NovelToon NovelToon
Melawan Kematian

Melawan Kematian

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fukano Jr

Seorang pemuda bernama Riu Zin, yang dipenuhi ambisi dan keinginan yang membara untuk mencapai kekuatan yang luar biasa, sehingga ia bersedia untuk melawan bahkan kematiannya sendiri.

Meskipun menghadapi tantangan yang tampak tidak mungkin, seperti melawan Surga yang bagi manusia adalah suatu kemustahilan, namun demi kekuatan yang diimpikannya, ia rela menghadapi segala risiko, bahkan kematian pun sudah menjadi bagian dari kesiapan dan tekadnya. Dengan tekad yang teguh dan semangat yang membara, pemuda ini siap menghadapi segala rintangan dan tantangan, mengejar impian dan ambisinya dengan penuh determinasi dan keberanian yang luar biasa.

Ini bukan tentang mencari kesempurnaan,cerita ini tentang mencari Mati! Ambisi dari seorang Pemuda yang merasa tertantang dan mengikuti seseorang yang menurutnya bisa di andalkan.


Mari baca cerita Pertama ku ya

[ Karya asli]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fukano Jr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Kitab Transendensi Alam dan Artefak Kuno

Aura hitam tipis mulai menyelinap keluar dari sudut ruangan, menyusup dari bawah pintu dan jendela di malam yang sunyi.

"Kurang ajar, beraninya kau!" Marah, Shui Yin tidak menyangka bahwa orang yang sempat dilihatnya pagi tadi muncul kembali di kediamannya.

Di depan pintu, seorang pria asing dengan mata sedikit kemerahan berdiri membelakangi Shui Yin, posisinya menghadap ke dalam ruangan yang gelap. Saat Shui Yin sedikit mengalihkan pandangannya ke dalam, dia sontak terkejut melihat anggota keluarganya tergeletak tak bernyawa di lantai.

Dengan penuh amarah, "Kuhabisi kau!" Shui Yin segera mengeluarkan tongkat mistisnya dan melompat ke arah pria berbaju hitam yang membalikkan badan di depan pintu.

Bum!

Hanya dengan satu tangan tanpa melihat, orang asing itu mampu menghentikan serangan dari Shui Yin, membuatnya terkejut. Badannya seakan digenggam oleh aura yang kuat. "Sudah seratus tahun lebih, tapi kekuatanmu hanya sebatas ini, hahaha," suara sinis dan pelan dari orang itu menusuk, tersenyum sadis dengan tawa yang tersendat-sendat.

Shui Yin terpaku oleh suaranya, tongkatnya terjatuh ke tanah, dan dia hanya terdiam dengan tatapan kosong yang terus memandang orang asing di depannya.

Sepertinya kata-kata singkat itu memiliki makna yang sangat dalam bagi Shui Yin. Dia sendiri masih berada di Tingkat Fondasi Roh Jiwa, satu tingkat di bawah Tingkat Puncak Diri, dengan usianya yang telah mencapai tiga ratus tahun,itu bisa dibilang lambat.

Diam seribu bahasa, dalam keheningan, Shui Yin memandang kediamannya yang terbakar habis oleh api yang berkobar besar, membentuk siluet ular yang melilit bangunan itu. "Terbakar dengan kekuatan sendiri," bisikan suara yang menusuk telinganya membuatnya semakin putus asa.

"Ada apa?" Tegur Xian Xurong, bingung melihat Tetua Shui Yin hanya diam terpaku di depan kediamannya.

Tanpa jawaban, Shui Yin masih terdiam, membuat Xian Xurong harus menekan pundak Shui Yin agar tersadar.

Shui Yin mengedipkan matanya setelah merasa ditekan dari belakang. "Tidak ada," ucapnya datar, menyadari bahwa tidak terjadi apa-apa, merasa baik-baik saja, dan baru menyadari bahwa dia hanya terkena ilusi.

"Cepat sekali, aku juga belum bisa memastikan siapa itu," ucap Xian Xurong dalam hati, merasa sedikit kecewa pada dirinya sendiri.

"Terima kasih, Tetua Xian, aku merasa tertolong," ucap Shui Yin pelan, merasa lega atas bantuan yang diberikan.

"Ada yang tidak beres, orang yang menyusup pastinya memiliki tingkat Kultivasi yang serius," kata Xian Xurong dengan tegas, menunjukkan kepekaannya.

"Ternyata Anda sudah mengetahui hal ini," kata Shui Yin, mengira bahwa Xian Xurong tidak mengetahui sebelumnya. "Kalau begitu, maafkan aku, sebelumnya aku sempat meragukan kepekaan Anda."

Xian Xurong tertawa kecil sebelum berbicara dengan serius, "Kita belum tahu atas dasar apa kemunculan ini, tapi kita harus tetap waspada." Shui Yin mengangguk dan hendak pergi, namun langkahnya dihentikan oleh Xian Xurong yang ingin menyampaikan sesuatu lagi.

"Kalau boleh tahu, tapi sebelumnya jangan tersinggung karena pertanyaanku mungkin kurang sopan," ujar Xian Xurong, menimbulkan rasa penasaran pada Shui Yin tentang pertanyaan yang akan diajukan.

Dengan canggung namun tetap tenang, Xian Xurong melanjutkan, "Hal ini sudah terjadi sejak pagi tadi. Apakah memang hanya Anda yang mengetahui hal ini, dan mengapa Penatua Shui hanya diam dan tidak mengambil tindakan, sehingga kehadiran itu kembali malam ini?"

Shui Yin hanya mengangguk pelan, seolah enggan menjawab, lalu melanjutkan langkahnya.

Xian Xurong menggaruk kepalanya pelan, "Haha, aku tahu pasti tidak akan dijawab. Keluarga Shui memang orang-orang yang kaku, ya," katanya pelan sebelum meninggalkan kediaman Shui.

•••√√√••••

Angin bertiup kencang dalam ruangan, Riu Zin tengah duduk dalam meditasinya, terhanyut dalam lautan jiwanya, kembali mengasah kultivasinya.

Sentuhan keras di bahuku membuat Riu Zin membuka matanya, kaget karena kehadiran yang tak bisa diketahuinya.

"Oh, kau." Ternyata, yang ada di sampingnya adalah Kamal, membuat Riu Zin merasa tenang kembali.

Kamal menyerahkan dengan ringan, bahkan melempar ke lantai karena Riu Zin terlalu lama merespon. Kamal melemparnya dengan seakan-akan benda itu tak penting baginya, sebuah benda yang membuat Riu Zin terpaku sejenak. "Ini kan Kitab Penguasaan Tingkat Transendensi Alam," kata Riu Zin, tak menyangka. 

"Ini kan berada di aula utama yang dijaga langsung oleh keluarga Gung." Seberapa cepat Iblis di sampingnya itu untuk mendapatkan Kitab di wilayah utama Sekte Rantai Api di Kota ini, bahkan terlihat sangat muda, berhasil mengelabui penjagaan ketat Gung Zhi bersama keluarganya. Riu Zin bahkan berasumsi bahwa jika dia yang mencoba mencurinya pasti hanya tinggal nama saja.

Kamal kemudian mengeluarkan sebuah benda yang lebih mengejutkan Riu Zin, sehingga membuatnya berdiri kaget. "Itu kan Artefak Naga Emas, keagungan langit."

Matanya terus terpaku pada artefak itu, tangannya mulai gemetar setiap kali menyentuh detail ukiran.

Cahaya emas yang mempesona memenuhi ruangan saat artefak itu di sentuh. "Sekarang menjadi milikku, artefak ini kini milikku," ujar Riu Zin dengan penuh kekaguman dan keheranan. Bahkan bagi Riu Zin, yang merupakan seorang Tuan Muda, jika berani mengambil artefak sakral tersebut, hukumannya akan langsung dipenggal kepala dan juga jiwanya akan dibakar tanpa memandang statusnya.

"Tapi artefak itu sebaiknya kau simpan dulu, pelajari jika kau merasa sanggup. Untuk sekarang, fokuslah untuk menguasai kitab itu," kata Kamal dengan serius. Artefak Naga Emas, keagungan langit, hanya bisa dikuasai sepenuhnya saat sudah mencapai tingkat ketiga di Ranah Dominasi Ilahi. Riu Zin yang masih jauh dari tingkat tersebut, jika ingin mempelajarinya sekarang, kekuatan yang akan diperoleh tidak akan mencapai seperempat dari potensinya.

Riu Zin mengangguk pelan, tetapi masih ada pertanyaan yang ingin diajukan, "Mengapa kau berbuat sejauh ini untukku?" Dia merasa aneh, ada seseorang, bahkan iblis, yang memberinya artefak tersebut secara cuma-cuma tanpa meminta imbalan apapun. Bahkan sejak awal, Riu Zin tidak pernah diberi syarat apapun. Sebenarnya, apa maksud di balik semua ini?

"Harapan," jawab Kamal singkat sebelum menghilang entah kemana, meninggalkan Riu Zin sendirian, masih penasaran dengan sosoknya.

••••√√••••

Waktu hampir menyentuh pagi, suara burung mulai berkicau, namun Riu Zin terlihat kelelahan saat ia bersandar di sebuah batu.

"Tidak mudah menguasai satu jurus ini, apalagi jika aku terlalu memaksakannya." Sejak semalam, ia tidak beristirahat, hanya fokus pada latihan satu gerakan teknik dan mencoba memasuki tingkat Transendensi Alam. Meskipun hampir memasuki tahap tersebut dalam jangka waktu satu bulan jika konsisten berlatih, Riu Zin menyadari betapa sulitnya perjalanan ini.

"Panas berubah menjadi dingin dalam api, ini tidaklah mudah," ucap Riu Zin pelan, memahami kesulitan yang sedang dihadapinya. Dalam Tingkat Transendensi Alam, fenomena alam yang di luar logika atau bertentangan dengan hukum alam bisa terjadi, seperti api yang menjadi dingin atau peristiwa lain yang tidak dapat dijelaskan secara rasional.

Meski menghadapi kesulitan, senyum kecil tetap terukir jelas di wajahnya. Tidak ada kekecewaan, ia menganggap ini sebagai langkah awal yang penting baginya. "Tidak masalah, akan kucoba lagi," gumamnya. Tidak peduli meski darah mengalir dari mulut akibat memaksakan diri, semangatnya begitu besar sehingga ia hanya bisa tersenyum, meskipun belum melihat hasil yang memuaskan untuk saat ini.

Dengan penuh kagum, Riu Zin mengeluarkan artefak Naga Emas, berkata, "Ini belum saatnya, tapi cepat atau lambat, kekuatan yang terkandung dalam benda ini akan kusempurnakan."

Kini, matahari mulai terbit, dan Riu Zin bersiap untuk kembali, sambil bertanya pada dirinya sendiri apa langkah selanjutnya di kota. Apakah aksi mencurigakan di kota Garis membara sudah berakhir setelah ia mendapatkan Kitab Transendensi Alam dan Artefak Naga Emas, keagungan langit?

 "Tidak peduli," suara Riu Zin terdengar berat, "Ayah akan kubalas semuanya. Aku tidak akan pergi begitu saja," ucapnya pelan.

1
Lumine
keren.../Good/

/Rose//Rose/+/Coffee/ untukmu thor...
Uciha Kumar: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Lumine
Karyamu mantav bang../Good//Good//Good/
kukasih kopi /Coffee/ /Ok/
Uciha Kumar: Terima kasih dukungan nya 😁🙏
total 1 replies
Lukalama
tulisanmu rapi sekali Thor.../Good/
/Rose//Rose/meluncur....
Uciha Kumar: Makasih kak Luka sudah mampir 😁🙏
total 1 replies
arfan
terus semangat bos
Uciha Kumar: Ok Siap👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!