NovelToon NovelToon
UNSOLVED PUZZLE

UNSOLVED PUZZLE

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Anak Genius / Identitas Tersembunyi / Anime / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: EldLust

Dalam kisah yang sarat dengan misteri dan ketegangan, Ryuga, seorang pemuda yang penuh ambisi, terjebak dalam pusaran bayangan masa lalu yang gelap.

Sebagai adik dari seorang assistant professional yang menangani kasus pembunuhan, Ryuga tumbuh dalam ketidakpastian tentang keberadaan dan identitas kakaknya yang hilang. Meskipun tekadnya kuat, semakin dalam ia menyelidiki, semakin banyak rahasia yang terungkap, menantang kepercayaannya sendiri.

Mampukah Ryuga mengungkap kebenaran tentang kakaknya yang hilang dan menyatukan potongan-potongan masa lalu yang terputus? Apakah ia akan berhasil memecahkan misteri di balik hilang nya seorang assistant professional dan seorang pembunuh di waktu yang bersamaan? Saksikanlah perjalanan seru Ryuga dalam menghadapi tantangan dan bahaya dalam pencarian kebenaran yang membingungkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EldLust, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35: Misteri Menma dan Peran Sebagai Kakak Kelas

Dentuman mesin sport car yang memekikkan telinga meluncur ke arah SMA Daruma seperti pemberitahuan akan kedatangan badai. Dari dalam kendaraan mewah itu, terdengar alunan musik keras yang memenuhi udara seolah mengikuti langkah langkah penuh keyakinan sang pengemudi.

Saat mobil itu berhenti di gerbang sekolah, pintu terbuka dan seorang pria muncul dengan langkah pasti. Dalam balutan jas yang elegan, ia tampak seperti seorang yang berkuasa, siap menghadapi apapun yang menantangnya. Dia adalah Yamaguchi, wakil ketua SMA Orochi, dan kedatangannya adalah sebuah peristiwa yang akan mengubah segalanya.

Gerbang sekolah pun terbuka luas, membiarkan Yamaguchi masuk tanpa halangan. Namun, sebelum ia melangkah lebih jauh, terdengar teriakan yang memecah keheningan pagi. Lima raja SMA Orochi beserta anak buah mereka, yang sebelumnya terlibat dalam insiden ini, telah muncul di halaman sekolah. Wajah mereka penuh kecemasan saat melihat Yamaguchi, tahu bahwa kedatangannya berarti masalah.

Namun, Yamaguchi tidak terpengaruh. Dia menghampiri kelompok itu, memancarkan aura otoritas yang tak terbantahkan. "Berhenti!" teriaknya, suaranya menembus kebisingan. "Apa yang kalian lakukan di sini?"

Sang wakil ketua tidak membutuhkan penjelasan. Dia dengan cepat menegur kelompok tersebut atas perilaku mereka yang merusak sekolah. "Kalian melanggar peraturan sekolah dan mengundang malapetaka ke sini. Apa kalian tidak tahu betapa seriusnya ini?"

"Sudahlah, Kakak Yamaguchi," ucap seorang dari kelompok itu, mencoba menenangkan situasi. "Kami hanya..."

"Kalian hanya membuat kesalahan besar," potong Yamaguchi dengan suara tegas. "Ini adalah tindakan yang tidak dapat ditoleransi. Kalian harus bertanggung jawab atas tindakan kalian!"

Setelah mendapat teguran, kelompok itu pun dengan malu malu meninggalkan tempat itu, diikuti oleh anak buah mereka yang tersisa. Kepergian mereka menyisakan jejak keheningan di halaman sekolah yang sebelumnya ramai oleh kekacauan.

Yamaguchi kemudian berbalik kepada siswa siswa yang ada di sekitar, termasuk Hakuma dan teman temannya. "Bedebah," ucapnya, suaranya kini tenang. "Tidak ada tempat untuk kekerasan di SMA Orochi. Saya meminta maaf atas insiden ini."

Namun, dalam keheningan itu, terdengar suara langkah kaki yang mendekati dari kejauhan. Seorang siswa SMA Daruma, Menma melangkah dengan langkah langkah ringan yang penuh keyakinan, menyusuri lorong sekolah dengan tatapan tajam yang memancarkan ketegasan. Setiap langkahnya menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang tidak bisa dianggap enteng.

Ketika ia mencapai halaman sekolah, tatapan Menma langsung bertemu dengan Yamaguchi, wakil ketua SMA Orochi. Mereka saling berhadapan, kedua sosok yang sama sama penuh otoritas.

"Sudah cukup, Yamaguchi," kata Menma dengan suara yang tenang namun tegas. "Kita tidak bisa terus terusan merusak sekolah ini. Jika kita tidak bisa menyelesaikan konflik ini dengan damai, maka..."

"Kita akan mendapatkan konsekuensinya," potong Yamaguchi dengan santai, melengkapi kalimat Menma. Tatapannya menembus, menyiratkan bahwa ia tidak akan mundur begitu saja.

Namun, suasana tetap tegang meski tanpa aksi fisik. Keduanya saling bertatapan, mencoba memahami satu sama lain. Meski sama sama memiliki pendirian yang kuat, mereka tahu bahwa pertarungan tidak akan membawa kebaikan bagi siapa pun.

Setelah beberapa saat, Yamaguchi akhirnya mengangguk. "Kau benar, Menma," ucapnya, suaranya lebih lunak dari sebelumnya. "Seharusnya dulu kita menyelesaikan ini dengan benar."

Dengan itu, Yamaguchi berbalik dan meninggalkan Menma di halaman sekolah yang kini kembali hening. Sembaring membalik badan nya ia mengucapkan dengan nada yang santai "Lain kali, kita akan bertemu tapi bukan sebagai manusia, melainkan binatang buas" sambil melambaikan tangan.

Setelah Yamaguchi dan pasukan nya pergi meninggalkan mereka semua. Ryuga langsung mendekati Menma, matanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit kebingungan. "Hei kau," panggilnya, suaranya penuh dengan kebingungan. "Ada apa yang terjadi? Mengapa keributan seperti ini terjadi?"

Menma hanya menjawab dengan senyuman yang samar, tidak memperlihatkan sedikit pun kecemasan. "Oh, tidak ada masalah," jawabnya dengan santai. "Ini hanya masalah kecil yang harus diselesaikan. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

Namun, tatapan Menma penuh dengan sinisme yang sulit dipahami. Meskipun ia berbicara dengan kata kata yang santai, ada ketegasan yang terpancar dari matanya, mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam terjadi di balik keributan ini.

Ryuga dan yang lainnya terdiam sejenak, tercengang oleh sikap Menma yang jarang terlihat di hadapan publik. Mereka tahu bahwa di balik ketenangan dan senyuman Menma, tersembunyi kekuatan yang kuat dan misterius.

Namun, tanpa menunggu jawaban lebih lanjut dari Menma, Ryuga dan yang lainnya hanya bisa membiarkannya dia pergi meninggalkan mereka. Mereka menyaksikan Menma meninggalkan halaman sekolah menuju lorong tempat ia berasal, sementara pikiran mereka masih dipenuhi dengan pertanyaan yang belum terjawab.

Sementara Hakuma, Shaman, Darumaji, Kentoka, dan Trytan menyusul Menma menuju lorong, Ryuga masih terpaku di tempatnya, dipenuhi oleh gelombang pikiran yang tak terkendali. Matanya terpaku pada langkah langkah Menma yang menjauh, seolah mencoba menyusuri jejak misteri yang membingungkannya.

"Hiroshi..." gumamnya pelan, ingatan tentang temannya yang hilang masih menghantui benaknya. Dan sekarang, ketika ia melihat wajah yang mirip dengan yang ia kenal dalam diri Menma, kecurigaan pun muncul di benaknya.

Ryuga menyadari sebuah pola yang mengkhawatirkannya. Teman temannya, satu per satu, tampaknya terhubung dengan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan. Dan pertanyaan pertanyaan yang membingungkan masih menggelayut di pikirannya.

"Apakah Menma juga...?" bisiknya, menggumamkan pikiran yang terus mengganggunya. "Apakah dia juga salah satu dari mereka... dari dua belas matahari?"

Namun, sebelum ia bisa menemukan jawaban untuk pertanyaan pertanyaan itu, suara langkah kaki yang mendekati dari belakangnya memecah lamunan Ryuga. Ia berbalik dan melihat Shiro, wajah temannya itu dipenuhi dengan kekhawatiran yang sama.

"Kita harus mencari tahu," ujar Shiro, matanya berbinar dengan tekad yang teguh. "Kita tidak bisa membiarkan misteri ini terus berlanjut. Kita harus mencari jawaban."

Dengan tekad yang sama, Ryuga mengangguk setuju. Meskipun mereka berdua terusik oleh kebingungan dan rasa cemas, mereka bertekad untuk menemukan kebenaran di balik semua ini, tanpa peduli seberapa gelap dan berbahayanya jalan yang harus mereka lalui.

Namun, Ryuga masih terpana oleh pertarungan sengit yang baru saja berakhir, melihat Menma menghilang di antara kerumunan siswa yang bergegas meninggalkan halaman sekolah. Tanpa ragu, ia melangkah maju, mencoba menembus kerumunan yang semakin padat.

Langkahnya yang pasti membawanya melewati anak anak SMA Daruma yang masih terkejut dan berbisik bisik di antara mereka. Sebagian masih mencoba menyusun kembali pikiran mereka setelah pertarungan yang memicu adrenalin, sementara yang lain sibuk dengan perdebatan tentang apa yang baru saja terjadi.

Saat ia mencapai bagian terdepan, ia menemukan lorong yang dipenuhi dengan siswa yang sedang bergegas menuju kelas masing masing. Menma telah lenyap di tengah kerumunan itu, hilang di tengah tengah lautan seragam sekolah yang bergerak ke arah yang berbeda beda.

Ryuga menatap lorong dengan tatapan yang penuh pertimbangan. Di lorong itu, ia merasa ada sesuatu yang perlu diungkapkan, sesuatu yang terkait dengan pertarungan tadi. Matanya mencari cari tanda tanda kehadiran seseorang yang sudah lama dikenalnya.

Namun, apa pun yang dia cari, tak tampak di antara kerumunan yang semakin menyusut. Lorong yang semula ramai mulai terlihat lengang, para siswa telah bubar ke kelas masing masing, meninggalkan Ryuga sendirian di lorong yang sunyi.

Rasa penasaran yang mengganjal dalam hatinya semakin memuncak. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa keterkaitan antara Menma dan peristiwa aneh yang baru saja terjadi di sekolah? Pertanyaan pertanyaan itu mendera pikirannya, menggelindingkan benang benang kekhawatiran yang semakin rumit.

Namun, dalam kebingungannya, sebuah keputusan harus diambil. Ryuga memutuskan untuk kembali ke kelas. Ia menyusuri lorong yang kini sepi, membiarkan langkahnya mengikuti alur pikirannya yang berkecamuk.

Mungkin, jawaban jawaban akan ditemukan di tempat yang tak terduga, atau mungkin mereka harus menunggu waktu yang tepat untuk menerangkannya. Entah bagaimana, pertarungan belum berakhir, dan Ryuga tahu bahwa mungkin ini bukanlah akhir pertarungan tapi ini adalah awalan.

Ruang kelas dipenuhi oleh ketegangan yang hampir dapat diraba. Pak Han, berdiri di depan kelas dengan ekspresi serius, memandang setiap siswa satu per satu seolah ingin menancapkan pesannya secara langsung ke dalam benak mereka. Ryuga, duduk di bangku belakang, merasa napasnya terhenti sejenak. Dia tahu bahwa pengumuman yang akan diucapkan oleh Pak Han akan menjadi penentu bagi masa depan mereka di sekolah ini.

Pak Han: "Baiklah, anak anak. Seperti yang kalian ketahui, sebentar lagi kita akan menghadapi pengumuman nilai rapor dan kenaikan kelas. Namun, hari ini saya ingin menyampaikan sesuatu yang lebih penting daripada sekadar nilai akademik. Saya ingin kalian memahami arti sebenarnya dari menjadi kakak kelas."

Ryuga mendengarkan dengan seksama, tetapi pikirannya melayang ke pertanyaan yang terus mengganggunya. Apa sebenarnya peran Menma dalam kejadian di luar sekolah?

Shun: "Apa ya, Ryuga? Kamu terlihat sangat serius."

Ryuga menoleh ke arah Shun, lalu tersenyum getir. "Aku hanya sedang memikirkan beberapa hal."

Shun: "Maksudmu soal apa?"

Ryuga: "Tadi, aku melihat Menma."

Taka, yang duduk di belakang Ryuga, ikut menyela pembicaraan. "Menma? Kamu melihatnya di mana?"

Ryuga: "Dia muncul di tengah keributan di halaman sekolah. Aku hanya bertanya tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi."

Pak Han melanjutkan penjelasannya, tetapi sorot matanya menangkap tatapan tajam Ryuga. "Ada yang ingin bertanya?"

Ryuga ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangkat tangannya. "Pak Han, apakah Anda tahu apa yang terjadi di luar sekolah? Saya merasa ada sesuatu yang tidak beres."

Pak Han: "Ah, Ryuga. Saya mengerti kekhawatiranmu, tetapi saat ini yang terpenting adalah kita semua tetap fokus pada pembelajaran dan persiapan untuk kenaikan kelas. Tentu saja, jika ada yang ingin berbicara dengan saya setelah kelas, saya akan siap mendengarkan."

Ryuga mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi oleh pertanyaan pertanyaan yang belum terjawab. Dia berbalik ke arah Shiro, yang duduk di sebelahnya.

Shiro: "Kamu yakin kamu baik baik saja, Ryuga?"

Ryuga: "Aku baik-baik saja, Shiro. Hanya saja ada beberapa hal yang masih mengganggu pikiranku."

Shiro: "Aku mengerti. Tapi ingatlah, kita tidak sendirian. Kita selalu memiliki satu sama lain."

Ryuga tersenyum mengangguk. "Ya, kau benar. Kita selalu memiliki satu sama lain."

Di belakang mereka, Anui dan Lee Kim diam diam mendengarkan percakapan mereka. Mereka berdua saling bertatapan, merasakan ketegangan yang melingkupi ruangan itu. Di sudut lain kelas, Ruka menatap Ryuga dengan pandangan penuh kekhawatiran, sedangkan Shota, yang duduk di belakang Ruka, terlihat gelisah, menggigil karena ketakutan akan nasibnya di rapor nanti.

Ketika bel masuk pun berbunyi, suasana kelas berubah. Meskipun tegang, mereka semua kembali ke rutinitas harian mereka. Namun, pertanyaan pertanyaan yang mengganggu Ryuga masih terus berputar di benaknya. Apakah Menma memiliki keterkaitan dengan apa yang terjadi di luar sekolah? Dan apa sebenarnya peran mereka sebagai kakak kelas?

1
Irene Puspitasari
menarik
EldLust: Terimakasih telah menyukai karya saya, semoga kamu menyaksika ceritanya sampai akhir🤗
total 1 replies
Ayano Kouji
Jalan ceritanya keren abis.
EldLust: Terima kasih atas pujian yang membuat hati saya berbunga bunga. Namun, percayalah, masih banyak yang menunggu untuk diungkapkan. Setiap halaman adalah rahasia baru yang menarik
total 1 replies
I,ts Zero
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
EldLust: Terimakasih telah mengunjungi dan menyukai karya saya, semoga kamu terhibur dengan karya yang saya buat/Chuckle/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!