NovelToon NovelToon
Cinta Suamiku Untuk Siapa?

Cinta Suamiku Untuk Siapa?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:29.6k
Nilai: 5
Nama Author: Little Rii

Sebenarnya, cinta suamiku untuk siapa? Untuk aku, istri sahnya atau untuk wanita itu yang merupakan cinta pertamanya

-----
Jangan lupa tinggalkan like, komen dan juga vote, jika kalian suka ya.
dilarang plagiat!
happy reading, guys :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Rii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lampu tidur

Diana baru saja tiba di rumahnya dalam keadaan kacau. Sontak penampilan kacaunya itu, menarik perhatian orang-orang di rumah.

"Kamu kenapa, Di?" tanya bu Sinta, ibunya Diana. Diana tidak menjawab dan memilih menangis dipelukan sang ibu. Hatinya benar-benar sakit, karena secara tidak langsung, hubungannya dengan Aryan benar-benar berakhir.

"Ya Allah, tangan kamu, Di! Kamu kenapa?" tanya bu Sinta panik.

"Iyan, ma, Iyan gak peduliin aku lagi. Aku sampai berdarah gini, dia tetap gak peduli," jelas Diana menangis histeris. Bu Sinta pun mengelus lembut punggung putrinya itu.

"Mungkin dia bukan jodoh kamu, Di. Gak papa, lupain ya. Masih banyak laki-laki,...

"Enggak, ma! Kalau mama nyuruh aku lupain Iyan, mendingan aku mati aja!" potong Diana tak terima.

"Di,...

"Jangan ganggu aku!" Diana pun memilih masuk ke kamar, meninggalkan sang ibu yang masih khawatir.

Di dalam kamar, Diana terus menangis, sembari memegang fotonya dan Aryan semasa mereka berpacaran.

"Aku gak bakalan ikhlas, Iyan! Sampai matipun aku gak bakalan ikhlas!" teriak Diana memecahkan bingkai foto itu, lalu lanjut menangisi nasibnya yang kurang beruntung.

Di sisi lain.

Aira duduk diam di dekat kolam, sembari menatap ikan-ikan yang berenang kesana-kemari. Matanya mengantuk, tapi ia malas ke kamar, karena suaminya ada di sana.

Hatinya sudah cukup kecewa, untuk kembali bersikap biasa-biasa saja.

"Non, mau makan apa siang ini?" tanya bu Imas menghampiri Aira yang tengah melamun.

"Eum, gulai ayam boleh, bu?"

"Boleh, ayam kampung tapi, soalnya non kan alergi ayam potong."

"Iya, gak papa, bu."

"Sayurnya apa? Harus makan sayur loh."

"Yang cocok aja deh, bu. Lagi malas banget mikir," jawab Aira tertawa pelan. Bu Imas pun mengangguk mengerti, lalu pamit untuk pergi ke dapur.

Sepeninggalan bu Imas, Aira kembali merenungi nasibnya yang tak karuan.

Saat tengah melamun, ada suara salam dari luar. Aira pun segera memakai jilbab yang ia pegang dan berjalan menuju pintu.

"Wa'alaikumussalam, " jawab Aira setelah membuka pintu.

"Kakak ipar, ada Aryan gak di dalam?" tanya Rian sembari tersenyum ramah. Aira pun mengangguk dan hendak memanggil Aryan, namun suaminya itu ternyata sudah ada di belakangnya.

"Nongol juga nih manusia, cepet keluar atau kita yang masuk."

"Masuk aja, di luar panas banget," sahut Aryan mempersilahkan teman-temannya itu masuk. Ada Danu, Rian dan tentunya Ibra.

"Tolong bilang sama bu Imas untuk buatin minum," pinta Aryan pada Aira. Aira pun mengangguk pelan, lalu pergi menemui bu Imas.

"Yan, laptop lo mana? Gimana mau diskusi usaha, kalau lo aja gak ada laptop," seru Danu. Aryan pun langsung tersadar dan pamit mengambil laptop terlebih dahulu. Hari ini mereka akan mendiskusikan masalah usaha yang akan mereka bangun, di pantai yang tidak lama lagi akan resmi di buka untuk umum.

Inilah salah satu manfaatnya pertemanan mereka, mereka sangat gemar membuka usaha, meski memiliki profesi yang berbeda-beda.

Setelah mengambil laptop, Aryan dan yang lainnya pun mulai berdiskusi.

"Jadi, anggarannya kurang berapa juta lagi?" tanya Ibra sembari mengetikkan pengeluaran mereka untuk modal usaha. Di sini, ia berposisi sebagai bendahara.

"Sekitar 7 juta lagi, " jawab Aryan.

"Maaf, ini minumnya," seru Aira membantu bu Imas membawakan minuman untuk Aryan dan teman-temannya.

"Ya Allah, kakak ipar, kenapa repot-repot bantu bawa minum. Kan ada yang lain," seru Rian membantu meletakkan minuman ke atas meja.

"Yang lain lagi sibuk masak, soalnya."

"Makasih banyak ya, kakak ipar. Semoga sehat selalu, sama baby-nya, " ujar Danu membuat Aira tersenyum dan mengangguk.

"Oh ya, kami bawa sesuatu loh buat kakak ipar. Ibra, mana?"

Ibra yang dipanggil pun langsung tersadar dari tatapannya ke Aira dan langsung mengambil paper bag di sampingnya.

"Ini," ujar Ibra memberikan paper bag itu pada Rian, karena posisi Aira lumayan dekat posisinya dengan Rian.

"Untuk aku?" tanya Aira dengan wajah terkejut.

"Iya, untuk kakak ipar." Aira pun menerima paper bag itu dengan senang hati, lalu mengucapkan terima kasih.

Setelahnya, Aira pamit masuk ke kamar.

"Lo kenapa, Yan? Gak seneng karena kita ngasih sesuatu ke istri lo?" tanya Danu sedari tadi memperhatikan Aryan yang diam dan seperti kesal.

"Gak kenapa-kenapa, makasih banyak ya," sahut Aryan kembali menatap laptop-nya, namun sesekali melirik ke arah Ibra yang masih tersenyum tipis.

"Ck!"

Di dalam kamar, Aira membuka pemberian dari teman-teman suaminya. Ternyata ada satu kotak kue kering dan kartu ucapan, satu lampu tidur cantik berwarna biru dan satu set produk perawatan untuk ibu hamil.

Aira tersenyum antusias melihat itu, karena ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan hadiah dari orang lain.

Aira pun meletakkan set perawatan ibu hamil ke meja riasnya, lalu meletakkan lampu tidur di atas nakasnya. Setelah itu, Aira memakan satu potong kue kering yang ternyata sangat enak. Mungkin karena mahal ya, makanya enak. Tadinya mau satu potong aja, eh malah keterusan.

Beberapa jam kemudian. Aira baru saja selesai shalat Dzuhur, ia pun duduk di sofa, sembari menatap lampu tidur pemberian entah siapa itu.

Kalau ia nanti ke luar rumah, ia akan membeli juga lampu tidur seperti ini. Aira sudah tidak sabar menunggu malam, supaya bisa melihat lampu yang ada bunganya ini bercahaya.

Pintu kamar terdengar di buka, Aira menoleh sebentar ke arah suaminya, lalu kembali melihat lampu tidur di tangannya.

"Mereka ngasih apa ke kamu?" tanya Aryan setelah meletakkan laptop-nya. Ia penasaran, apa yang diberikan teman-temannya, terutama yang diberikan Ibra.

"Tadi ada kue kering, set perawatan bumil, sama lampu mini ini," jelas Aira tanpa menatap suaminya. Aryan pun menatap lampu berukuran kecil itu, lalu berdecak kesal.

"Dari Ibra?" tanya Aryan menatap jengkel lampu berwarna biru yang dipegang Aira.

"Gak tau, gak ada namanya."

"Iya, itu dari Ibra. Dia suka koleksi lampu tidur berbagai bentuk, apalagi warna biru," sungut Aryan kesal.

"Terus kenapa kalau dari mas Ibra?" tanya Aira dengan kening yang berkerut.

"Jangan panggil dia mas!"

"Terus manggil apa?" tanya Aira semakin bingung. Kenapa suaminya jadi marah-marah tak jelas.

"Panggil nama dia aja, jangan pakai embel-embel!"

"Gak bisa gitu dong, mas, kan mas Ibra itu orang yang lebih tua. Lagipula panggilan mas itu kan gak ada yang spesial sampai bisa disalahartikan," ujar Aira dengan perasaan kesal.

Ia yang tadinya merasa senang, kini malah jadi kesal karena suaminya.

"Buang lampunya!" titah Aryan semakin membuat Aira kesal.

Apa-apaan suaminya ini?

"Kenapa di buang? Ini pertama kalinya aku dapat hadiah dari orang yang bahkan gak ada hubungannya sama aku. Bahkan suami aku aja gak pernah ngasih kayak gini. Ngapain mas nyuruh aku buang? Sesusah itu kah ngeliat aku bahagia?" keluh Aira memilih berdiri dan meninggalkan Aryan yang masih terdiam mematung, di kamar.

"Ck." Aryan kembali berdecak kesal, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

Bukan, bukan itu maksudnya tadi.

Aira duduk di depan teras, sembari meminum air kelapa muda, untuk meredakan stres-nya. Hari ini benar-benar kacau sekali.

Ia menatap ke arah pintu, saat suaminya keluar dari rumah. Suaminya melewatinya lalu pergi naik mobil dan melajukan kendaraan roda empat itu, meninggalkan pekarangan rumah.

"Paling mau ketemu Diana lagi," gumam Aira menatap ke arah lain. Seketika hatinya kembali rapuh dan penyebabnya tetaplah orang yang sama.

Malam harinya.

Aira menatap lampu hias kecil di atas nakasnya. Saat ia tengah menikmati keindahan cahaya lampu itu, suaminya datang lalu mengambil lampu hias yang diduga pemberian Ibra.

"Mas!"

"Yang ini aja," ujar Aryan meletakkan lampu tidur yang sama, tapi berwarna hijau, di atas nakas.

"Yaudah, dua-duanya di sini aja, biar cantik."

"Gak! Saya beli juga warna kuning, merah, merah muda. Kamu liat yang itu aja, yang satu ini buang aja!" sahut Aryan meletakkan lagi lampu hias yang sama, dengan berbagai warna.

Lah?

"Jangan di buang! Itukan hadiah dari orang," ucap Aira ingin merebut kembali lampu mini berwarna biru itu.

"Kamu liat yang ini aja, yang satu ini di ruang ganti aja." Setelah mengatakan itu, Aryan membawa lampu tidur pemberian Ibra, lalu meletakkannya dalam lemarinya.

Aira pun menatap lampu yang di berikan suaminya, lalu tersenyum tipis.

Apa suaminya cemburu?

Ah, terlalu jauh menyimpulkan ke arah sana.

"Bagusan warna biru, mas," seru Aira saat suaminya sudah keluar dari ruang ganti.

"Saya suka warna hijau, jadi bagusan warna hijau."

"Tapi,...

"Saya udah beli buat kamu, tolong hargai."

"Yaudah deh. Makasih ya, mas."

"Hm."

1
Daulat Pasaribu
lanjut Thor setia menanti,novelnya good
Daulat Pasaribu
jgn luluh Aira,biar tau rasa si aryan
Daulat Pasaribu
semoga aja kau menyesal aryan
Daulat Pasaribu
Gilak si Aryan Uda punya bini pun masih perduli Ama mantan
Asmaul Husna
kok ngk lanjut ceritanya
Yati Syahira
semoga selamat duaduanya ibu dan debay
Asmaul Husna
ceritanya seru
bahasanya jga enak di baca
Agil Saputra
bagussekali ceritanya
Uti Enzo
Luar biasa
Uti Enzo
aku kira beneran ternyata cuma mimpi
Uti Enzo
dasar plin plan
sryharty
gengsi aja yg kamu gede in ar ar kamu ini
AriNovani
Semoga sehat selalu kakk /Heart//Heart/
Tijanud Darori Tiara
sehat selalu ya KK author,,
Suci Dava
Syafakillah kak Author
sryharty
bagus ceritanya
sryharty
semoga sehat selalu ka,,bait up nya juga rutin lagi
Umi Kulsum
ko udah habis SE thor
Umi Kulsum
lanjut dong thor
Azalia Azalia
ceritanya tdk bertele2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!