Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup Kapten Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'. Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
Disisi lain, kehidupan Letnan Auriga tak kalah sadis. Demi sang kakak dan juga sang istri membuatnya harus melawan pahit dan kerasnya dunia sekeras hati dan jiwanya hingga petaka besar datang mengubah seluruh hidupnya. Dalam kesepian hatinya, Tuhan mengirim Payung hitam penenang jiwanya.
KONFLIK TINGGI. SKIP bagi yang tidak cocok KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Sedikit ketegangan.
Suasana hening saat mereka semua bertemu, terutama Shita dan Lira yang masih saling membuang pandangan.
Bang Rilo dan Bang Bayu sigap meminta agar Shita dan Lira segera bermaafan namun agaknya para wanita ini masih teguh pendirian. Hanya Anriya saja yang seakan tidak memiliki 'beban hidup'.
"Sampai kapan kalian mau seperti ini???? Apa yang kalian harapkan dari si Priyadi???" Tanya Bang Bayu.
Bang Rilo mengusap puncak kepala Lira, ia mengarahkan agar istrinya meminta maaf lebih dulu.
"Saya minta maaf, jujur di hati saya tidak ada lagi nama Bang Priyadi."
"Tante pikir aku juga masih suka dengan Bang Priyadi???? Tidak..!!!!!!" Sambar Shita malas berdebat.
"Rendahkan suaramu, Shitaa..!!!!!" Tegur keras Bang Rilo karena suara Shita bisa menyakiti hati Lira.
"Jangan menakuti Shita..!!!" Bang Bayu pun tak kalah panas dengan suara Bang Rilo.
"Kalau kamu tidak mau aku membentaknya, jangan pernah membentak istriku..!!!" Ucap tegas Bang Rilo.
"Duduk semua..!! Nggak usah tarik urat leher..!!" Ujar Bang Riga sambil menyuapi Anriya yang mulai susah makan.
Akhirnya Bang Bayu dan Bang Rilo kembali duduk tenang. Mereka menatap wajah istri masing-masing.
"Mau saya bawakan parang?????" Bang Riga balik menegur istri kedua Abangnya.
Tidak ada satupun dari Lira ataupun Shita yang berani menjawabnya, jika bukan Anriya orangnya mungkin saja tidak ada wanita yang berniat mendekat pada Bang Riga karena galaknya pria yang kini menjadi suami Anriya.
"Kalian sudah bersedia bahkan sah menjadi istri Kapten Rilo dan Kapten Bayu, apa kalian ingin terus memikirkan laki-laki lain???? Itu sama saja dengan perselingkuhan..!!!!!!!!"
Mendengar perkataan Bang Riga, Lira dan Shita menunduk terdiam. Kini mereka menyadari jika perbuatan mereka yang entah di sadari atau tidak telah melukai perasaan Bang Rilo dan Bang Bayu.
"Maaf..!!"
"Ma_af..!!" Kata Lira takut.
"Sudah, Rig..!!! Biar Abang saja yang nasihati. Mereka baru saja lepas dari jerat setan, butuh waktu untuk tenang apalagi kami masih adaptasi." Jawab Bang Rilo.
"Adaptasi tapi hamil, repot juga penjelasannya." Bang Riga sampai terbawa sensitif karena ulah kedua istri seniornya.
"Kau jangan campur aduk urusan 'yang begitu', Rig. Tidak ada asap kalau tidak ada api. Istri hamil salah satunya karena suami yang menginginkannya."
Anriya yang lembut mengusap dada bidang Bang Riga. "Sabar, Abaang.. jangan marah-marah..!!"
Bak kerbau di cocok hidungnya, Bang Riga tersenyum dan menurut perkataan Anriya. "Iya, sayang..!! Abang nggak marah." Jawab Bang Riga dengan senyum tampannya.
Kelakuan Bang Riga membuat kedua seniornya menjadi gemas sendiri. Kini nampak sudah wujud asli seorang Riga jika sudah bertemu wanita namun siapa sangka sikapnya itu malah semakin menjadi.
Senyum Bang Riga seakan berbanding terbalik dengan sikapnya yang kasar, kaku, dingin dan terkenal galak bagi kebanyakan orang.
Fokus mereka kembali pada Lira dan Shita. Suasana hening sejenak. Bang Riga ikut membuang nafas panjang.
"Terserah kalian saja, kalau kalian merasa ribut memang jalan yang terbaik, silakan..!! Itu hak kalian. Tapi ingat, sekarang di atas kepala kalian sudah ada nama suami kalian. Baik dan buruknya tergantung kalian yang menjalani." Ucap tegas Bang Riga kemudian menggandeng tangan Anriya agar bisa menjauh dari Bang Rilo dan Bang Bayu.
"Kemana, Bang??" Tanya Anriya.
"Ayo lahh.. ikut Abang saja..!!" Kata Bang Riga.
"Sudah ada yang meninggal ya Bang?" Tanya Anriya.
"Astaghfirullah hal adzim..!!!" Bang Riga sampai mengusap wajahnya karena terlalu syok mendengar pertanyaan istri polosnya. "Bisa-bisanya kamu mengharapkan orang meninggal..!!!!!!"
Bang Rilo dan Bang Bayu pun ikut beristighfar mendengarnya, bumil Letnan Auriga memang di luar prediksi.
Anriya menunduk tidak berani menatap wajah Bang Riga yang masih menatapnya.
"Pamali ndhuk, ora ilok..!! Yang lain saja ya, Abang belikan." Bujuk Bang Riga.
"Ya sudah.. Anri ngerti, Bang. Anri nggak jadi minta nasi dari 'orang meninggal', Anri pengen berkebun aja." Kata Anriya.
"Alhamdulillah, Abang siapkan alat berkebunnya." Senyum Bang Riga merespon permintaan sang istri. "Mau berkebun apa, sayang?"
"Rumput laut." Jawab Anriya.
"Eehhm.. nggak sekalian ternak hiu, dek?" Gumam Bang Riga sembari mengecup kening Anriya dengan sayang bercampur gemas.
.
.
.
.
