NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Saling suka, nyatain perasaan, terus pacaran?! Nyatanya nggak semudah itu.

Buktinya aja Freya, si anak beasiswa. Dan Tara, sang ketos si anak donatur. Mereka cinlok, sama-sama suka, tapi terpaksa harus back street .

Alasannya klasik dan klise. Bokap Tara nggak setuju kalo anaknya itu pacaran, terlebih sama Freya yang beda kasta dengan keluarga mereka.

Hingga Tara pun harus kuliah ke luar negeri dan putus komunikasi sepihak dengan Freya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Suara hujan yang merdu memecah keheningan malam. Seolah air bah yang di tumpahkan begitu saja dari langit, derasnya, menahan kedua remaja itu berhenti sejenak. Pun kilatan cahaya yang bermunculan secara bergantian dengan suara gemuruhnya yang memekikkan telinga, membuat mereka hanya bisa berdiam di halte.

Freya yang awalnya mematung di tempatnya berdiri, seketika mundur beberapa langkah saat kilatan itu seperti hampir menyambar tempat berteduh mereka.

"Lo nggak papa Frey?" tanya Tara memperhatikan raut wajah Freya yang terlihat pucat.

Freya hanya mengangguk sembari mengusap lengannya yang terasa menggigil. Nyatanya, jaket berbahan katun sutera milik Tara tak mampu mengalahkan hawa dingin malam itu.

Kembali suara kilat menggema bising, seolah sang langit tengah meluapkan amarahnya.

Lagi, Freya tersentak. Hingga akhirnya dia memilih duduk di samping Tara. Membuang egonya lalu memangkas jarak di antara mereka. Freya tak peduli lagi jika harus duduk berhimpitan dengan lelaki itu.

Padahal bangku halte cukup luas dan bisa menampung hingga 6-7 orang. Namun Freya yang gentar terhadap suara-suara menyerupai ledakan itu, akhirnya membuat dia merasa kalut juga.

"Lo nggak usah takut, Frey. Ada gue di sini." ucap Tara, tangannya pun meraih salah satu tangan Freya lalu menggenggamnya dengan erat. Untuk pertama kalinya, Tara menyentuh tangan gadis yang dia sukai.

Bukan Tara ingin memanfaatkan momen itu, dia hanya berusaha menenangkan gadis yang duduk di sebelahnya.

"Tar, kita pulang aja yuk." rengek Freya, yang memiliki trauma masa kecil akan suara itu.

"Tapi hujannya masih deres banget, Frey. Gue nggak mau lo sakit."

"Enggak Tar, gue mau lebih lama di sini."

Mau tak mau, Tara pun mengindahkan ucapan Freya. Terdengar helaan nafasnya yang kasar saat beranjak dari bangku halte, bukan karna ia menganggap Freya egois. Hanya saja, Tara tak tega harus membiarkan tubuh gadis itu terguyur dinginnya air hujan.

"Lo yakin nih Frey?" sekali lagi Tara memastikan.

Freya mengangguk sembari menaiki jok motor yang telah basah, di ikuti oleh Tara yang akhirnya melajukan kendaraan roda dua itu menjauh dari halte.

Dengan jarak pandang yang terbatas karena pelupuk matanya di penuhi tetesan hujan, Tara semakin mempercepat motor matic yang di bawanya.

Seragam sekolah yang masih di kenakan Tara mulai basah dan dinginnya berhasil meresap hingga ke pori-pori lelaki itu. Namun Tara tak peduli, pelukan kedua tangan Freya yang melingkar erat di pinggangnya, sudah cukup menetralkan suhu tubuhnya yang sempat membeku.

Pun Freya tengah menyandarkan kepalanya pada punggung Tara yang lebar. Gadis itu memejamkan mata. Menikmati sang hujan membawa aroma tanah yang segar, merasakan setiap rintik yang menetes di puncak kepalanya, membiarkan angin malam yang sejuk menyentuh wajahnya, dan dia menyukai momen kebersamaan itu dengan Tara.

Hujan diam-diam menjadi saksi cinta mereka malam itu.

***

Di rumah, Tari, bunda Freya, menunggu kepulangan anak semata wayangnya dengan cemas. Berkali-kali dia menoleh menatap jam dinding yang bertengger di ruang tamu. Berharap, Freya segera tiba bersama Tara.

Di sela kekhawatirannya, terdengar suara ketukan pintu dan teriakan Freya. Dengan berlari kecil, segera Tari membukakan pintu demi mengusir rasa yang menganggu pikirannya.

"Frey, kamu baik-baik aja kan? Bunda takut terjadi sesuatu sama kamu." ucap Tari sembari mengelus kepala Freya yang basah.

"Freya nggak papa kok bun, cuma kehujanan doang." sahutnya, bibirnya yang biasa ranum kini terlihat pucat.

"Maafin saya ya tante. Saya nggak tau kalo bakalan hujan kayak gini. Tadi kita sempet berteduh sebentar, makanya pulangnya jadi kemaleman. Sekali lagi maaf ya tante." Tara yang merasa bersalah pun ikut menimpali.

Tari yang tau bahwa hujan bukanlah sesuatu yang bisa di cegah kedatangannya, ia pun hanya melemparkan senyum hangat kepada Tara. Sehangat pelukan Freya tadi saat berkendara di bawah hujan. "Yaudah kalian ganti baju dulu. Biar tante buatkan teh panas ya." imbuh wanita itu.

"Tara gimana bun? baju Freya juga nggak bakalan ada yang muat sama Tara." tukas Freya menyadari ukuran tubuh Tara yang sangat jauh berbeda darinya.

Sang bunda diam sejenak sebelum akhirnya melangkah menuju ke kamarnya.

"Frey, lo ganti duluan gih." pinta Tara.

"Lo gimana?"

"Nggak usah mikirin gue. Gue mah gampang, pake apa aja gue mau. Udah sana buruan! Entar lo sakit lagi, pake baju basah begitu."

"Yaudah gue ke kamar dulu ya."

Tara mengangguk, seraya mengelus puncak kepala Freya sebelum gadis itu berlalu dari hadapannya.

Tak lama bunda Freya menghampiri Tara yang tengah berdiri di depan pintu toilet sembari membawa pakaian ganti untuk lelaki itu.

"Ini nak Tara. Maaf ya kalo baju sama celana udah agak lusuh. Soalnya itu baju milik almarhum ayahnya Freya." imbuh Tari, menyodorkan pakaian di tangannya.

"Nggak masalah tante." Tara pun lalu mengambilnya, kemudian bergegas mengganti seragam sekolahnya yang telah basah.

Usai itu, Freya dan Tara duduk bersama di sofa ruang tamu sembari menikmati teh panas yang sudah tersedia di atas meja.

"Sini tangan lo!" kata Tara tiba-tiba.

Freya menurut dan langsung mengulurkan tangannya ke hadapan Tara. "Mau ngapain sih?" tanyanya heran.

Tara meletakkan gelas kecil yang di pegangnya, lalu ia menggenggam tangan kiri Freya dengan erat. "Dingin banget tangan lo Frey." gumamnya, dia juga menoleh menatap wajah Freya.

Keduanya saling bungkam seketika, menatap dalam ke netra satu sama lain. Jarak tak lagi ada, membiarkan mereka bersampingan dalam debaran yang begitu hebat di dada.

Apa itu rasa canggung? Tara seolah terlupa akan maknanya, ketika jemari tangan kirinya mulai membelai lembut wajah Freya. Perlahan, Tara mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu.

Terasa hangat, saat nafas Tara berhembus pelan mengenai kedua pipi Freya. Hanya tinggal 5 cm lagi bagi bibir Tara berhasil menyentuh bibir ranum Freya, namun bunda Freya sudah dulu menghampiri mereka.

Dengan gerakan refleks, kedua remaja itu pun saling menjauh dan memalingkan wajah satu sama lain.

"Nak Tara, lebih baik malam ini kamu menginap di sini saja. Lagian hujannya juga semakin deras." ujar bunda Freya yang kehadirannya sangat lah tidak tepat.

"Bunda yakin?!" seru Freya.

"Jadi maksud kamu, bunda harus nyuruh Tara pulang gitu?! Nggak kasihan apa kamu sama Tara?!" sambung Tari.

Freya diam sejenak, sedang Tara mengulum senyum tipis.

"Terus Tara tidur di mana bun? Kan nggak mungkin juga dia tidur di sofa."

"Nggak papa kok Frey. Di izinin nginap di sini aja gue mah udah bersyukur." Tara menyela.

"Siapa juga yang nyuruh Tara tidur di sofa? Malam ini kamu tidur di kamar bunda, jadi Tara bisa tidur di kamar kamu." papar sang bunda.

Freya pun mengangguk mengerti.

"Kalo gitu bunda ke kamar dulu ya. Inget, kalian jangan berbuat yang aneh-aneh!" pesan wanita itu sebelum beranjak dari tempatnya berdiri.

Kedua remaja itu mengangguk serempak, meski dalam hati mungkin berkata lain.

Sebelum berlalu, tak lupa bunda Freya meletakkan selimut baru pada senderan sofa untuk di gunakan oleh Tara nantinya.

"Kayaknya gue mau istirahat deh Tar. Kepala gue agak pusing, mungkin karna abis kena air hujan tadi." Freya membuka suara.

"Yaudah istirahat gih sana. Gue juga mau istirahat." Tara beranjak dari sofa, lalu melangkah ke arah tangga.

"Tar..." lirih Freya, mengikuti langkah Tara.

"Kenapa? Lo mau tidur bareng gue?" tanyanya tak serius.

"Dasar mesum!" Freya melayangkan selimut yang di bawanya tepat mengenai dada Tara. Hingga suara tawa Tara pun terdengar begitu lepas.

"Memang ya lo Tar, gue itu cuma mau bawain selimut buat lo. Sekalian juga mau ngambil selimut punya gue. Gue paling nggak bisa tidur tanpa selimut kesayangan gue." papar Freya takut Tara salah paham.

"Oh... gitu!" Tara manggut-manggut. "Iya... iya.. paham gue." ucapnya dengan nada mengejek.

"Ngeselin banget ya lo!" Freya pun meninggalkan Tara yang masih terkekeh. Gadis itu dengan sengaja menghentakkan kaki cukup keras saat menapaki anak tangga, agar Tara tau, bahwa dirinya sedang kesal dengan sikap Tara barusan.

Setiba di kamarnya, Freya langsung mengambil selimut miliknya lalu bergegas keluar setelah meletakkan selimut untuk Tara ke atas kasur.

Namun langkahnya harus terhenti, saat Tara sudah berdiri di depan pintu dan menghadangnya agar tak berlalu.

"Minggir nggak lo?!" seru Freya, menatap Tara dengan malas.

"Gue bakalan minggir, kalo...." Tara menjeda ucapannya.

"Kalo apa?!"

Tara tak menjawab. Dia malah berjalan mendekati Freya. Tanpa meminta izin, dia mencium pipi kanan Freya beberapa detik. Jelas gadis itu mematung. Dan Tara memanfaatkan kesempatan itu untuk mengecup lembut bibir ranumnya.

Kedua mata Freya seketika terpejam. Menikmati sentuhan bibir Tara yang tak hanya hangat, namun juga terasa lembut. Selembut es krim coklat yang sering ia makan.

Perlahan, tangan Tara mulai merangkul pinggang Freya yang ramping. Berbeda dari yang sebelumnya, kali ini bibir mereka terpagut cukup lama. Tara seolah tak ingin melepaskan gadis pujaannya itu.

Hingga nafas keduanya memburu cepat. Freya segera menarik diri, jantungnya yang berdegup cepat hampir saja meledak. Ia cemas akan tak sadarkan diri di hadapan Tara.

Tanpa berkata apapun, gadis itu pun pergi dari hadapan Tara. Nafasnya yang memburu semakin tercekat saat menuruni anak tangga.

Di tinggalkan Freya begitu saja, tak ada sedikit pun kekecewaan yang mengakar di hati Tara. Lelaki itu hanya tertawa kecil, terlebih mengingat ekspresi wajah Freya yang kaku dan terlihat merona.

Hujan tak kunjung redah meski sudah dini hari. Malam yang semakin dingin juga tak membuat Tara terpejam. Bukan karna merasa tak nyaman berada di kamar Freya, justru ia ingin mencari tau lebih tentang gadis yang di sukainya itu.

Kembali senyum Tara mengembang, saat melihat deretan foto-foto masa kecil Freya yang berjejer rapi di rak kamarnya. Pandangan Tara seketika terhenti pada satu foto, dimana ia melihat potret Freya bersama bundanya dan seorang pria. Tara yakin itu adalah ayah Freya.

Dan dari situ lah Tara tau, bahwa Freya lebih mirip dengan ayahnya di bandingkan bundanya. Lalu satu hal yang membuat Tara mengernyit. Wajah ayah Freya seolah tak asing baginya, dia seperti pernah melihat pria yang mungkin sepantaran dengan papanya itu.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!