuti langkah Manda yang membawanya pergi.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘