Berawal dari pernikahan yang dipaksakan dan berujung rumah tangga yang di hancurkan oleh pelakor...
Apakah Anita akan menangis dan merebut kembali suaminya??
Ohh.. tidak harga diri itu penting menurut Anita jika memang suami nya lebih memilih pelakor itu yaa serahkan saja itung-itung membantu orang yang tidak mampu mencari mendamping hidupnya. Dan memberikan barang bekas nya pada orang lain selagi masih bisa di manfaatkan kenapa tidak?
Agar tak mubazir ucap Anita.
Jahat memang mulut Anita mengatakan jika suaminya adalah barang, tapi dengan begitu ia tau apa saja yang di lakukan suaminya di luaran sana.
Apalagi soal selingkuh dan KDRT yang pernah di lakukan oleh suaminya semakin membuatnya yakin untuk menyumbangkan suaminya itu kepada orang yang lebih membutuhkan.
Dan kalau dipikir selingkuh itu macam penyakit yang tak ada obatnya selain mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby
****
Setelah malam di mana Ardi menyatakan perasaan nya pada Anita.
Semua di rasa berubah oleh Anita.
Bagaimana tidak berubah?
Pagi siang sore malam ada yang ngingetin makan kok yaaa...
Tidak terasa sudah sebulan Anita bekerja di toko elektronik ini.
Disini dia banyak teman dan ternyata Ibu penjaga toko kemarin ialah bosnya.
Mendapat teman-teman baru sungguh hal yang menyenangkan bagi Anita, apalagi ia yang paling muda di antara teman kerjanya.
Breeeeessss.....
Ini suara hujan ya...
Hujan malam ini sungguh lama sudah sejam lebih hujan tak kunjung reda.
Anita bingung bagaimana ia bisa pulang jika hujan tak kunjung reda, dan lagi ini sudah pukul 10.30 malam.
Dalam lamunan Anita di kejutkan oleh sebuah tepukkan di bahunya.
"hayooo... Ngelamunin apa tuh..."
Ucap Diky yaa Diky teman kerja Anita yang belum juga pulang menunggu berhentinya hujan.
"ehh.. Kakak bikin kaget ajah..."
Ucap Anita.
"kakak belum pulang? Tanya Anita.
"lah kamu nga liat apa hujan deres begini, kalo di suruh nekat ogah lah dingin ngak ada yang angetin maklum jomblo." ucap Diky
Jam sudah menunjukan pukul 11.30 sedangkan hujan masih turun dengan derasnya.
"ehhh... Udah nga begitu deras nih hujan nya.
Mau coba nekat pulang nga? Udah malam banget nih soal nya kasian kamu cewek."
Ucap Diky.
"iya deh kak dari pada ntar hujan nya tambah deras. Ucap Anita.
Kedua nya sedang bersiap untuk pulang Diky sudah men stater motor nya Bruuuuum...
Sedangkan Anita masih mengunci pintu toko.
Setelah selesai mengunci pintu Anita bergegas untuk men stater motornya.
Namun setelah sekian lama di stater Diky pun juga sudah berupaya membantu tapi motor Anita seakan tak mau di ajak pulang.
"gimana nih nit? Motor lu kedinginan nga mau nyala. Apa tinggal di sini aja gue anter lo pulang. Ucap Diky yang sudah setengah mengantuk apalagi ini cuacanya dingin.
" bentar ya kak aku mau chat cowok aku dulu. To Ardi :: Kak maaf aku pulang bareng kak Diky karna motor aku mogok, aku udah telepon kakak tapi kakak nga angkat kakal dah tidur ya? Send.
"udah yuk kak cuss... " ucap Anita.
Setelah berjarak beberapa ratus meter motor yang di kendarai Anita dan Diky di stop orang, dan Anita terlihat mengenal postur tubuh lelaki itu.
Bugh.. Bugh.. Bugh..
Diky yang tak siap pun mendapatkan bogem mentah dari Ardi.
Itu Ardi entah dari mana mau kemana dia, tanpa bertanya apa pun main pukul.
"ahhh... Kak stop kak." ucap Anita seraya memegangi tangan Ardi.
Pandangan mata Ardi ber alih pada Anita tatapan mata tajam menusuk.
"kamu jangan coba-coba selingkuh ya.
Siapa dia kenapa kamu boncengan berdua tengah malam begini?"
Ucap Ardi geram dengan tangan yang sudah mencengkram kuat rahang Anita.
"ahh.. Sakit kak. Aku nga selingkuh, aku udah kasih tau kakak kalo aku pulang bareng kak Diky karna motor aku mogok." Ucap Anita sambil menahan sakit akibat cengkraman tangan Ardi.
"kenapa kamu nga telepon aku hah??
Kamu malah milih pulang dengan laki-laki lain, padahal kita masih pacaran.
Mau kamu apa ta?
Ucap Ardi dengan suara menggelegar tak kalah dengan suara gemuruh yang menyertai rintikan hujan.
" aku sudah coba telepon kakak udah berkali-kali, aku pikir kakak sudah tidur.
Aku yang minta tolong ke kak Diky buat bareng pulang nya aku cewek kak nga mungkin aku pulang sendiri apalagi ini tengah malam. Dan lagi mana ponsel kakak ?
Kenapa dari sore aku chat kakak nga ad balas? Kakak sibuk apa?
ucap Anita menjelaskan semuanya.
Ardi yang mendengarkan dan berpikir benar juga apa yang di katakan oleh Anita.
Dan masalah ponsel...
Ahhh... Iya dia melupakan nya. Ponselnya ad di atas tempat tidur, ia lupa membawa nya saat keluar bersama teman nya, untuk melihat motor modif hasil karya temannya.
"maaf..." Cicit Ardi.
"hah...?" Anita melengos dan tersenyum miring, ia tidak menyangka lelaki yang di sayanginya tega untuk memfitnah nya dan lagi memukul Diky tanpa meminta penjelasan.
"bro maaf aku khilaf. Ucap Ardi kepada Diky.
Diky yang sangat kesal tak membalas ucapan Ardi.
Sekarang niat nya adalah pulang mengobati luka nya dan tidur.
Ia sudah lelah bekerja seharian pulang kehujanan plus kena tempeleng orang tidak di kenal di tengah malam pula.
Sungguh malang nasib mu Diky.
Diky bangkit dari jongkok nya mengarah ke motor yang rebah dan belum sempat ia berdiri kan sambil menyalakan mesin motornya untuk bergegas pulang.
"aku titip Anita antarkan dia pulang." ucap Ardi.
"hah...??? Diky dan Anita kompak mengatakan hal yang sama.
" kamu ikut dia pulang ya, aku masih ada urusan. Nanti aku telepon." ucap Ardi dengan entengnya seraya menggandeng tangan Anita mendekatkan ke motor milik Diky.
Diky yang sudah mood nya benar-benar hancur tak berniat menjawab setiap kata-kata Ardi, ia hanya menunggu Anita naik ke motor yang sudah ia nyalakan mesin nya.
Anita pun hanya menuruti permintaan Ardi.
Ia naik keatas motor Diky dan Diky pun menjalankan motornya.
Hening....
"dah sampe.." ucap Diky.
"makasih banyak ya kak. Maaf gara-gara cowok aku muka kakak jadi jelek."
Ucap Anita menahan tak enak hati dan membendung air mata yang nyaris jatuh, karna rasa tak enak hati pada teman kerja yang baru sebulan itu.
Alis Diky mengkerut.
"kenapa kamu nangis? Yang di pukul aku kok.
Udah ya nga usah nangis, aku nga papa kok. Dikompres air dingin udah sembuh kok."
Ucap Diky menenangkan Anita seraya tangan nya menghapus jejak air mata milik Anita yang sudah jatuh.
"beneran ngak papa kak?
Kakak masih mau berteman sama aku kan?"
Ucap Anita sambil menangis.
Diky yang melihat Anita menangis dan berkata seperti itu malah terkekeh.
"ngapain kamu ngomong begitu?
Ini loh salah pukul aja.
Sudah sana masuk, jaket kamu basah ntar masuk angin.
Aku langsung ya."
Ucap Diky dengan mengulurkan tangan nya mengusap rambut basah milik Anita.
Dengan berat hati Anita hanya mengangguk pelan dan menyeret kakinya menjauhi tempat dimana tadi ia dan Diky berbicara.
Sedangkan Diky langsung menyalakan mesin motornya dan bergegas pulang.
****
Sudah seminggu sejak kejadian malam itu.
Diky absen tak masuk dengan alasan ada acara keluarga.
Anita yang masih merasa tak enak hati pada Diky, karena Ardi yang main pukul tanpa meminta penjelasan itu pun hanya menghela nafas dan bergumam "kamu dimana kak?" yang hanya di dengar oleh telinga nya sendiri.
Sedangkan ia tak mau bercerita dengan teman satu kerjaan nya, karena tak mau manjadi masalah besar.
****
Hari minggu telah tiba hore-hore....
Hari ini weekend bener begini kan tulisannya.
Hari ini Anita libur dan memutuskan untuk jalan ke rumah Ardi karna setelah kejadian itu, sikap Ardi padanya acuh tak acuh di tambah Ardi pun los contacts dengan nya.
"Assalamualaikum..." ucap Anita.
"walaikumsalam." jawaban dari dalam rumah menandakan ada nya orang di dalam rumah itu. Tak lama terdengar kunci pintu di buka.
Dan betapa terkejutnya Ardi melihat siapa yang datang, dengan mata melotot hampir lepas dari tempatnya.
Dengan susah payah Ardi meneguk liur dan berusaha membuka mulut untuk berbicara.
"ka-kamu disini ta?" ucap Ardi gugup.
Dan itu tak lepas dari pandangan Anita.
Melihat ada gelagat yang aneh dari pacarnya ini, tanpa di komando Anita langsung meringsek masuk dan duduk di kursi kayu di ruang tamu itu.
"iya .. Kenapa? nga boleh ya aku main ke rumah pacar aku?." ucap Anita.
"bo-boleh kok, tapi kenapa kok nga telepon duku kalo mau ke rumah?." ucap Ardi dengan gelagat macam maling ketangkap warga.
"emang nya harus telepon dulu ya?
Aku udah telepon, tapi kamu nga angkat.
Mana ponsel kamu ? Aku pinjam."
Ucap Anita dengan megadahkan telapak tangan meminta ponsel milik Ardi untuk segera di serahkan ke tangan nya.
"a-ada kok kamu mau buat apa?
Ponsel aku nga ada apa-apa nya kok.
Aku nga macem-macem." cicit Ardi.
"Lah kenapa kok malah ngomong begitu, pasti ada yang ngak beres." gumam Anita di dalam hati.
"mana ?? Ucap Anita sambil terus memajukan telapak tangan nya di depan Ardi.
" sebentar aku ambil dulu.
kamu diem disini ya." ucap Ardi sambil melangkah kan kaki masuk ke dalam rumah, dengan tujuan mengambil ponselnya yang di minta oleh Anita.
"nih... " ujar Ardi sambil menyerahkan ponsel milik nya ke tangan Anita.
Melihat itu Anita dengan senang hati menerima ponsel Ardi.
"tamunya nga di bikinin minum yangg??"
ucap Anita seraya mengelus tenggorokan nya.
"ck... Iya sebentar." dengan malas Ardi bangkit dari duduk nya menuju dapur untuk membuatkan minuman Anita.
Anita meng utak-atik ponsel Ardi, sekilas tidak ada yang mencurigakan. Sampai akhirnya.
Tiiing...
Bunyi notif pesan masuk di ponsel Ardi, dan langsung terlihat di layar ponsel Ardi.
Melihat Ardi yang tak kunjung datang Anita ber inisiatif untuk melihat siapa yang mengirim pesan pada pacarnya.
Pesan dari nomor contacts yang di beri nama Baby.
Anggap ajalah panggilan mesra ya.
Anita yang makin penasaran membuka pesan tersebut.
Baby (yang ntar malam jadikan kita jalan ke puncak).
Uuuuhhh... Berdenyut sakit di dada Anita berasa jatuh jantung Anita saat itu juga, mengetahui lelaki yang sangat di cintainya malah membagi cinta pada orang lain.
Walau pun baru tahap pacaran tapi Anita menginginkan ke jenjang serius.
Segera Anita menyalin nomor tersebut ke ponselnya dan menghapus pesan dari yang bernama Ba Bi tadi dari ponsel Ardi.
Tak lama Ardi pun terlihat membawa es jeruk dan twister anggap bener ya tulisan nama makanan ringan ini.
Besok lagi yaa..
See you pembaca.