Tragedi yang menakutkan,,,membuatku sadar akan kasih sayang Orang Tuaku...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. M yanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ruang kosong
Aku seperti berjalan tanpa tahu arah, hanya mengikuti cahaya yang bersinar terang.
Suara panggilan ibu jelas menggema di telinga, sampai akhirnya aku mengikuti suara yang begitu aku rindu.
Ibu inikah yang disebut Doa seorang ibu yang mampu menembus langit ke Tujuh?
Aku sedang berada di ilusi yang tak berpenghuni, namun suaramu hadir untuk menentukan Arah untukku pulang.
******
" Nak bangun nak,, ini ibu ? " Suara tangisan ibu sungguh menyayat hati.
Tapi kenapa tubuhku tidak bisa ku gerakkan, padahal jelas aku merasakan sentuhan dari ibu, jelas dengan samar aku mendengar tangisan ya.
" Bagaimana ini pak? anak kita belum sadar juga? " ibu bersandar di dada bapak yang sama halnya merasakan perih di hatinya.
" Sabar bu,kita banyak berdoa saja! " kata bapak yang berusaha menenangkan ibu.
Aku mendengar percakapan mereka namun mataku terasa berat untuk aku buka, tubuhku seakan terkunci tidak bisa aku gerakkan.
Suara langkah kaki terdengar jelas mendekat ke sisi kirikku.
Dan menyentuh tanganku,
" Arr, bangun ar jangan seperti ini lagi, aku takut, kamu akan meninggalkanku, jika suatu hal terjadi padamu itu sama saja kamu membunuh hatiku" Ku dengar Noval mengatakan sesuatu yang sulit aku pahami.
Ingin rasanya aku membalas ucapanya namun tetap saja mataku tidak mau terbuka bibirku seakan tertutup rapat.
" Sus, kenapa anak saya belum bangun juga? " terdengar suara ibu yang mempertanyakan perihal keadaanku.
" Mungkin efek biusnya belum hilang bu, dan karna pasien mengalami kehilangan banyak darah jadi dia belum sadar, tunggu saja sampai darah di kantong ini habis " ucap suster yang menerangkan kondisiku.
****
Malam semakin larut tak terdengar lagi orang berbicara mungkin sudah tidur pikir ku.
Namun di keheningan malam aku mendengar suara ibu yang bertakbir, mungkin ibu sedang sholat.
Setelah selesai sholat ibu melanjutkan melantunkan Ayat suci Al_Quran.
Suara yang begitu merdu dan menyejukkan sampai ke relung jiwaku yang terdalam.
Sedikit demi sedikit tanganku bisa aku gerakkan dan mataku mulai mau untuk dibuka.
Orang yang pertama ku lihat adalah ibu yang sedang mengaji.
" Ibu...? " dengan suara lirih aku panggil nama ibu.
Ibu langsung berlari ke arahku, namun aku merasakan berbedaan aku tak bisa mendengar suara ibu dengan jelas.
Telingaku juga begitu amat sakit, ku lihat di sprei sebelah kanan masih banyak darah, ku sentuh bagian belakang rambutku betapa terkejutnya aku,
Rambutku yang indah dan panjang sudah tidak ada lagi, yang ada hanyalah perban yang menutupi setengah kepalaku dan telingaku.
Aku menangis dengan begitu pilu, cobaan yang datang bertubi-tubi ini membuatku lelah.
" Kenapa nak, apa ada yang sakit? "tanya ibu.
Aku mengangguk membenarkan pertanyaan ibu, yang memang telinga dan kepalaku sakit sekali.
" Bentar ibu panggil Dokter dulu.! "Ibu pun pergi meninggalkan ku, untuk memanggil Dokter yang berjaga.
Dokter datang menghampiriku untuk mengecek kondisiku yang masih lemas dan belum bisa mengangkat kepalaku.
" Apa yang masih dirasa? " tanya Dokter kepadaku.
Aku memegang kepala dan telingaku memberitahukan bahwa itu sangat sakit.
" Disini Sa.. sakit Dok" Jawabku yang masih terdengar lemas.
" Tidak apa-apa nanti setelah di obatin juga bisa sembuh dek" ujar Dokter.
Namun perbedaan yang kurasakan adalah aku hanya bisa mendengar dengan lirih suara itu, tapi urung ku beritahukan karna aku tidak ingin melihat ibu khawatir lagi
Dokter meninggalkan aku dan keluargaku setelah selesai mengecek kondisiku.
*****
Pagi datang menyapa, sinar matahari yang berhasil menembus cela- cela jendela menyinari wajahku, sehingga membuatku terbangun.
Aku mencari ibu namun tidak ada, mungkin ibu sedang membeli sarapan, aku mencoba untuk duduk walau kepalaku masih terasa berat aku paksakan agar aku bisa duduk.
Di ruangan yang ada pasien lain aku mengamati mereka, ku lihat bibir mereka bergerak namun terdengar lirih di telinga kiriku.
Aku melihat keluar jendela yang ramai lalu lalang orang lewat.
Tak terasa air mataku menetes dan semakin deras.
Aku merasa hati, jiwa dan pikiranku seperti RUANG KOSONG.
Aku menangis dengan menahan suaraku agar tidak di dengar orang lain.
Setelah ku lihat ibu yang datang menghampiriku aku mengusap air mataku.
" Anak ibu sudah bagun? " dengan senyum yang begitu hangat ibu mengelus pipiku.
Aku hanya bisa membalas dengan senyuman untuk menutupi kepedihanku.
*****
Note...
Ruang Kosong itu seperti kita berada dalam keramaian namun kita tidak bisa merasakan bahwa kita hadir disana dan juga sebaliknya mereka tidak bisa memasuki ruangan itu.
Walau tempat terbuka lebar, namun hati terasa sepi.
karna aku baca marathon, kusatuin aja ya 10 🌹+5☕
ditunggu season 2 nya yookk bisa yookk 🔥🔥