My Wife My Enemy

"Assalamualaikum !"

Bintang membuka pintu rumah dan segera memasuki nya. Dia melihat omanya yang sedang melakukan panggilan telepon.

Bintang pun mendudukkan dirinya di sova sebrang omanya.

"Siapa oma?" tanya Bintang tanpa bersuara.

"Bunda kamu." bisik Rita pelan.

"Ooh." jawab Bintang kemudian.

Dia melepas kemeja kotak-kotak yang sedang dia kenakan hingga menyisakan kaos polos putihnya.

Ponsel Bintang berbunyi, satu pesan masuk dari Farah. Kapan hari, dia memang pernah meminta nomor mamanya Kinan itu untuk berjaga-jaga siapa tahu dia membutuhkannya suatu hari.

"Sore ini ke butik tante sebentar bisa nggak? Mau minta tolong jadi model buat jas pengantin pria desain terbaru."

Bintang tersenyum membaca pesan itu.

"Dengan senang hati tante... Insyaallah nanti Bintang kesitu."

Bintang mengetikkan pesan itu dan menekan tombol send.

"Oke ,thanks nak." balas Farah dan Bintang mengirimkan stiker jempol untuk membalasnya.

Bintang pun mematikan ponselnya dan beralih duduk disamping Rita. Dia merebahkan kepalanya di pangkuan Rita.

"Bunda kenapa telfon oma?" tanya Bintang.

"Katanya Adekmu kangen, terus pengen nginep sini." jawab Rita sembari mengelus rambut cucunya dengan sayang.

"Wah, serius oma? Kapan Bunda, Ayah, sama lan-lan mau kesini?" tanya Bintang dengan antusias.

Lan-lan adalah panggilan kesayangannya kepada adiknya, Bulan.

"Paling nggak nanti malem kalau nggak besok, nunggu ayah kamu selesai dulu urusan kantornya."

"Gitu ya oma. Hmm, oma inget Kinan gak, cewek yang Bintang ajak kesini tempo hari?"

"Iya inget, memangnya kenapa?" tanya Rita.

"Mamanya dia kan punya butik oma, terus Bintang disuruh jadi model buat baju terbarunya, kalau menurut oma gimana?" tanya Bintang sambil menatap omanya dari bawah.

Bintang menyadari, pantas saja ayahnya begitu tampan, ternyata memang karena oma nya ini juga begitu cantik, walau diusianya yang sudah tidak muda lagi.

"Bagus dong, berarti ada yang mengakui kalau kamu itu tampan sampai-sampai diminta jadi seorang model." ucap Rita diakhiri kekehannya.

"ih oma , Bintang gak jadi model pun memang sudah banyak yang mengakui Bintang tampan kok." sahut Bintang penuh percaya diri membuat Rita menggelengkan kepalanya.

"Kamu ini... Gak jauh beda sama ayahmu dulu waktu muda, percaya diri nya terlalu tinggi." ucap Rita sambil tersenyum.

Dia tidak munafik, jika cucunya ini juga termasuk ke dalam golongan laki-laki tampan.

Bintang tak pernah segan menceritakan kepada Rita, jika di kampus banyak sekali mahasiswi-mahasiswi yang menggandrungi nya.

Dan Rita selalu berpesan agar Bintang tidak menyalahgunakan perempuan-perempuan yang menyukainya dengan mempermainkan perasaan mereka, karena dia juga memiliki seorang ibu dan adik perempuan, yang tentunya dia juga akan marah jika keduanya dipermainkan oleh laki-laki.

"Emang dulu ayah gitu ya oma?" tanya Bintang penasaran.

"Iya lah. Persis kayak kamu ini." ucap Rita sembari menekan pelan jidat Bintang.

Bintang pun hanya menampilkan cengirannya.

"Ya udah sana kamu makan dulu, oma sudah masak enak-enak kesukaan kamu." ucap Rita.

"Oke oma. Bintang bawa tas ke kamar dulu, habis ini Bintang makan." sahut Bintang, sembari membawa kemeja dan tasnya naik ke kamar.

***

Setelah mencari alamat butik milik Farah dengan G maps, akhirnya Bintang pun menemukan butik itu.

Sebuah bangunan yang cukup besar di deretan ruko plaza x, bertuliskan Farah Boutique terpampang besar disana.

Bintang memarkirkan motornya, merapikan baju dan tatanan rambutnya sejenak. Kemudian memasuki butik itu dengan santai.

Dia mendorong pintunya dengan perlahan, dan nampak Farah yang sedang melihat deretan gaun pengantin bersama seorang perempuan yang Bintang yakin dia adalah customer Farah.

Farah menyadari kedatangan Bintang, dan tersenyum menatapnya.

"Kak pilih-pilih dulu yang kira-kira cocok, saya temui dia sebentar habis ini saya kembali lagi." ucap Farah pada customernya itu, dan si customer pun mengangguk.

"Tante." Bintang mencium tangan Farah.

"Sini duduk nak." Farah mengajak Bintang untuk duduk di sova.

"Makasih ya kamu udah mau repot dateng kesini." ucap Farah lembut.

"Iya tan, Bintang malah seneng kok jadi nambah pengalaman." jawab Bintang sambil tersenyum.

"Berarti besok kalau kapan-kapan tante mau minta tolong kamu lagi buat jadi model lagi, mau kan?"

"Mau lah tan. Apasih yang enggak buat tante Farah." jawab Bintang sembari tersenyum manis membuat Farah pun terkekeh.

Pintu kembali dibuka, dan Kinan menyembulkan kepalanya di balik pintu.

Seketika matanya melotot melihat Bintang dan Mamanya yang sedang duduk disana.

"Ma... Kok ada dia sih !" ucap Kinan tak suka. Dia berjalan masuk dan berdiri disamping mamanya.

"Ya gak papa kan... Mama itu minta tolong ke dia buat jadi model baju pengantin terbaru mama." ucap Farah sembari mendongak menatap putrinya.

"Lah kan tadi pagi mama bilang mau Kinan aja yang jadi modelnya?" tanya Kinan menggebu.

Bintang hanya diam memperhatikan interaksi ibu dan anak itu.

"Iya namanya baju pengantin kan ada cowok ada cewek. Sepasang kan !" ucap Farah membuat Kinan memelongokan wajahnya.

"Ooh... Cosplay jadi pasangan pengantin nih tan kita?" tanya Bintang sambil terkekeh.

Farah pun mengangguk sambil tersenyum.

"Jadi Kinan harus pose berpasangan sama dia ma?" tanya Kinan dan sekali lagi Farah mengangguk.

"Ma...K-kinan gak mau ma...!" rengek Kinan sembari menatap malas ke arah Bintang.

"Ya elah Kin, timbang bantuin usaha nyokap sendiri apa susahnya sih !" ucap Bintang menatap Kinan.

"Diem lo !" sungut Kinan dan Bintang pun menjulurkan lidahnya.

Farah pun menghela nafas.

"Jadi gimana, fotografernya udah mama suruh dateng juga. Kalau kamu gak mau pasangan sama Bintang ya kamu cari temen laki-laki kamu yang lain, ada gak?" tanya Farah dengan sabar.

Kinan pun menggeram tertahan, dan mendudukkan dirinya di sova sebrang Bintang dengan kasar.

"Ya udah iya iya... Tapi ini karena terpaksa ya !" ucap Kinan membuat Farah terkekeh.

"Gak terpaksa juga gak papa kok." seru Farah menggoda anaknya.

"Mamaaa...!!"

"Dah, kalian duduk dulu sini, bentar lagi fotografernya sampai. Mama mau nemenin customer milih baju dulu." ucap Farah kemudian beranjak.

Kini tinggalah Bintang dan Kinan yang duduk di sova itu.

"Kin, tadi lo balik sama siapa?" tanya Bintang sembari berpindah duduk tepat disamping Kinan.

"Apaan sih, deket-deket !" ucap Kinan tak suka.

"Ck... Bareng siapa ?"

"Dara !" sahut Kinan singkat. Dia memainkan ponselnya untuk menghindari tatapan Bintang.

Sejujurnya, sejak kejadian first kiss di bioskop itu, Kinan merasa ada sedikit gelenyar aneh di hatinya saat berdekatan dengan Bintang.

"Ooh...Gue kira lo bareng sama cowok lo !" ucap Bintang dengan nada mengejeknya.

Kinan kesal mendengar ejekan Bintang, dia merubah posisi duduknya menyamping dan menatap Bintang dengan tajam.

"Apa !!?" seru Bintang sambil mengulum senyum.

"Lo liat ya, gak lama lagi gue bakalan buktiin kalau gue bisa punya pacar karna sekarang gue lagi punya gebetan. Dan lo harus jadi aspri gue satu bulan kalau gue udah berhasil !" ucap Kinan sambil tersenyum miring.

"B-b hua..hahahaha..." Bintang menyemburkan tawanya membuat Kinan mendengus.

"Oke... Gue tunggu kapan momen itu terjadi." tantang Bintang.

"Hm... Cowok yang gue sukai ini tuh udah tampan, lembut, kalem... Gak kayak lo !" ucap Kinan melirik Bintang.

"Masa sih ?"

"Ho. oh !" Jawab Kinan dengan wajah yang dilebih-lebihkan. Bintang pun mendengus.

Dia sedikit merasa tak enak saat Kinan bilang kalau dia punya seorang gebetan, entah perasaan apa yang muncul di hati.

"Tapi Kin... Gue rasa mendingan lo gak usah pacaran dulu deh. Mending lo fokus kuliah dulu habis itu kerja, habis itu baru deh cari pasangan." ucap Bintang membuat Kinan berdecih.

"Siapa lo? Ngatur-ngatur gue ! Lo aja pacaran kok, masa gue gak boleh !" balas Kinan pedas sembari menjulurkan lidahnya.

"Ck... Ya udah terserah !"

Kinan tersenyum puas melihat wajah kesal Bintang.